"Ayo dah berangkat, mau nonton apa ntar?"
"Gue nggak tahu film yang lagi tayang apaan sih."

Keya mengangkat bahu, bingung. Ia tak pernah update tentang film, kalau drama Korea jangan ditanya. Ia selalu tahu drama mana yang akan tayang atau yang sedang tayang.

"Yaudahlah ntar aja kita lihat."

Keya mengangguk.

***

"Anjir lo Ver, sialan pokoknya. Lo pikir gue maho sampai lo minta gue nemenin lo nonton beginian? Heh...anjay gue ada rapat ntar."

"Bisa diam nggak, Mir? Rapat lo masih nanti nggak sekarang."

"Lo nyebelin kayak mak mak yang nyalain sen kiri terus beloknya ke kanan, abis itu nyungsep terus nyalahin yang nabrak. Sial banget tahu kagak lo?"

Amir mengoceh, Jiver bahkan ingin menyumpal mulut Amir dengan soft drink yang tadi ia beli. Matanya masih fokus mengamati kursi yang berada dua baris di depannya, tempat Keya dan Arsa sedang duduk untuk menyaksikan film yang sedang diputar.

"Lo ngapain sih tiba-tiba ke sini? Kenapa nggak sama bini lo?"

Jiver diam, ia sama sekali tak menanggapi ucapan Amir atau melihat film Fast Furious 8 yang sedang ditayangankan.

"Ver..."
"Gue lagi ngikutin dia. Dua kursi di depan kita, dia lagi sama Arsa."
"Hah?"
"Arsa siapa?"
"Ketua DPM Fakultas Psikologi," jawab Jiver, merasa tak betah dengan kecerewetan Amir.
"Anjayy selingkuh bini lo bro."

Jiver menjitak kepala Amir, beberapa orang mulai memerhatikan keberisikan mereka.

"Sakit bego!"
"Diam lo."

Amir berdecak, ia memilih diam dan menikmati sisa film yang diputar begitu melihat wajah kusut milik Jiver.

***

"Ini lo mau kemana lagi?"

Dua orang laki-laki itu berjalan seperti pasangan maho di belakang Keya dan Arsa yang sedang menuju toko buku. Jiver dengan ketenangannya dan Amir dengan kehebohannya.

"Lo bawa gue ke toko buku? Gila ya lo? Ngelihat buku aja gue anti," kata Amir ketika ia tahu Jiver sudah masuk ke dalam toko buku, tentu dengannya pula.

"Gue mau nyari bukunya Sapardi Djoko."
"Halah, alibi. Gue tahu Keya sama Arsa masuk ke sini. Mau gue bantuin nggak lo?"

Jiver mengerutkan dahinya, tak paham maksud Amir.
"Tunggu ya!"

Dengan gayanya Amir berjalan menghampiri Arsa dan Keya yang sedang berada di rak buku fiksi, melihat beberapa koleksi terbaru novel remaja bulan ini. Amir menepuk bahu Arsa sekalias, membuat laki-laki itu menoleh kaget.

"Heh bro, ngapain lo di sini?" Kata Amir sambil melirik Keya sebal. Dia kesal dengan Keya yang jalan bersama Arsa.

"Kok lo di sini, Mir? Tumben?"

Arsa balik bertanya.

"Anu gue lagi nemenin Pak Pres BEM nyari novelnya Sapardi, buat bininya katanya."

Keya menyipitkan matanya, menatap Amir penuh selidik.

"Loh Jiver udah nikah?"
"Heem kan lagi heboh tuh beritanya."
"Gue baru tahu."
"Haha...ntar rapat gabungan, lo nggak dateng apa? Setengah jam lagi kan?"
"Iya dateng, habis ini gue pulang."
"Sama gue aja sekarang."
"Tapi gue bareng Keya," kilah Arsa, ia mulai sebal pada Amir yang tiba-tiba datang dan merecokinya.
"Alah Keya bisa pulang sendiri atau bareng Jiver, kan adek juniornya Jiver juga. Bereslah. Ya nggak, Ke?"
"Nggak bisa--"
"Udahlah ayo."

Amir menyeret Arsa keluar toko buku, meninggalkan Keya yang termenung melihat kepergian dua laki-laki itu. Keya masih tetap diam, sambil memegang sebuah novel bersampul peach yang tadi dipegang oleh Arsa. Tanpa sadar seorang laki-laki tengah menghampirinya.

"Pulang?" tanya Jiver, seakan ia sadar kedatangannya telah mengejutkan Keya.

"Kok bisa di sini? Kamu ngikutin aku?"
"Beli buku," katanya sambil menunjuk beberapa buku dari Sapardi dan Budi Darma.
"Bohong! Ngikutin kan pasti?"

Menghela napasnya laki-laki itu berjalan menuju kasir setelah mengambil buku milik Keya yang tadi dipegang oleh gadis itu.

"Kalau itu termasuk bagian dari memperjuangkanmu, maka jawabannya adalah iya," ujarnya, sebelum berlalu ke arah kasir, membiarkan Keya yang masih berdiri dengan pikiran semrawut.

***

"Sumpah gue masih nggak percaya sama ucapan lo minggu lalu, Ke," seru Lili, ketika mereka sedang duduk di kelas menunggu dosen datang.

"Lo berdua bisa diam nggak? Ini kelas plis, semua orang bisa denger lo ngomong apa," kata Keya sebal.

Sejak kemarin, perasaannya sedang dalam kondisi buruk, insiden toko buku dan ia yang berakhir pulang bersama dengan Jiver--sebelum laki-laki itu kembali ke kampus untuk rapat--membuatnya tak habis pikir, kenapa laki-laki itu tiba-tiba saja muncul di depannya dan Arsa.

"Lo kenapa sih? PMS?"
"Gue lagi pusing bikin makalah, puas lo pada?"

Maya menggeleng. "Gue tahu bukan itu yang lo pikirin. Kenapa? Ceritalah."

Keya diam untuk sesaat, ia tak seratus persen berbohong tentang kepalanya yang dipenuhi oleh tugas membuat makalah individu sebagai persyaratan untuk UTS nanti, tapi di satu sisi, ia juga tengah dibingungkan oleh perasaannya untuk Jiver atau kehadiran Arsa lagi dalam hidupnya.

"Gue mau cabut."
"Loh matkulnya Pak Edi loh, Ke."

Maya memperingatkan. Pak Edi adalah salah satu dosen killer yang mengajar mata kuliah pengantar akuntansi 1.

"Bodo!" Katanya sambil berkemas untuk segera pergi dari kelas. Ia butuh udara segar. Percuma tetap di dalam kalau pikirannya tidak di sana.

Keya memilih untuk pergi ke kantin, memesan segelas besar es oreo. Dunia kuliah tidak semenyenangkan yang ia pikir, dosen tidak seperti guru yang selalu mengingatkan tugas siswa jika belum dikumpulkan. Dosen lebih kejam, mereka tidak peduli meski mahasiswanya tidak mengumpulkan tugas atau tidak ikut kuis sekalipun. Ditambah statusnya yang sudah menikah, dengan segala gejolak masa muda yang masih menjadi momok baginya.

Ia melihat Jiver dari kejauhan, laki-laki itu bergerombol dengan teman-temannya seperti biasa. Tertawa seperti biasa seakan tidak ada beban, dengan kopi hitam dan kepulan asap rokok yang dihisap oleh teman-temannya. Keya menghela napasnya lelah, seakan-akan sifatnya yang mendiamkan Jiver sejak kemarin tak berarti bagi laki-laki itu, seperti tak memiliki pengaruh apa pun. Dan Keya tidak suka. Ia akui dirinya memang egois, terbiasa menjadi anak tunggal menyebabkan dirinya menjadi menyebalkan. Ia akui itu.

Ketika ia hendak mengalihkan fokusnya, Keya mendapati Jiver tengah melihat ke arahnya. Laki-laki itu tak menunjukkan ekspresi apa pun, Jiver segera memalingkan wajahnya. Sikap itu, membuat sesuatu di dada Keya terasa sesak.

tB

Oiya info WATTPAD NGGAK LARANG BUAT NULIS CERITA RATE MATURE HANYA SAJA TOLONG KASIH TAG MATURE KE CERITANYA DAN JANGAN KASIH GAMBAR COWOK CEWEK LAGI NA ENA. KALAU TIM WATTPAD NGASIH PESAN YANG ISINYA CERITAMU TELAH DIREPORT KARENA ENGGAK KASIH RATE MATURE, jangan marah ya :), jangan nuduh ambass jugak. Maaf nih, aku cuma kasih tahu, kenapa kucapslok? Soalnya biasanya author notes suka enggak dibaca :(.

So I Married A SeniorKde žijí příběhy. Začni objevovat