O1

3.4K 224 1
                                    

N/B; the language of this story is bahasa ( Indonesia )

- Author P.O.V -

Suhu udara di kota Seoul sekarang mencapai -5‪°C‬. Ini memang sudah biasa bagi warga negara Korea Selatan setiap ingin memasuki musim dingin.

Seorang lelaki berambut Cokelat dengan jaket bulu tebal yang melapisi tubuhnya tengah berjalan tergesa-gesa. Tatapannya terasa membeku bersama dengan air yang berada di genangan. Uap dari mulutnya terus berhembus keluar. "hah... hahh..." Tubuhnya terasa membeku. Kakinya berhenti melangkah ketika ia sampai di depan gerbang sekolahnya, Bundang High School. Gerbang tersebut sudah tertutup rapat karena bel masuk sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. "Permisi Ahjusii...." katanya kepada Satpam sekolah yang tengah berdiri tidak jauh dari gerbang. "Ah kau, Choi Youngjae! Ini sudah ke-3 kalinya kau telat di semester baru!" Kata satpam tersebut. "Maafkan saya Ahjussi.. tapi bolehkah saya masuk kedalam? Disini sangat dingin.." Ia memohon. "Hah.. Aku mau saja membukakan gerbang ini untukmu, tapi guru Park pasti ti-" "Choi Youngjae." Belum satpam itu selesai berbicara, seseorang memotong ucapannya. Dia Park Shin. Guru kedisiplinan sekolah Bundang. "Kau telat lagi hm?" Youngjae hanya diam. "Sudah kubilang jangan sampai telat lagi!" Suaranya semakin naik. Bahkan Youngjae tidak berani menatap wajahnya. "Ma..Maafkan saya saem.. Tadi saya habis menyelesaikan tugas.." Ia memberanikan diri untuk bersuara. "Pak, bukakan gerbang untuk dia."
Gerbang hitam besar itu terbuka. Youngjae melangkahkan kakinya kedalam sekolah. Ia berdiri di belakang guru Park yang berdiri membelakanginya.

"Youngjae-ah.. bukannya saya ingin terus memarahimu begini.." Suaranya melembut. Membuat ketegangan di diri Youngjae menghilang. "Tapi kau tau kan, kau bisa bersekolah disini karena beasiswa.. Kau beruntung kepala sekolah belum mengetahui keterlambatanmu kali ini, kalau ia tau, kau sudah keluar dari sekolah ini sekarang juga." Youngjae menundukkan kepalanya. "Maafkan saya saem.. saya tidak akan terlambat lagi." Katanya dengan semangat. "Bagus! Saya selalu bawel kepadamu itu demi kebaikanmu, supaya kau tidak di keluarkan.." Mata Youngjae berbinar. Ia terharu mendengar itu dari guru Park. "Baiklah, sekarang cepat ke dalam kelas, bilang kalau kau habis konsultasi denganku." Youngjae mengangguk lalu membungkukkan badanya. Lalu ia berlari menuju kelas.

Ternyata guru kesenian, Choi Seunghee, belum memasuki kelas. "Ya! Choi Youngjae! Jangan mengganggu pandanganku!" Seseorang melempar gulungan kertas ke arah Youngjae yang masih berdiri di depan pintu. "Mian." Kata Youngjae lalu berlalu menuju kursinya. Seperti biasa, banyak sekali coretan di atas meja Youngjae. Ntah apa salah pria malang itu, hampir semua teman seangkatannya tidak menyukainya. Adik kelasnya selalu menghindari kontak mata dengannya. Ia beruntung sudah tidak memiliki senior karena sekarang ia duduk di bangku 3 SMA. "Ya! Choi Youngjae.. Mana tugas Ekonomi-mu?!" Kim Donggun. Teman sekelas Youngjae yang sangat suka membully orang. "Di tas, memangnya kenapa?" Badannya sudah bergetar, tetapi ia tidak mau meminjamkan tugasnya kepada Donggun. 'enak saja main lihat.. Aku mengerjakan tugas ini setengah mati tau..' Pikirnya. "Kau pura-pura tidak tau apa memang ingin mati hah?!" Donggun mengangkat kerah baju Youngjae lalu teman-temannya mengambil buku Ekonomi Youngjae dari dalam tas. "Pengecut seperti kau tidak akan menang melawanku, bodoh HAHAHA" Donggun dan teman-temannya tertawa dengan kencang. Dan pria malang itu hanya terduduk di kursinya.

< skip time >

Bel istirahat berbunyi. Semua murid berhamburan pergi keluar kelas untuk mengisi perut mereka dengan makanan.

"HEIIII!! SEBELUM KELUAR KUMPULKAN TUGAS EKONOMI KALIAN!!" Teriakkan sang ketua kelas, Kang Jina terdengar sampai ke lorong kelas. "Tidak usah teriak begitu.." Satu persatu murid XII-B mengumpulkan tugas mereka, kecuali Youngjae.
"Ya! Mana tugasmu?" Jina menghampiri Youngjae dengan setumpuk buku di tangannya. "A-anu.. Donggun tadi mengambilnya.. Akan segera kucari!" sontak pria itu berdiri dari kursinya hendak mencari buku miliknya. "Kau merepotkanku saja Choi Youngjae!! Kumpulkan bukumu sendiri, aku buru-buru!!" Teriak Jina saat Youngjae sudah berada di luar kelas. Tentu pria itu mendengar suara teriakannya.

Youngjae berlari kesana kemari mencari Donggun dan teman-temannya. "Kemana dia...." gumamnya. "Mencari sesuatu, pecundang?" Suara yang tak asing di telinga Youngjae, membuat dirinya sontak berbalik menghadap ke arah suara tersebut. "Ya! Kim Donggun! Dimana bukuku?" Tanyaku dengan tenang. "Oh kau mencari buku yang sekarang sudah menjadi sarang burung? hahahaha" Mereka pun berlalu pergi.
'sarang burung...' Youngjae mengerti. Pasti Pohon. Ia berlari menuju halaman sekolah dimana pohon paling besar dan tinggi berada. Darimana ia tau kalau pohon itu yang di maksud? Seorang Donggun tidak mungkin menyianyiakan waktunya untuk menaruh sebuah buku di pohon yang pendek.

"Ah.. Disana.." Matanya menatap buku yang bertengger jauh tinggi diatas pohon. "Aku harus apa" Ia berfikir dengan cermat. Memanjat? Pohon itu dipenuhi semut merah. Menggunakan tongkat? Pohon itu terlalu tinggi. Satu-satunya cara adalah dengan sepatunya. Ia melepas sebelah sepatunya lalu melemparkannya ke arah buku. Lemparan pertama, gagal. Lemparan kedua, gagal. Semakin banyak siswa/i yang memperhatikannya. Lemparan ketiga, nihil. Malah sepatunya yang ikut bertengger bersama bukunya diatas sana. Hal itu mengundang tawa dari semua yang melihat kejadian itu.

"Butuh bantuan?" Suara berat menghampiri Youngjae. Saat itu juga semua orang yang sedang menonton berbisik-bisik.

'hey! itu Im Jaebum!'
'Im Jaebum?'
'Ya! Dia alumni sekolah Bundang! Dulu dia sangat populer di sekolah ini kyaaa'

'Im Jaebum?? Siapa??'

tbc.

I'm Jealous || 2JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang