Sebening Cinta Embun

107 14 0
                                    

CERPEN

Nama Penulis : Desi Setiawati

Judul : Sebening Cinta Embun

Genre : Romance

***

Angin malam berhembus sangat kencang. Mobil-mobil melaju bak di arena sirkut. Seorang laki-laki memakai kemeja berwarna putih dengan lengan yang digulung sebatas siku terlihat meletakkan sesuatu di pinggir batas jalanan bebas hambatan itu. Tanpa laki-laki itu sadari, ada seorang wartawan yang tengah meliput aksinya, karena keresahan warga yang penasaran siapakah laki-laki tersebut. Wartawan itu berjalan mendekat ke arah laki-laki, masih dengan menyorotkan kamera.

"Tunggu! Apa yang Anda lakukan di sini?" Wartawan itu setengah berlari mengikuti laki-laki tersebut. Ternyata laki-laki itu sudah menyadari akan kehadirannya.

"No comment."

"Mawar putih? Apa maksud Anda meletakkan bunga mawar di sini?" Tanya wartawan itu, setelah kameranya menyorot sebuket bunga mawar putih yang berada di pinggir tol.

"No comment."

Laki-laki itu tetap kekeuh pada pendiriannya.

"Apa Anda tahu kalau kegiatan Anda ini membut warga sekitar risau? Setiap tanggal 12 tiap bulan pasti Anda yang melakukan ini kan? Dan malam ini Anda tidak bisa lagi berkilah."

Laki-laki itu menarik napas panjang mendengar perkataan dari wartawan. "Saya minta maaf kalau kegiatan saya ini membuat warga sekitar tidak nyaman. Tapi saya tidak bermaksud jahat. Saya hanya ingin mengenang kekasih saya di sini."

Wartawan itu terdiam, ia terlihat kesulitan meneguk ludahnya sendiri.

"Tempat ini adalah tempat terakhir saya bersamanya. Dia meninggal di sini dua tahun yang lalu."

Wartawan itu meremang, ia merasakan suasana aneh yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Bulu kuduknya seakan berdiri saat melihat laki-laki itu tengah tersenyum sendiri ke arah sebuket bunga mawar putih.

***

Embun menyukai hujan. Selalu. Dari ia kecil. Baginya hujan seperti alunan musik orkrestra yang dapat menghiburnya dikala sedih. Bau tanah setelah hujan juga dapat membuatnya merasa damai. Dan di saat hujan juga ia menemukan kekasih hatinya yang sangat ia cintai.

Malam itu dikala hujan turun dengan derasnya, ditambah suara petir dan gemuruh menjadi satu, Embun menatap keluar jalanan dari jendela rumahnya. Ia melihat seorang laki-laki yang tengah berjongkok dihadapan sepeda motornya. Embun yang merasa kasihan, segera menyambar payung kemudian pergi untuk menghampiri laki-laki itu.

"Hei motornya kenapa? Jangan hujan-hujanan nanti bisa sakit," kata Embun setengah berteriak karena suaranya hilang ditelan hujan.

Laki-laki itu berbalik dan berdiri menghadap Embun. Seketika Embun terpaku saat matanya harus bertemu dengan iris coklat madu yang memabukkan itu. Baru kali ini Embun melihat mata yang begitu indah.

"Motor saya mogok. Apa itu rumah kamu? Kalau iya, bolehkah saya menumpang sebentar untuk menunggu hujan reda?"

Kepala Embun mengangguk, namun ia masih belum sadar karena terlalu terpesona dengan laki-laki yang ada dihadapannya ini.

"Eh!" Embun tersentak saat laki-laki itu mengambil alih payung yang dibawanya. Akhirnya mereka berbagi payung untuk menuju rumah Embun.

WWW BOOK CAMPKde žijí příběhy. Začni objevovat