Chapter 6

1.4K 176 35
                                    

"Jadi, kau yang sering mengganggunya di kampus?" Sarah terus mendekat hingga Harry tergelimpang di lantai dengan wajah ketakutan.

"Tidak!" elak Harry dengan bibir bergetar. "Pergi dariku!" Ia mengayunkan tangannya mengusir arwah di atasnya, tapi Sarah tidak bisa digapai. Arwah itu tembus pandang.

"Ya, dia melakukannya. Setiap hari!" Leah menanggapi dengan senyum lebar. Kedua tangannya bertepuk tangan kecil memprovokasi Sarah untuk menakuti pria itu.

"Kau pikir bisa membohongiku?" Sarah menggertak. Ia mencengkeram dagu Harry sambil melotot, wajah hancurnya terus mendekat hingga menyisakan jarak dua centi.

Harry memejam sambil menjeluak. Rasanya ia ingin muntah sekarang juga. Wajah Sarah begitu menjijikkan. Bahkan cairan otak bercampur darah segar meleleh mengaliri pelipis arwah itu.

"Lepas!" Harry memberontak dengan menggeleng dan menggerakkan kedua tangannya. Namun, Sarah tetap saja tidak tersentuh. Gadis itu semakin mengeratkan cengkeramannya. "Lepaskan aku, arwah menjijikan!"

Sarah tergelak dengan keras. "Oke, cukup. Aku tidak tega melihat wajahmu seperti itu." Arwah itu berdiri, lalu mengubah wujudnya menjadi normal.

"Ah, payah! Aku baru saja ingin mengambil pop corn untuk menonton kalian." Leah menggerutu.

Mual, Harry memiringkan tubuhnya. Mulutnya terus menjeluak berusaha mengeluarkan isi perutnya. Namun, tidak ada apapun yang keluar dari sana. Sesaat Leah merasa iba, tapi ia bergeming tidak ingin menolong.

"Oh, my God!" Harry mendesah. Tubuhnya terkulai lemas di lantai. Ia terkekeh sambil memijit pelipis. Masih tidak menyangka dirinya akan mengalami hal seperti ini. Benar-benar di luar akal sehatnya.

"Jangan senang dulu. Kita harus bicara!" Sarah menarik tangan Harry. Bagi Sarah, Harry hanya seringan kapas sehingga dengan mudahnya terangkat.

"Apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku!" Harry berusaha melepas tangannya dari tangan Sarah. Namun, genggaman itu begitu kuat. "Hei, Leah! Suruh peliharaanmu untuk melepaskan aku!"

Leah mengernyit atas ucapan Harry yang ditujukan padanya. Sementara Sarah, kedua matanya melebar sempurna.

"Peliharaan katamu?" Sarah menggeram. "Kau harus kuberi pelajaran!" serunya.

Gadis itu menyeret Harry sambil melayang ke arah pintu. Langkah Harry terseok, kedua matanya melebar panik melihat Sarah menembus pintu keluar.

"Hei, tunggu! Aku tidak bi,-" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Harry sudah menghantam pintu dan terempas hingga mengusruk di lantai. Pria itu meringkuk sambil meringis.

"Ouch!" erangnya kesakitan.

Menyadari itu, Leah secepat kilat menghampiri Harry.

"Hei, kau baik-baik saja?" Leah tampak khawatir.

Harry tidak menjawab. Ia memeluk tubuhnya sendiri sambil terus mengaduh, membuat Leah yakin jika Harry sedang tidak baik-baik saja.

"Ada apa?" Sarah kembali dengan raut wajah bingung. Ia dan Leah saling lempar pandang, sejurus kemudian mereka melihat Harry yang masih meringkuk.

"Aku tidak bisa menembus pintu, Bodoh!" ujar Harry susah payah. Ada nada jengkel di dalamnya.

"Bagaimana bisa? Bukankah kau arwah?" tanya Sarah.

"Aku tidak tahu! Oh, God. Aku dipermalukan dua gadis idiot ini." Harry mengubah posisi menjadi duduk. Mencoba menahan rasa sakit di tubuhnya. "Apa maumu? Bicara saja, tidak perlu menarikku seperti anjing peliharaan!" seru Harry ketus. Dia benar-benar kesal.

Sorry, Indigo Girl [HS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang