"Aku hanya mengambil kontrak lepas dengan perusahaan animasi di sana. Jadi mereka akan mengirim detail pekerjaan yang harus kukerjakan lewat email dan mengirim hasilnya lewat email. Itu saja." Tae Hyung ikut meminum latte-nya.

Mataku membulat tidak percaya. Seorang Kim Tae Hyung yang menyebalkan... bisa mendapat pekerjaan sehebat itu? "Jadi kau benar-benar seorang animator?"

Tae Hyung mengangguk. Dengan wajah bangga menunjukkan padaku sebuah aplikasi komik online yang sangat populer. "Aku bahkan sudah menjadi penulis webtoon terkenal sekarang."

Rabu

Semenjak pertemuan kemarin Tae Hyung tentu tidak membiarkanku lolos begitu saja. Pria itu sekarang tinggal di rumahku untuk sementara. Hanya sampai ia menemukan rumah baru. Aku menghela napas. Bahkan pendapatannya sudah lebih dari cukup untuk menyewa sebuah apartemen tapi ia tidak melakukannya.

Pria itu sekarang bermain dengan Sung Jin. Mengajarkan bagaimana cara menggambar yang baik. Dan aku hanya berdiri melihat interaksi keduanya. Sembari tersenyum, tentu saja.

Kamis

Min Yoon Gi meminta tolong padaku untuk mencarikan rumah di sekitar kompleks tempat tinggalku. Tidak yakin ingatanku cukup baik untuk merekam pembicaraan orang tapi aku benar-benar mendengar seseorang mengatakan ingin menjual rumah. Aku mengendarai sepedaku ke sana. Ke ujung gang tepat di depan rumah playboy gila yang memberikanku buket bunga beberapa waktu lalu.

Pria itu ada di depan rumah. Sedang mencuci sepeda motor. Saat melihatku, ia menghentikan kegiatannya dan berujar, "Selamat siang, Ye Rin-ah." Dan dia memanggilku amat sangat tidak sopan. Sialan. Apa dia tidak tahu berapa umurku?

"Ya. Selamat siang." Aku segera memasuki pelataran setelah gerbang terbuka. Bibi Keiko menyambutku ramah. Dan kami berbincang mengenai rumah ini. Beruntunglah bahwa ada seorang yang benar-benar ingin menjual rumah. Beliau bahkan mengatakan bahwa Min Yoon Gi harus segera melihat-lihat.

***

"Siapa yang kautelepon?" Tae Hyung mengejutkanku. Aku sedang mencoba menghubungi Min Yoon Gi dan dokter sombong itu benar-benar menguji kesabaranku. Apakah menjadi dokter memang harus sesibuk itu? Para pemain drama genre medical itu bahkan masih sempat memikirkan cinta. Astaga. Aku tidak pernah seantusias ini menghubungi seorang lelaki.

"Ayah Sang Hyun. Dokter yang sering kaudengar ceritanya dari Sung Jin." Aku masih mencoba. Tae Hyung hanya mengangguk tanpa menimpali lebih jauh. Setidaknya ia tahu untuk tidak membuatku lebih kesal. Dan panggilanku masih tetap diabaikan. Sial.

Jum'at

Sung Jin mengatakan padaku bahwa ia membuat janji dengan Sang Hyun di hari minggu. Sang Hyun memintanya menemani berbelanja sesuatu. Dan Sung Jin benar-benar menyebalkan dengan tidak menyebutkan detail mengenai sesuatu itu.

Sabtu

Tae Hyung mengatakan ingin menjenguk kedua orangtuanya dan tidak akan kembali sampai hari senin. Aku menghela napas entah mengapa. Setidaknya ia masih peduli dengan paman dan bibi meski keduanya sudah berpisah. Aku mengatakan pada Tae Hyung untuk mengucapkan salamku pada paman dan bibi. Dan ia menyetujui itu dengan ibu jari dan jari telunjuk yang membentuk huruf o.

Minggu

"Ibu, tolong siapkan baju untukku." Sung Jin berteriak dari kamar mandi. Aku mencebik sebelum menggeledah lemari. Memilih satu set pakaian terbaik yang Sung Jin punya lalu meletakkannya di atas ranjang. Tidak perlu diminta pun aku akan tetap menyiapkan keperluan Sung Jin. Hanya itu yang bisa membuatku tetap waras meski tidak memiliki pekerjaan.

Under These Skies #1 ✔Where stories live. Discover now