1

73 9 14
                                    

Siapa yang nggak kenal sama prince school di sekolah ini. Seorang cowok yang terkenal seanterio sekolah. Seorang cowok idaman kaum hawa, mungkin? Bisa dikatakan seperti itu, karna seolah-olah cowok itu memiliki seluruh list ketampanan tersendiri. Aku yakin, jika kalian melihatnya, kalian akan memujanya, sama seperti kaum hawa yang ada di sekolah ini, kecuali aku tentunya.

Aku memang mengakui bahwa cowok itu memang tampan, tapi aku nggak semudah itu untuk jatuh dalam pesonanya. Aku bahkan risih, jika beberapa gadis yang berada di sekitarku membicarakan cowok itu dengan dilebih-lebihkan. Hey, siapa yang tau, kalo semisal cowok itu besar kepala dan malah tebar pesonan sana sini?

Dan semua itu terbukti. Teriakan heboh mereka menggema di ruang kelas ini saat ikut serta aku membaca surat yang berada di genggaman tanganku.

Ku langkahkan kaki ini
Mata ini mulai tertuju padamu
Tak ada yang bisa membuatku
Melepaskan pandangan dari mu
Sungguh tak mampu aku
Menemukan cara menolak perasaan ini
Mata yang membuatku selalu terfokus padamu
Suara yang selalu terdengar di telingamu
Ku slalu terbayang-bayang wajahmu
Bahagia ku hanya bersamamu
Senyum mu yang membuatku yakin
Yakin bahwa kau memiliki rasa yang sama
Hingga akhirnya aku mulai berfikir...
Bisakah diriku hadir dalam hidupmu
Menerangi setiap langkahmu
Menjadi pelangi di hatimu?
Dan, kata kau dan aku akan menjadi kita.

"Maksudnya apa?" tanyaku nggak ngerti maksud dari secarik surat yang masih berada di genggamanku ini.

"Itu artinya lo ditembak sama Nova!" seru temanku.

Iya, Nova. Cowok yang aku maksud tadi adalah Nova Mahendra, sekaligus cowok yang memberikan aku secarik surat ini.

Aku menatap surat ini ngga percaya, jadi selama ini Nova suka aku? Dari sekian banyak gadis di sekolah ini yang mengidamkan dia, mengapa harus aku? Yang selama ini, aku sama sekali nggak ada pikiran dan niatan untuk sekedar kenal.

"Uda terima aja, Ref! Lo beruntung di tembak sama dia! Kalo gue jadi lo, gue langsung terima dia tanpa mikir panjang kali lebar!" salah satu teman kelas ku berseru, diikuti dengan yang lainnya. Sebagian dari mereka bahkan menatap ku dengan tatapan nggak suka secara terang-terangan.

Mendengar bel jam pelajaran terakhir yang artinya bel pulang berbunyi itu aku segera mengemasi barangku, dan beranjak keluar dari kelas ini. Aku akan menghampirinya, tapi nanti saat suasana sekolah ini sudah sepi. Aku nggak mau mereka heboh jika aku menemui Nova. Aku juga yakin pasti Nova sudah menungguku.

Sekitar setengah jam aku menunggu, dan aku merasa suasana lumayan sepi, aku memutuskan untuk menghampiri cowok itu sekarang juga. Mencari keberadaan Nova nggak sulit, meskipun aku nggak pernah menguntit dia, tetapi aku cukup sering melihat dia dan segerumblan teman-temannya yang duduk di bawah pohon dekat parkiran.

Dan benar saja terbukti. Mataku menangkap sosok Nova yang berada disana beserta teman-temannya, aku juga melihat salah satu cowok yang memberikan surat ini padaku tadi. Heran sama cowok itu, mau-maunya disuruh Nova, si Nova juga nggak ada gentle-gentle-nya sama sekali.

Aku segera menghampirinya tanpa rasa ragu sedikitpun. Senyum tipis aku terbitkan sekedar menyapa saja. Nova bangkit dari duduknya saat melihat ku sudah berdiri di depannya, cowok yang mengenakan jaket denim itu menatapku dengan tenang dan senyum tipis tapi manis, sepertinya Nova ngga sabar menunggu jawab 'Iya' keluar dari mulutku.

Plakk!!

Tanpa ragu, aku menamparkan selembar kertas tadi di mukanya dengan keras, tepat di mukanya. Bahkan mengenai seluruh mukanya. Bahkan kepalaya sampai terdorong ke belakang. Aku merasa lega, sangat. Aku nggak sengaja melihat teman-temannya yang menatap kami, terutama menatap aku dengan tatapan nggak percaya.

Nova melepas surat itu yang sempat tertempel di mukanya, aku bisa melihat mukanya memerah. Sekeras itu ya tamparan ku? Hey, siapa yang peduli? Tetapi aku juga bisa merasakan tanganku sedikit kebas.

"Apa puisi gue kurang bagus?" Nova menatapku, dengan tatapan macam apa itu? aku nggak tau. Tapi tatapan itu seolah-olah, Nova yang menderita.

Aku sendiri yang pecinta sastra bisa menerawang puisi ini, mungkin saja puisi ini dia ambil dari google atau menyuruh gadis paling culun di sekolah untuk membuat puisi ini. Puisi cinta macam apa itu? Puisi karangan orang lain, yang aku tau itu tidak menggambarkan perasaannya yang sesungguhnya.

"Bukan, tapi cara lo nembak cewek salah."

Aku semakin nggak ngerti dengan sikap Nova saat ini, bisa-bisanya cowok itu berlutut lalu hendak meraih tanganku yang sudah aku jauhkan terlebih dahulu. Ini basi. Aku nggak suka situasi seperti ini.

Aku tidak ingin memberikan harapan pada mereka. Karna aku tau, aku pasti akan memberikan jawaban yang sama.

"Jangan harap gue bisa nerima lo!" Aku menekankan kalimatku. Silahkan sebut aku sombong, aku tidak masalah, karna aku memang seperti ini, memberikan jawaban yang sama kepada cowok yang mengungkapkan perasaannya kepadaku.

Cowok itu kembali bangkit dengan tatapan yang berbeda. Kesabarannya pasti sudah habis.

"Cara lo nolak gue juga salah!" Cowok itu mulai melawan, tapi aku nggak takut sedikit pun dengan orang seperti Nova. Aku sudah terlalu banyak melewati hal seperti ini, sudah bosen rasanya.

"Dari sekian banyak cewek di sekolah ini, menurut gue lo yang paling cantik, tapi lo juga yang paling sok belagu!"

"Nah, kalo gue belagu, kenapa lo nembak gue? Seharusnya lo berpikir dua kali sebelum bertindak!" Aku tersenyum kecil.

"Sekarang kalo gue tolak gini, lo gak malu?" Aku sedikit terkekeh.

Nova menghelai napas, kembali melunak, cowok itu menatapku lembut. "Ref, gue suka sama lo. Lo mau apa, bakal gue--"

"Gue nggak suka dipaksa." tanpa aba-aba aku memotong kalimatnya. Menatapnya dengan sengit, lalu aku pergi begitu aja.


Terima kasih sudah membaca Terlambat,  silahkan cek pasangan dari cerita ini yg berjudul Datang develois

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Terlambat [REVISI]Where stories live. Discover now