Ia merasakan ribuan jarum menusuk semua tubuhnya hingga akhirnya tubuh itupun terjatuh dengan lutut yang lebih dulu mendarat menahan tubuhnya dan bersamaan dengan itu ia mendengar suara lembut yang begitu samar dan penuh penderitaan yang Yoongi tahu itu adalah suara yang menjadi ucapan terakhir yeoja itu sebelum mati.

“Yoongi-ah….”

“Alicia…” Mata Yoongi terbuka lebar, ia langsung mengangkat kepalanya yang tertunduk itu dengan tergesa gesa. Matanya langsung bergerak liar mencari suara yang terdengar begitu nyata itu di telinganya.

Hingga akhirnya ia menemukan pemilik suara itu.

Dia,… Alicia Sana. Yeoja berambut pirang itu berdiri tepat di hadapannya dengan gaun putih selutut yang di pakainya.

Seperti malaikat turun ke bumi, yeoja itu tampak bersinar di setiap inchi tubuhnya, ia menatap wajah Yoongi dengan ekspreai wajah yang sama sekali tidak bisa di artikan.

Yoongi, masih menatap tubuh yang berdiri tegap di hapannya itu dengan posisi yang tak berubah sedikitpun, namja itu masih belum bisa mencerna apa yang baru saja ia lihat di depannya.

Apakah ini nyata atau hanya sebuah khayalan saja.

“bangun!!”ucap yeoja itu yang dengan jelas suara itu bisa ia dengar, Yoongi lantas mendesah kesal, ia bahkan tidak berubah walaupun sudah mati lalu tiba tiba saja bangkit dan menemuinya seperti ini.

"Cepat berdiri! aku tak punya banyak waktu untuk ini!!” ucapnya lagi ketika ia tak kunjung mendapat respon dari Yoongi.

Merasa sia sia saja apa yang diperintahkannya pada Yoongi, Yeoja itu pun lantas melangkahkan kakinya mendekati Yoongi yang mentapnya dengan posisi yang masih sama.

“Bagaimana bisa?” nadanya tiba tiba saja sedikit bergetar, mata tajam namja itu masih menatap lurus Alicia yang tengah melangkah mendekatinya.

“ya.. ini aku, Alicia Sana!” yeoja itu kemudian menghentikan langkahnya tepat di depan Yoongi lalu berlutut di depannya, mencoba untuk mensejajarkan tubuhnya dengan namja itu.

Sangat dekat, hingga mata tajam yang di rindukan oleh Yoongi itu kini terlihat jelas di matanya. Lalu tak lama kemudian ia melihat senyum miring yang begitu tipis di bibirnya, dan saat itu juga hati Yoongi miris melihatnya.

Sebuah kenyataan jika senyum itu adalah senyuman  terakhir yang ia berikan sebelum ia mati, kini Yoongi melihat itu lagi.

Tangan yang lama tak menyetuhnya itu perlahan bergerak mendekati wajah Yoongi lalu jari jari itu akhirnya dapat memegang pipinya dengan lembut, telapak tangan selembut sutra itu begitu dingin ketika menyetuh kulitnya.

Yoongi lantas menutup matanya merasakan kenyamanan yang luar biasa dari tangan mungil itu di pipinya. Untuk sementara ia bisa sedikit merasakan kenyamanan yang sudah lama hilang itu, sebuah kenyamanan yang mungkin tidak akan dia dapatkan lagi setelah ini, hingga kemudian dengan berat hati Yoongi membuka matanya ketika ia merasakan ibu jari mungil itu mengelus pipinya lembut…

“aku tidak punya banyak waktu Yoongi-ah, jadi kuatkan dirimu dan dengarkan semua perkataanku.”

_____________________________

Kamar dengan nuansa merah maroon itu kini di tempati oleh seorang yeoja yang tengah asik dengan pikirannya sekarang. Terlihat dari caranya berbaring dan juga pergerakan semua tubuhnya yang sama sekali tidak tenang itu di atas kasurnya.

Jari jari yang ada didepan dadanya tak bisa diam, kepalanya yang tergeletak pun tak merasakan kenyamanan yang di berikan bantal empuk bersarung sutra yang kini di gunakannya.

You Are My Mate? (END)Where stories live. Discover now