6

18 4 0
                                    

"Cindy!!!" baru 5 menit Cindy berhasil memejamkan mata, panggilan Riana menyebalkan terdengar dari intercom kamarnya dengan jelas jadi dia tidak bisa mengelak apapun alasannya. Cindy berusaha meredam amarahnya, ditambah kepalanya seperti dibebani batu besar. Cindy berusaha bangun dari kasurnya, namun saat kakinya baru menginjak laqntai, tubuh Cindy oleng dan kembali terjatuh ke kasur karena pusing yang tidak bisa di toleransinya lagi. Pandangannya perlahan menggelap setelahnya panggilan Riana terasa samar-samar dan detik berikutnya dia tidak mendengar apapun lagi.
"Cindy!!!" panggilan ke-5 dari Riana tidak juga digubris oleh Cindy, merasa sangat kesal Riana meminta Kevin membawa Cindy kehadapannya.
Kevin berjalan menuju kamar Cindy dan mengetuk pintunya, namun pintunya terdorong sendiri. "Cindy?" Kevin melihat Cindy yang sedang terbaring di kasur masih lengkap dengan seragamnya. "Cindy" panggil Kevin lebih keras, namun Cindy tidak juga merespon panggilan Kevin. "Cindy" Kevin kembali memanggil Cindy seraya berjalan kebagian samping kasur Cindy dan melihat wajah Cindy yang begitu pucat serta keringat bercucuran di wajah dan tubuhnya hingga membasahi seragamnya itu. Panas menjalari tangan Kevin saat telapak tangannya menyentuh kening Cindy. Kemudian, Kevin bergegas keluar kamar Cindy lalu menuruni tangga menuju dapur dan melewati Riana yang tengah menatapnya tajam.
"mana Cindy, Kevin? Mengapa kamu tidak membawa Cindy kemari?" Riana berusaha meredam amarah dihadapan Kevin sedangkan Kevin masih belum juga menggubris pertanyaan Riana. Kevin berhenti sejenak didepan Riana, ditangannya terdapat handuk dan baskom kecil berisi air es.
"Cindy demam" jawab Kevin singkat lalu berlalu.
"Kevin!" panggil Riana setengah berteriak. "mama tidak perduli, bawa Cindy kemari sekarang, akan mama kasih pelajaran dia"
Kevin tersenyum miring dan matanya menyorotkan tatapan dingin "kalau mama mau 'melakukan itu' jangan dilampiaskan dengan orang lain" desis Kevin pelan namun menusuk.
Riana yang terdiam mendengar ucapan tajam Kevin mengepalkan tangannya keras hingga buku jarinya memutih. Dengan dirundung perasaan kalut, Riana menyambar kunci mobil dan tas nya lalu bergegas masuk mobil dan mengendarainya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Terbesit sedikit rasa bersalah di diri Kevin namun dia tahu pasti itu jelas bukan kesalahannya sepenuhnya. Tidak sedikitpun. Kevinn berbalik dan berjalan menuju kamar Cindy. Cindy bergerak-gerak gelisah disertai keringat yang semakin lama semakin banyak bercucuran. Kevin meletakan air kompresan tadi di nakas sebelah kasur Cindy dan duduk di pinggir kasur. Dilihatnya seragam Cindy yang basah oleh keringat membuatnya bangkit berjalan menuju walk in closet Cindy dan mengambil kaus v-neck tipis yang mudah menyerap keringat dan dingin. Mau tidak mau Kevin melepaskan satu-persatu kancing seragam Cindy sambil melihat kearah lain, apalagi dilihat Cindy yang tidak mengenakan dalaman selain bra dibalik seragamnya yang transparan akibat keringatnya. Postur tubuh mungil dari remaja 14 tahun yang bahkan hanya setinggi dada nya memang tidak membuatnya tergoda, namun Kevin tetap harus menghormati privasi Cindy terutama 'bagian tubuhnya' meskipun mereka berstatus saudara. Setelah selesai melepaskan seragam Cindy, dia segera memasangkan kaus v-neck dengan tatapan yang masih melihat kearah lain. Setelah itu, mulai dikompreskannya air dingin di kening Cindy agar demamnya cepat turun. Beberapa kali Kevin mengganti kompresannya. Setelah dirasa demamnya mulai turun, Kevin membiarkan kompresan terakhir di kening Cindy dan mengernyit melihat jam yang telah menunjukkan lewat tengah malam. Kevin mulai merebahkan diri di sofa seberang kasur Cindy dan segera terlelap. Sedangkan, Cindy tiba-tiba terbangun 2 jam setelah Kevin jatuh terlelap karena kerongkongannya terasa begitu kering. Cindy bersusah payah bangun dikarenakan kepalanya yang masih terasa berputar-putar dan pandangannya yang masih sedikit berkunang-kunang.
"kak Kevin?" gumam Cindy pelan setelah bangun sepenuhnya dan berjalan kemudian berhenti di samping sofa. Cindy duduk bersila dan wajahnya tepat di samping wajah Kevin. Cindy mengamati dengan seksama detail wajah Kevin. Wajah dingin khas sehari-harinya kini tergantikan dengan wajah damai yang tidak pernah sekalipun di tampakannya. Dahi dan lipatan mata nya kini terlihat santai tidak menyipit tajam dan mengernyit jika tidak suka. Tanpa sadar dirinya tersenyum saat melihat bulu mata Kevin yang panjang dan lentik, berbeda dengan bulu mata nya yang panjang namun lurus, Cindy bahkan pernah mencoba menjepit bulu mata agar terlihat lentik dan ini juga saran dari bunda nya, namun hasilnya bukannya lentik malah terlihat mencuat dan patah, dari situ Cindy tidak pernah mau menggunakan penjepit bulu mata lagi dan bunda nya menggoda Cindy karena hal itu. Cindy tersenyum mengingatnya, lalu pandangannya beralih pada mata Kevin yang tidak sipit dan tidak juga besar namun memiliki tatapan setajam elang ketika terjaga, pandangannya beralih lagi pada alis Kevin yang tebal namun rapih memanjang yang sering membuat Cindy iri, Cindy memang memiliki alis tebal namun tidak rapih memanjang seperti Kevin, bentuk hidungnya pun pas dengan wajah Kevin. Bibirnya yang agak penuh itu bahkan berwarna pink pucat, detail wajahnya seolah tanpa celah terbingkai apik dengan rahang yang tegas. Saat sedang asyik memperhatikan wajah Kevin, tiba-tiba Cindy tersadar dan menggeleng cepat lalu tergesa-gesa berjalan menuju kasurnya dan berusaha melanjutkan kembali tidurnya hingga melupakan tujuan dirinya terbangun tadi.
"jangan, kumohon, tidak boleh" gumamnya gusar lalu cepat-cepat memejamkan mata agar cepat tertidur.
Dan menjelang azan subuh Kevin terbangun, dia lalu beranjak menuju kasur Cindy dan berhenti tepat disampingnya. Kevin menatap Cindy dengan raut datar dan tatapan matanya begitu kosong dan hampa seolah sedang menerawang, potongan kejadian demi kejadian silih berganti menghinggapi pikirannya. Masih dengan ekspresi sama Kevin beranjak dari posisinya dan berjalan keluar kamar Cindy untuk kembali ke kamarnya. Kevin kembali merebahkan diri di kasurnya namun matanya enggan untuk terpejam seolah kembali ke masa lalu.
"papa jangan pergi"
"kenapa papa pergi ma?"
"pa... pa... hiks"
Kenangan-kenangan lama seolah berputar di pikirannya tampak enggan untuk berhenti. Kevin memejamkan mata berusaha mengusir kenangan menyakitkan itu. Persetan dengan kuis hari ini, dia sedang tidak mood untuk masuk kuliah. Perlahan-lahan bayangan itu menghilang tergantikan oleh dengkuran halus


***
Enjoy~ sorry for typos.-.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 30, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Another Cinderella StoryWhere stories live. Discover now