Malam Minggu Lucu

Start from the beginning
                                    

Lidya mengangguk cepat dan tersenyum. Kutatap sejenak wajahnya yang penuh harapan itu, tapi aku terkejut saat melihat bibir Lidya yang perlahan-lahan mengerucut kedepan.

"Dih.... Ngapain monyong-monyong tuh bibir?" 

"Menunggu dicium" jawabnya.

"Geer banget, siapa yang mau nyium bibir"

"Huh" Terdengar dengusan nafas di hidungnya. Aku tahu dia kesal, lalu bibirnya pun kembali menjadi datar, "Yaudah mana sayang?" Lidya terus menuntut.

"Iya-iya sabar Lidyakuhh"

Tak menunggu lama, tangan kananku beralih ke belakang tengkuk leher Lidya. Perlahan-lahan kutekan lehernya untuk semakin mendekat padaku, mengikis jarak yang akan segera menyatukan kedua bibir kami.

Sepersekian detik nafas Lidya sudah terasa sekali di wajahku, tetapi saat jarak semakin dekat dan hampir kusentuh bibirnya. Kuacungkan jariku tepat pada bibirnya.

"Hmmmphhh..." Lidya terlihat menikmatinya, sementara aku berusaha menahan tawaku melihat kelakuannya.

"Mel? Kok rasanya beda ya?" tanya Lidya yang masih memejamkan mata menikmatinya.

"Hihihi, udah aku cium kan" akhirnya aku tertawa lucu karena matanya terbuka perlahan-lahan.

"Bagus Mel, aku nyium kuku jari kamu, pantes rasanya asin, untung pendek"

"Ihh dasar malah protes udah dikasih cium padahal" aku memberengut kesal tetapi manja.

"Ya, tapi kan bukan itu maksud aku sayang..."

"Bawel deh kesayangan, udah yuk ahh berangkat" kutarik langsung tangannya, tetapi lagi-lagi begitu terasa berat.

"Tunggu dulu Mel"

"Apalagi sayang?"

"Cipika-cipiki deh?"

"Dihh..pengenan"

"Yah, ayo dong Mel, satu ini aja ya?" rajutnya manja bersikeras menarik-narik lenganku seperti anak kecil.

"Iya-iya, kamu merem lagi matanya kalo gitu"

Lidya pun mengangguk senang dan kembali memejamkan mata, bibirnya mengulum seakan tidak sabar menunggunya, seiring kepalaku mendekati kedua pipinya.

Muach

Muach

Akhirnya kucium kedua pipinya lagi dengan tiga jariku menempel pada kedua pipinya. Saat Lidya membuka matanya, aku berusaha mati-matian untuk tidak tertawa lebar, terlihat sekali wajahnya yang kesal terkesan absurd.

"Maki-maki orang tua dosa gak sih Mel?"

"Hahahaha, dosa Lid, udah yuk kita berangkat"

"Huh, iya" dia hanya mendengus kesal tak acuh padaku, sepertinya aku terlalu PHP terhadapnya.

Maka dari itu aku segera mencium cepat pipi Lidya sebelum menariknya, seketika itu juga wajahnya berubah 180 derajat menjadi melongo.Lagi-lagi aku harus menahan tawaku dengan tanganku, ekspresinya membuatku tak berhenti tertawa karena lucu, gemas dan cukup jelek.

"Udah kan, yuk berangkat sayang"

Dia mengangguk seperti robot, sementara aku menggelengkan kepala dan langsung mengikatkan tanganku pada lengannya dengan erat.Tak lupa kepalaku selalu bersandar nyaman pada bahunya, kemudian berjalan menuju halaman sebelah rumahku dimana disana terdapat dua insan pasangan yang sedang bermesraan di sebuah tempat duduk menghadap langit-langit penuh bintang malam.

"Ehmmm...." Dehemku langsung sepertinya menganggetkan dua insan itu. Frieska dan Naomi.

"Apa deh ganggu aja? Punya spot pacaran sendiri kan?" ucap datar dari Frieska setelah melirik sebentar padaku dan Lidya, lalu kembali menghadap ke depan.

MeL1ds DayWhere stories live. Discover now