31. Pregnant

Mulai dari awal
                                    

"Aku harus gimana, sayang agar kamu maafin aku?" ucap Oliver hampir putus asa.

"Sayang, jangan diam aja.." ucapnya lagi. Karen pun tak tahan untuk tak berbicara.

"Aku mau kamu jelasin ke aku semuanya" sahut Karen lirih.

"Aku janji akan menjelaskan tentang masa lalu aku" ucap Oliver. Karen pun membalikkan tubuhnya menghadap Oliver. Oliver merapatkan pelukannya.

"Kamu mau aku mulainya dari mana?" tanya Oliver. Ia benar-benar serius sekarang.

"Aku ngantuk, Ver. Bisakah besok aja?" Ucap Karen lalu ia menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Oliver.

"Selamat malam, sayang" Oliver mengecup kening dan puncak kepala Karen lalu mengeratkan pelukannya.

**

Pagi harinya, Karen merasakan perutnya bergejolak dan ingin mengeluarkan semua isinya. Karen pun melepaskan pelukan Oliver yang masih ternyenyak. Ia langsung berlari ke kamar mandi.

"Hoekk..." Karen memuntahkan cairan bening itu di wastafel. Tiba-tiba kepalanya menjadi pening.

Oliver yang masih tertidur pun bangun. Ia langsung panik begitu memdengar Karen di kamar mandi. Oliver langsung menghampiri Karen.

"Hoek..." Karen benar-benar merasa dirinya masuk angin.

"Sayang, kamu kenapa?" Oliver langsung memijat tengkuk Karen serta menyingkirkan rambut Karen yang terurai di sekitar wajahnya.

"Aku pusing" sahut Karen. Ia pun berkumur-kumur setelah rasa mualnya sudah berhenti.

"Kita ke dokter ya?" Ucap Oliver. Ia sangat khawatir dengan Karen sekarang.

"Aku hanya masuk angin. Mungkin karena kemarin bermain di taman" ucap Karen lirih.

"Aku panggil dokter aja kalau begitu" ucap Oliver.

"Gak usah, Ver. Aku minum obat pusing aja nanti juga hilang kok" sahut Karen.

"Sayang, aku gak tega lihat keadaan kamu seperti ini" ucap Oliver.

"Aku cuma butuh istirahat aja, Ver" jawab Karen.

"Aku tetap akan memanggil dokter" bukan Oliver namanya jika tidak sedikit memaksa agar Karen menurut padanya.

"Gak, Ver"

"Karenina, turuti ucapan suamimu!" Ucap Oliver dengan nada tegasnya. Karen langsung terdiam tak berani membantah jika Oliver sudah menggunakan nada tegasnya.

"Sekarang, kita kembali ke kamar" Oliver pun menggendong Karen ala bridal. Karen hanya diam menuruti Oliver.

Setelah meletakkan Karen kembali di kasur, Oliver pun mengambil ponselnya dan menghubungi dokter langganan keluarganya.

Oliver juga membuatkan teh hangat untuk Karen serta menyuruh Pak Kardi untuk membelikan bubur.

"Minum dulu tehnya, sayang" ucap Oliver menyodorkan segelas teh pada Karen.

Baru saja Karen mendengus aromanya, membuatnya kembali merasakan pening.

"Gak mau, Ver" Karen menjauhkan gelas teh itu.

"Sedikit aja, sayang. Nanti dokter akan kesini sebentar lagi.." Ucap Oliver. Namun Karen tetap menggeleng. Ia pun tak memaksa.

Tak lama kemudian, seorang dokter muda datang ke apartemennya. Oliver pun menyambutnya dengan ramah.

"Terima kasih sudah datang, dok" ucap Oliver.

"Sama-sama. Perkenalkan saya dokter Rey, putra dari dokter Albert, dokter pribadi keluarga Rossler" ucap dokter Rey.

My Love CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang