Prolog

2.7K 89 8
                                    

Deskiya Sasongko terlihat tergesa-gesa meninggalkan ruang kelasnya di XII IPA-2. Ia harus cepat sampai rumah agar ia bisa menyambut ayahnya yang hari ini resmi melepas jabatan sebagai Jendral bintang dua TNI-AD. Kiya sadar semenjak kepergian ibunya, ia harus memberi perhatian lebih pada ayah terhebatnya.

Kiya segera berlari menuju gerbang SMA Bakti Nusa dan menjumpai Jalal-sopir pribadiya, yang tengah menunggu.

" Pak jalal, Ayah belum pulang kan? " tanya Kiya sambil terengah.

" Belum non, Ayah non Kiya belum pulang."

Kiya tersenyum puas, ia tak ingin Ayahnya duluan sampai dirumah. Karena ia akan menyiapkan sesuatu untuk Ayahnya.

" Yasudah pak, ayo tancap .."
Jalal memasang wajah bersalah.

"Tapi non, saya lagi nungguin tukang derek karena tiba-tiba mobilnya mogok, mau saya bengkelkan dulu non. "

" Jadi.. Kiya nggak bisa pulang sekarang dong pak ? Aduuuhh ... Kiya harus cepetan samapai rumah nih pak. "

Gadis itu ingin marah pada Jalal namun urung, mengingat selama ini Jalal lah yang selalu mengantar-jemput nya kemanapun ia ingin pergi.

"Maaf non, saya juga nggak tau mendadak mogok begini si item." Jalal sangat merasa bersalah, ia tak ingin mengecewakan Kiya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.

"Saya sudah telfon taxi non, sebentar lagi mungkin sampai sini."

Kiya mencoba pasrah menunggu, ia tak lupa mengucapkan terimakasih pada Jalal karena sudah berusaha memesankan taxi untuknya.

Kiya hendak masuk kedalam mobil saat seseorang memanggil namanya.

"Kiya, kamu pulang bareng aku aja. Dijamin cepet sampai rumah."

Kiya urung masuk kemobilnya, ditatapnya cowok yang mengendarai motor sport yang berhenti didepannya. Ya dia Bimo, teman sekelas Kiya.

"Serius Bim? Tumben kamu baik ?" Kiya menyeringai ke arah Bimo. Mencari kebenaran atas apa yang barusan ia dengar.

"Ayo buruan, jangan sampai ayah kamu sampai rumah lebih dulu." Tanpa melepas helm nya Bimo mengulurkan helm pada Kiya.

Gadis itu segera memakainya lalu duduk di belakang Bimo.

"Saya duluan Pak Jalal." Teriak Kiya sesaat sebelum motor Bimo melaju membelah ramainya jalanan kota Semarang.

Hanya butuh lima menit mereka sampai di rumah Kiya.

"Gila kamu Bim ... cepet banget tadi. Sejak kapan kamu pinter nyari jalan pintas?" Kiya turun dari motor lalu melepas helm di kepalanya.

"Makanya jangan dianter Pak Jalal terus kamu, lama-lama kuper karena nggak tau jalan tikus banyak disini."
Bimo tersenyum menerima uluran helm dari Kiya.

"Aku bisa kok antar-jemput kamu Ki, kalau kamu nggak keberatan sih."

Kiya memutar bola matanya menatap tak percaya pada Bimo. " Hellooo ... kamu sadar kan Bim bilangnya?"

Bimo mengangguk. "Ahh.. kamu Ki, kita kenal udah lama dan aku belum ngelakuin kebaikan apapun buat kamu."

Kiya tertawa mendengar kesungguhan Bimo. "Jangan bilang kamu mau balas budi karena aku sering bikinin PR dan tugas kamu ya ?"

Bimo nyengir kearah Kiya, teman kecilnya ini selalu tahu apa yang ada di hati dan fikirannya.

"Aku balik dulu ya ..." Bimo menstarter motornya.

"Oke thanks ya Bim ."

Bimo hanya mengangguk, tersenyum lalu pergi meninggalkan halaman rumah Kiya.

Kiya berlari kecil menuju pintu, membukanya dengan semangat. Netranya mengedar kesegala arah. Sepi, kemana Bi Siti? Pembatu yang telah 20 tahun mengabdi kepada keluarganya.

Kiya berlari ke kamarnya di lantai dua. Menapaki dengan tergesa setiap tangganya.
Ia tak sabar untuk mengganti bajunya dengan dress pink rose yang dibelikan ayahnya minggu lalu.

Kiya masih seperti kebanyakan gadis 18 tahun lainya. Menyukai segala benda girly yang membuatnya semakin feminim dan cantik.

Kiya membuka pintu kamarnya. Netranya melebar seketika, jantungnya bedegup ribuan kali lebih kencang. Nafasnya semakin berat, ia terengah bukan karena usai menapaki tangga, namun karena melihat keadaan kamarnya yang berantakan dengan noda darah bertebaran dimana-mana.

" Aaaaaaaaaaaaa... " Kiya menjerit sekencang yang ia mampu, membuat tenggorokannya seketika menjadi kering dan serak.
Ia terjatuh di depan pintu, tak kuat menahan lututnya yang bergetar hebat.

Ia mengambil ponsel di dalam saku seragamnya. Memencet tombol yang langsung dapat menghubungkan ia dengan ayahnya.

"Apa yang terjadi? Kenapa nggak ada orang di rumah? Diamana Bi Siti? Pak Dadang? Ayah kumohon cepatlah pulang, Kiya takut .."

***

Yuhu ... :)
Haiii readers .. thanks for reading my first story in wattpad.
Hahahaha....
Lebay ya? Saya butuh vote dan komentar kalian nih gengs.

Penasaran nggak sama cerita Unbreakable Love ini?
Terus gereget nggak?
Karena jujur awalnya masih takut nge-post karya ini gengs... ( ulalaaa jadi curhat ) tapi pada akhirnya saya post juga. Heheheh semoga bisa mennghibur kalian yaaaaaaa ...

Kisah kehidupan Kiya ini akan terus berlanjut kok, tentunya dengan berbagai fakta dan kebenaran yang akan membuat hidup Kiya sangat bergantung pada sosok Krisdean. Siapa ya dia?
Penasaran? Heheheheh baca chapter berikutnya yaaaaaa

Ditunggu komennya gengs.....
Lav yuuuuuuuuu :* :* :) :D

Unbreakable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang