"Today i'm not going to linger, because i had some business..., Aileen mendengus kesal, baru masuk sudah membuat otak Aileen pusing kepalang.

"All right i would choose someone to be speakers in the next lesson. Because in the next lesson we will discuss. So i wiil choose Cakra to be speakers, Cakra you can select someone to help you." Lanjutnya sementara orang-orang yang tidak mengerti apa yang di katakan oleh pria paru baya itu memilih untuk mengutak-atik barang-barag yang dapat mengusir kebosannya, sementara Cakra hanya memasang wajah tanpa ekpresi sambil mengangguk kepada pak Zahril.

"Okey, Cakra who is you going to choose?" tanyanya

Sejenak Cakra diam, kemudian," I Choose is Alika and...," ucapan Cakra menggatung, matanya kemudian menyusuri seisi kelas untuk mencari seseorang yang menurutnya cocok membantunya, namun tidak ada hingga matanya menatap gadis di sampingnya.

Aileen langsung terkejut begitu melihat mata Cakra menatapnya, ia takut jika pria itu memilihnya untuk hal ini. Ia berdoa dalam hati agar hal itu tidak terjadi,"Aileen Sir." Mata Aileen langsung membulat sempurnya begitu mendengar ucapan Cakra.

"Oke. And for the material you are willing to take it up to you don't speak Indonesian, Because the judgement in this material is talk. Okey now time can rest." Dan setelah itu pria paru baya yang berambut putih di bagian depan pergi meninggalkan kelas.

"Ka lo kok milih gue sih, gue kan enggak tau apa-apa," kata Aileen namun Cakra tidak menjawab, pria itu hanya berjalan meninggalkan tempat itu dan mengusir Alika dari sana. Dan setelah Alika sampai di samping Aileen, gadis itu kembali merengek tentang Cakra yang memilihnya namun lagi-lagi Alika tidak memanggapinya malah memilih untuk menutup matanya.

"Nyebelin banget sih jadi orang," gerut Aileen kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan kelas.

***

Devan duduk di bawah pohon besar dengan kedua telinganya tersumbat earphone. Kedua mata tertutup rapat, kepala dan jari-jari berayun mengikuti irama lagu yang di dengar oleh kedua telinganya. Angin sejuk yang menerpa kulitnya membuat perasaannya tambah nyaman.

Tiba-tiba sebuah daun jatuh tepat di wajahnya, Devan langsung membuka matanya dan meraih daun hijau itu. Awalnya ia ingin membuangnya namun matanya langsung tertuju pada sebuah tulisan yang berada di daun itu.

"Apa kabar?"- Clarista

Mata Devan langsung membulat sempurnya,membuang secarik kertas itu ke sembarang arah kemudian melihat daerah sekelilingnya dan menemukan seorang gadis berdiri tidak jauh dari tempatnya. Gadis itu tersenyum kepadanya namun Devan malah membuang muka, -Clarista nama gadis itu.

Clarista langsung berjalan mendekati Devan yang sudah kembali hanyut dengan irama lagu yang di putarnya tadi."Devan gue tau lo bisa dengerin gue," kata Clarista sambil menggoyangkan bahu kanan Devan. Tetapi pria itu masih sibuk dengan dunianya sendiri tak memperdulikan gadis yang tengah merengek layaknya meminta permen.

"Kalau lo kayak gini mulu, gue semakin ingin ngelakuin sesuatu dengan gadis penyuka Fisika itu." Tepat setelah kalimat itu di ucapkan, mata Devan langsung terbuka. "Berani lo nyentuh Aileen, gue abisin lo." Ancam Devan, Clarista memutar bola mata jengah,"Gue enggak peduli, hal yang harus gue miliki harus jadi milik gue, gue muak liat dia bahagia setelah ngerebut lo dari gue. Lo itu milk gue, Dev," kata Clarista

"Gue bukan barang yang seenaknya lo miliki semau lo,Cla." Kata Devan lalu pergi meninggakan tempat itu.

Kedua telapak tangan Clarista mengepal kuat-kuat, rahannya mengeras. "Gue benci lo,Aurelia." Satu kalimat yang penuh penekanan di lontarkan oleh mulut gadis itu kemudian meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal.

Fisika Vs Bahasa Inggris [COMPLETED]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें