"Aktingmu memang benar-benar bagus, Ck!" Amber mendecih melihat ulah kakaknya yang menurutnya benar-benar menyebalkan.

Tok tok tok

Ashley terlihat berdiri kikuk didepan pintu tersebut sambil mengusap air matanya yang sedari tadi tak henti-hentinya keluar.

"Ashley, masuklah," ujar Gerald.

Ashley mengangguk pelan, gadis itu menatap Sean yang sedang menyesap darah dengan nikmat disebuah cangkir. Gadis itu sedikit bergidik ngeri.

"Berhentilah minum!" Benedict merebut cangkir Sean dengan kasar, lalu meneguk darah itu sampai habis. Ashley semakin dibuat ketakutan.

"Baiklah, kami akan meninggalkan kalian berdua, kurasa kalian memerlukan privasi." Gerald dan Jasmine beranjak dari duduknya, begitu juga dengan saudara-saudara Sean yang lainnya.

Sean menatap Ashley malas, "Ada apa?" tanya Sean datar.

Ashley menundukkan kepalanya, gadis itu menghampiri Sean, "Sean, kamu tak apa?" tanya Ashley dengan suara yang bergetar.

"Seperti yang kamu lihat," balas Sean seadanya.

Ashley menggenggam tangan Sean, "Maafkan aku.." cicit Ashley pelan, "Seharusnya, aku yang ter-hiks..luka, seharusnya kamu biarkan saja aku yang ter-hiks--kena bangunan ambruk itu." Pecahlah tangisan Ashley, gadis itu menagis tersendu-sendu sambil menggenggam tangan Sean dengan erat.

Sean menolehkan kepalanya kearah Ashley yang tertunduk menangis, dia tak tega melihat Ashley yang terus menangis, tapi Sean masih kesal dengan gadisnya karena perdebatan mereka tadi pagi.

"Sean, aku tak apa, jika kamu mau membalasnya padaku, ak-" Sean mendekap tubuh Ashley kepelukkannya.

"Sean.."

"Aku tak apa, jangan khawatirkan aku," ujar Sean setengah berbisik.

Tangisan Ashley semakin mengeras gadis itu meratkan pelukkannya, "Sean, aku tau, seharusnya aku tidak menyembunyikan semua peneroran yang terjadi padaku akhir-akhir ini.." Sean mengernyit.

"Peneroran?"

"Ya, aku tak tau bagaimana bisa ini terjadi, yang pasti dia selalu menerorku, kamu ingat? Sewaktu jendela rumahku pecah malam itu?" Sean mengangguk, "Itu salah satu dari sekian aksinya," jelas Ashley, "Aku tak tau apa yang diinginkan olehnya, kecelakaan yang terjadi pada Albert juga karena ulah peneror itu, aku tak tau harus bagaimana-hiks.." Sean mengelus puncak kepala Ashley, mencoba menenangkan gadis itu.

"Aku akan urus masalahnya, kamu tenang saja," ujar Sean mengecup puncak kepala gadisnya itu.

"Tapi, aku tak mau kamu celaka."

"Tak apa, lagipula aku celaka atas kemauanku sendiri," ujar Sean, membuat pipi Ashley menghangat.

Hmm.. Terkadang, mahluk dingin seperti mereka, lebih romantis daripada mahluk biasanya.

Ashley teringat sesuatu, dia meninggalkan Albert yang menunggunya beberapa jam, "Astaga, Sean! Aku lupa, jika Albert yang mengatarku kemari." Ashley menepuk jidatnya.

"Ahh.. Tenang saja, aku sudah menyuruh anj- Uhm.. Maksudku Albert untuk pulang," ujar Amber sambil melipat kedua tangannya didada.

Ashley tersenyum kecil, "Terima kasih, Amb!" ujar Ashley.

Amber langsung menolehkan kepalanya, "Kamu memanggilku apa?" tanya Amber.

Ashley mengusap tengkuknya, "Uhm.. Maaf, aku tak sengaja." Ashley menundukkan kepalanya.

"Tak apa, kurasa panggilan itu tak cukup buruk untukku." Amber melesat pergi, membuat Ashley dan Sean saling bertatapan bingung dengan tingkah Amber.

"Baiklah, baiklah, apa hari ini kamu akan menginap di apartemenku, hm?" tanya Sean.

Ashley mendongakkan kepalanya, "Apa boleh?" tanyanya.

Sean mengusap dagunya, "Hm.. Apakah itu sebuah pertanyaan yang harus kujawab? Kamu tau jawabannya." Ashley terkekeh geli dan memeluk Sean erat, "Jadi, kapan kita akan kesana?" tanya Sean.

"Mengapa bertanya padaku?" balas Ashley.

Sean tersenyum kecil dan mengangkat tubuh Ashley ala karung beras, "Baiklah, sekarang kita akan pergi!" ujar Sean, sedangkan Ashley mengerucutkan bibirnya kesal.

"Dasar vampire tidak romantis!"

"Aku tidak peduli, yang jelas aku setia."

"Dasar batu es!"

"Cerewet."

04/ 05/ 2017

Yeiiii!!! Charlies update lagi hari ini, hari ini gak malam-malam amat, kan? 😢
Semoga suka, ya 😁😁

-Charlies_N-





Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now