Sequel: Sync (5)

441 26 11
                                        

"Hei, Dirga..." panggil Desyca.
"Dirga, hei~" panggilnya lagi.
Namun sayang, tidak ada balasan sepatah katapun dari Dirga dan itu pun membuat Desyca tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi.
"Dirga, hei, lepaskan!" seru Desyca sambil menghempaskan tangan Dirga.
Dirga yang merasa demikian tidak merasa terkejut sedikit pun. Malah sebaliknya, ia berhenti berjalan dan berbalik menghadap Desyca.

Tanpa menunggu Dirga untuk berkata sesuatu, Desyca langsung saja melontarkan unek-uneknya;

"Kalau kamu tidak mau menunggu Reihan, yasudah. Biar aku saja yang menunggunya."
"Tidak," balas Dirga cepat.
Ia menggenggam pergelangan tangan Desyca sekali lagi dan menyampaikan niatnya yang sesungguhnya;
"Aku ingin berbicara dengan mu, berdua saja."

[Berdua?] batin Desyca. Ia sedikit kaget namun tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah. [Apa yang ingin ia bicarakan?] batinnya lagi.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya.
"Ayo ikut aku." balasnya sambil menarik pergelangan tangan Desyca.
"Tidak, tidak mau!" sahut Desyca sambil menghempaskan tangan Dirga untuk yang kedua kalinya. "Kalau mau berbicara, bicara saja disini!" lanjutnya.
"Disini terlalu ramai. Sebaiknya kita-"
"Alasan!" potong Desyca. "Bilang saja sebenarnya tidak ada yang ingin kamu bicarakan!"

Tidak suka dengan kalimat balasan Desyca, Dirga pun menarik pergelangan tangannya.
"Aduh!! apasih?!!" keluh Desyca tidak senang. "Kalau mau bicara, bicara saja! Tidak perlu pakai tarik-tarik sega....." kalimat yang hendak di selesaikannya terhenti. Mulutnya langsung terkatup rapat, wajahnya yang memerah karena kesal menjadi lebih merah karena malu. 
"D, Dirga-" ucap Desyca terbata. "A, apa-apaan sih?!"
"Sudah kubilang, aku ingin bicara_berdua saja." bisiknya pelan di depan wajah Desyca.
"I, iya~ Aku mengerti!" seru Desyca lantang sambil dengan spontannya mendorong Dirga. Untungnya anak laki-laki berwajah manis itu tidak jatuh.
"Iya, aku mengerti!" seru Desyca lagi. "Ayo kita bicara, dimana saja, terserah!" lanjutnya.
Dirga tersenyum mendengar kalimat balasan Desyca, dan dengan tangannya yang masih menggenggam pergelangan tangan Desyca_ia menarik Desyca pergi bersamanya, ketempat dimana mereka bisa berbicara.

di Starb*ck

Desyca duduk manis, tak lupa dengan green tea latte favoritnya bertengger manis di meja bulat yang menjadi jarak pemisah antara dirinya dan Dirga.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya, sambil menyeruput latte kesukaannya.
"Kenapa kamu menangis?" tanya Dirga.
Desyca yang sedang asik menyeruput teh susu kesukaanya itu langsung tersedak.
"Pelan-pelan dong minumnya." balas Dirga sambil menyodorkan tissue cokelat khas starb*ck kepadanya.
"Aku sudah pelan-pelan," ucap Desyca. "Tapi, terima kasih." sambungnya, sambil menerima tissue dari Dirga.
Ia mengelap mulutnya dengan tissue pemberian Dirga, dan setelahnya ia berkata;
"Aku tidak menangis."
"Benarkah?" tanya Dirga tak percaya. "Lalu, siapa orang yang kulihat tadi; saat di butik ia menangis dan langsung lari begitu saja? Apakah itu hantu?"

[Ugh, kenapa dia harus ingat sedetil itu?!] batin Desyca kesal pada dirinya sendiri. Ia mengambil napas panjang dan kemudian menghembuskannya. Setelah itu, ia membatin lagi. [Apa yang harus ku katakan padanya? Haruskah aku berkata jujur? Balasan apakah yang aku harapkan?]
"Desyca?" panggil Dirga.
"Eh, iya?"
"Mengaku sajalah, orang itu kamukan?"
"Iya, itu aku." ucap Desyca pasrah. Hati kecilnya berharap Dirga tidak  menanyakan alasannya. Namun, apa yang tidak di harapkannya terjadi. Dirga mengulang pertanyaan yang sama, Kenapa kamu menangis?, membuat Desyca bingung harus menjawab apa. 
"M, memangnya aku tidak boleh menangis?" tanya Desyca balik, seadanya. "Aku kan anak perempuan, jadi-"
"Alasannya?"
"Perlukah alasan?" tanya Desyca. "Meski aku memberitahu alasan ku, apakah itu penting untuk mu?"
Kalimat Desyca membuat Dirga terdiam. Namun itu tak berarti Dirga tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia menghela napas panjang dan berkata;
"Itu penting untuk ku."
Desyca yang mendengar jawaban Dirga langsung membatu selama beberapa detik.

******************************************************************

"Kenapa itu penting untuk mu?!" tanya Desyca setengah tidak percaya. "Tidak, maksudku, apalah arti sebuah alasan?"
"Sudah ku bilang, itu penting untuk ku." jawab Dirga. "Sebab, aku ingin mengetahui apakah kita memiliki sync yang sama..."
"Sync?"
"Mungkin yang kamu tahu itu adalah keseimbangan. Tapi, untuk ku-"
Desyca tidak siap mendengar jawaban Dirga. Ia menutup telinganya dan kemudian menjerit;

"Tidak, tidak, tidak!! Aku tidak ingin dengar!!" serunya. Ia berdiri dan pergi meninggalkan Dirga di Starb*ck.

*******************************************************************

Sementara itu, Reihan....
Memang, ia kehilangan jejak Dirga dan Desyca. Namun ia tetap gigih mencari mereka, supaya apa yang menjadi beban pikirannya tidak terlaksana. 

Saat itu, ia hendak mengecek tempat nongkrong anak-anak muda seusianya, Starb*ck. Memang tidak mungkin melakukan tindakan senonoh  di tempat seramai itu, tapi tidak ada salahnya untuk di cek. Saat ia hendak menjejakkan kakinya masuk, tiba-tiba ia di tabrak oleh Desyca yang sedang menutup kedua telingnya.
"Desyca?!" seru Reihan kaget.
"R, Reihan.." balas Desyca cepat. "Ka.. kamu mencari Dirga ya? Dia ada di dalam. Sudah ya~"
"Tunggu!" Reihan mencegahnya. Ia menahan kepergian Desyca dengan menapakkan tangannya di bahu Desyca. "Jangan pergi." tambahnya.
"Maaf, tapi aku sibuk." seru Desyca. menepis tangan Reihan dari bahunya dan setelah itu ia pergi.

*******************************************************************

Reihan pun masuk ke Starb*ck dan seperti apa kata Desyca, Dirga memang ada di sana.
"Dirga~" panggil Reihan sambil melambaikan tangannya.
Dirga tidak menggubris anak laki-laki berambut gondrong itu, malah sebaliknya ia membuang muka.
"Hei, kok begitu sih responnya?!" ucap Reihan kecewa.
"Menurut mu?" tanyanya.
"Kok bertanya balik, sih?! Huuh!!" Reihan mendengus. "Hei, green tea latte ini... jangan-jangan milik Desyca." tambahnya.
"Ya, memang benar." balas Dirga.
"Asik~" serunya girang. Reihan merentangkan tangannya, hendak menyambar green tea latte milik Desyca. Namun sebelum hal itu terjadi, Dirga menyambarnya lebih dulu dan berkata;

"Tidak, tidak boleh!"

Setelah itu, ia menegak habis green tea latte milik Desyca itu dan memberikan gelas karton kosong itu pada Reihan sambil berkata, "Kalau kamu mau wadahnya, ambil saja."
"Ugh, aku tidak mau wadahnya~" rengeknya. "Lagipula, apa kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan?!"
"Aku tahu dan itu salah mu." balas Dirga cepat.
"Ugh, kenapa itu salah ku?! Aku kan tidak-"
"Diam." serunya. "Memang itu salah mu, kan? Seandainya kamu berkata jujur padanya, bahwa aku sedang mencari hadiah untuk ulang tahun ibuku, hal ini tidak akan terjadi bukan?"
"Tapi, terima kasih." tambahnya. "Berkat mu juga, setidaknya aku tahu bahwa aku dan Desyca merasakan hal yang sama."
"Apa maksud mu?" tanya Reihan. Ia benar-benar tidak mengerti ucapan Dirga.
"Bukan apa-apa." balasnya. "Ayo kita pergi, aku belum mendapatkan hadiah yang cocok."
Dirga bangun dari duduknya dan ia pun beranjak pergi keluar dari Starb*ck. Reihan yang baru masuk pun, langsung keluar lagi dan berjalan di samping Dirga.

Extended: 

"Dirga," panggil Reihan. "Apa kamu ingat kejadian saat Desyca menangis?"
"Memang kenapa?" tanya Dirga datar.
"Itu hanya kemasukan debu saja, kan?"
"Menurut mu?"
"Menurut ku, itu hanya kemasukan debu saja." ucap Reihan mantap. "Tapi, setelah itu kan dia pergi. Apa, jangan-jangan ia benar-benar nangis?"
"Kalau dia menangis pun, apa alasannya?" tambah Reihan. "Oh ya, kalian kan sempat pergi meninggalkan ku. Apa yang kalian bicarakan selama aku tidak bersama kalian? Lalu, apakah Desyca juga memberitahu mu alasan dia menangis?"
"...Kalaupun ia memberitahu ku, aku tak ingin berbagi jawaban itu dengan mu," balas Dirga.
"Hei, aku tanya dengan serius." dengus Reihan. Namun sayangnya, ia di abaikan oleh Dirga. Ia hanya melenggang pergi sambil bersenandung.





[A/N] : Dan ketika lu sadar, FF lu udah melenceng jauh~ sebenernya dulu aku ga pernah mikir sampe kesini_entah kenapa sekarang jadi kek gini <3 and i think i haev moar plot for this cutie cannon

Sync - 304th SR FF AU (Really Slow Update)Where stories live. Discover now