A Smile

15.1K 428 17
                                    

Atha selalu suka memasuki tempat yang satu ini. Selain karena para pegawai yang ramah, ada satu wajah yang selalu memberinya semangat. Seakan menjadi suntikan vitamin yang berharga di setiap harinya.

"Halo, Mbak! Cerah banget yah setiap hari! Bagi dong rahasianya," goda Lita si resepsionis.

"Kamu tuh setiap hari sapaannya sama terus, bosen aku dengernya," ujarnya pura-pura merajuk.

"Yah, apalah aku ini, Mbak? Bukan orang kreatif kayak yang di atas, makanya terdampar seorang diri di sini," ujar Lita berakting sedih.

"Lebay kamu!" Dia pun terkekeh dan berlalu naik ke lantai dua dengan santai.

Setiap hari dia akan mengantar pesanan makanan ke setiap pelanggan. Karena keramahannya, ada beberapa dari mereka sangat suka berinteraksi langsung dengan Atha. Hingga terkadang dia tak lagi sungkan untuk langsung masuk ke dalam ruangan pegawai.

Seperti pelanggannya yang satu ini. Atasan di kantor ini sangat suka apabila Atha sendiri yang mengantar langsung ke ruang staf. Memang awalnya hanya melalui resepsionis. Tapi siapa yang bisa menolak melihat seorang gadis manis yang mengantar berkotak-kotak makanan lezat. Menurut atasan tersebut kehadirannya bisa menjadi makanan pendamping bagi para pria pengejar deadline yang suntuk melihat layar komputer.

" Delivery service!" sapanya riang dari balik pintu ruangan staf.

"Uyehhh! Si cantik pembawa bekal datang!" sorak Indra keras.

Gadis itu tersenyum melihat kelakuan Indra yang menggeser kursi nya dengan semangat mendekati meja besar yang ada di tengah ruangan. Dengan cekatan Atha mengeluarkan tujuh kotak makanan. Jumlah yang selalu membuat Atha senang menandakan wajah penyuntik semangatnya sedang berada di kantor.

"Indra! Habis makan siang, saya mau itu semua draft udah ada di e-mail ke saya yah," ujar seorang pria dari balik sebuah ruangan kecil yang ada di pojok lantai dua ini.

"Siap, Bos! Makan dulu yah, Bos! Biar bahagia ini otak, sepet liat cewek cantik tapi enggak bisa dipegang."

"Dasar sarap!" maki sebuah suara wanita. "Hai, Atha! Menu hari ini apa yah?"

"Nasi bistik ayam," jawab Atha mantap.

"Nooo... itu bikin aku gendut! Kenapa sih kamu harus selalu datang membawa godaan??" Wanita itu mengerucutkan bibirnya sambil memandang kotak makanan yang dibawa Atha dengan merana. "Aku kan jadi susah nolak."

"Kalau mau diet, jangan ikutan pesen!" cibir pria yang berteriak dari ruangan kecil tadi. Pria itu melangkah keluar dari ruangannya mendekati meja besar yang ada di tengah ruangan.

"Mana bisa, El. Makanan anak satu ini rugi kalau ditolak!" bantah wanita itu manja.

Atha tersenyum kecil melihat interaksi keduanya. Sebenarnya senyum itu merupakan ungkapan bahagianya melihat pria yang baru saja keluar dari ruangan pribadinya. Pria yang selalu diingatnya sejak dua tahun yang lalu, walaupun pria itu kini tidak mengenalinya.

Mengingat pertemuan pertama mereka yang cukup singkat serta Atha yang sudah berubah jauh dari dirinya dua tahun lalu, wajar bila ia tak lagi dikenali.

Pria itu bernama Elrick, seorang pengusaha muda yang sedang merintis usaha advertising bersama teman-temannya. Walaupun belum bisa menyaingi perusahaan iklan besar lainnya, tapi Elrick mampu menghadirkan inovasi baru dalam bidang periklanan sehingga keberadaannya mulai dilirik oleh beberapa pelanggan.

"Hmm, Atha! Saya baru ingat mau minta sesuatu sama kamu," ujar Elrick.

"Ada apa, Kak?" jawab Atha gugup.

"Minggu depan saya mau merayakan anniversary pernikahan orang tua saya, kamu sanggup enggak masak untuk porsi 100 orang?"

Atha tampak berpikir sebentar. "Saya sanggup, Kak, tapi saya enggak punya set catering untuk penyajiannya, paling hanya beberapa piring besar yang suka dipakai kalau ada jamuan makan di sini," ujar Atha.

" Enggak apa-apa. Di rumah saya ada kok. Mama suka koleksi yang kaya begitu, saya cuma butuh kamu sama masakan kamu aja." jelas Elrick sambil mengedip sebelah matanya.

Kontan interaksi yang dilakukan Elrick membuat Atha tersipu malu. Padahal ia tahu bahwa pria itu tidak bermaksud apa-apa. Tapi otaknya seperti memberikan asumsi ngawur.

"Bisa, Kak! Menu makanannya mau apa aja?"

"Saya mau masakan Manado kamu bisa bawain tester enggak? Yang utama saya mau Breneboun soup," jawab Elrick antusias.

Atha tampak berpikir. Dia belum pernah memasak masakan itu. Tapi apa salahnya mencoba kalau memang bisa.

"Saya belum pernah coba masak menu masakan Manado, tapi nanti saya coba. Mungkin satu dua hari ini enggak apa-apa?"

"Boleh, langsung bawa ke sini aja yah pas antar makan siang," Elrick menyambutnya dengan senang.

"Okey, Kak!" jawab Atha semangat.

Elrick pun mengangguk kecil kemudian membawa kotak makanan bagiannya dan melangkah kembali dalam ruangannya. Semua gerakan itu tidak luput dari pandangan Atha. Tatapan memuja memancar dengan jelas dari matanya.

"Ganteng yah Pak Elrick itu?" celetuk Indra.

Atha terlihat salah tingkah mendengar celetukan Indra. Gadis itu tersenyum malu seperti tertangkap basah melihat sesuatu yang tidak senonoh.

"Santai aja, makluk ganteng mah bebas untuk dipandangi orang. Tuhan menciptakan mata untuk melihat, betul enggak?" goda Dodi rekan Indra. Kontan beberapa orang ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Udah itu anak orang digodain mulu, mukanya sampe merah gitu," sela Vina. "Atha sayang, kalau kamu kesel mah pukul aja kepala mereka pakai centong, kebanyakan pacaran sama komputer jadinya konslet."

Atha tertawa tertahan mendengar celotehan Vina yang ajaib. Bahkan tawanya belum bisa berhenti karena reaksi Dodi dan Indra yang misuh-misuh mendengar hinaan Vina. Inilah hal yang membuat Atha selalu menempatkan tempat ini di urutan terakhir pada list antarnya.

Bukan berarti tidak penting. Justru karena suasana hangatlah yang membuat ia lebih santai. Atha bisa pulang sesukanya setelah puas bercengkrama dengan para pegawai di kantor ini.

"Kak Vina, aku pulang dulu yah. Besok mau pesen jumlah yang sama?" ujar Atha lembut.

"Sama dong. Tapi tunggu, besok menunya apa?"

"Besok mau buat nasi uduk, pakai semur tahu kentang sama daging lah sedikit, ada bihun goreng juga."

"Ada sambel kacangnya kan?" tanya Vina semangat.

"Pastinya, Kak."

"Oh My God! Ya udah aku ikutan pesen, sambelnya lebihan yah Atha sayang. Jangan lupa loh!"

"Siap, Kak! Aku pulang dulu yah semua," pamit Atha sopan.

"Kamu engga mau dadah sama Kak Elrick ganteng?" goda Vina

Atha mengulum senyum malu. Matanya melirik sebentar ke ruangan Elrick, kemudian menggeleng kecil. Baginya melihat Elrick walau hanya sekejap sudah lebih dari cukup. Paling tidak saat ini ia bisa hadir di dekat pria tampan itu sebagai sosok yang lebih baik. Urusan hati biarlah ia yang memendam sendiri.

******

typo??

BTW kalau ada yang ngeh, dulu aku selalu pakai Baifern buat jadi Atha, tapi lama-lama aku mikir dia itu kecantikan nya overdosis,, hahahah

asli lohhh, mikir-mikir kayanya malah mulai jauh dari bayangan aku soal Atha. kalau ada yang ikutin IGnya Andreadianbimo ini gileee body goal banget ituuu.. gak gitu berotot tapi wokehhhh... sooo,, Elricknya juga aku ganti jadi ganindra.. wkwkwk

aku cinta laki bertatooooo... hahahaha

tapiii aku lagi galau sama NanaMirdad sama Andreww White... hahahha.. pilih mana yahhh

Pretty Woman - Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang