"Aku yang akan menjemput kalian nanti," ujar Pierre.

Sesampai dirumah. Aku segera mengobrak-abrik lemari pakaian milikku. Huh, apakah aku sama sekali tidak mempunyai gaun minim? Erghh.. Ini membuatku benar-benar kesal.

Aku bergegas mengambil ponselku dan menelpon Carren.

'Halo, Ashley?'

'Aku ada masalah..'

'Masalah? Ada apa?'

'Aku.. Tidak punya baju minim,'

'Apa? Hahaha... Astaga, aku sudah menebaknya, tunggu sebentar, aku akan pergi kerumahmu setelah berdandan,'

'Baiklah..'

Aku membaringkan tubuhnya diatas kasurnya. Memejamkan matanya rapat, "Sean.. Mengapa kamu mengecewakanku.." Aku menghela napasnya kasar, kembali mengingat kenangan indahku bersama Sean.

Dua jam kemudian, Aku terbangun paksa karena ulah Carren yang menyipratkan air pada wajahku, "Kamu benar-benar seperti mayat! Aku perlu waktu setengah jam untuk membangunkan dirimu.." Carren menarik tubuhku untuk terduduk dimeja rias.

"Aku hanya meminjam bajumu, aku tidak ingin kamu mendandaniku," ujarku.

Carren mengusap dagunya, "Hm.. Aku akan merias wajahmu seperti apa ya?" Carren sama sekali tidak mempedulikan ucapanku barusan.

Setelah menghabiskan waktu 40 menit untuk merias wajahku, akhirnya wajah cantikku itu terlihat semakin menarik dengan dandanan yang terkesan begitu dewasa dan.. seksi? Hahaha, baiklah, aku mulai memuji diriku sendiri.

"Baiklah, pakai baju ini!" Carren menyodorkan dress tanpa lengan berwarna merah darah kepadaku.

"Carren, aku tidak suka dengan dress itu.." Aku bergidik ngeri menatap dress merah milik Carren.

"Aku tidak peduli, cepatlah pakai! Sebentar lagi Pierre akan datang dan dia pasti akan mengomel jika kita terlambat beberapa detik saja." Aku menghela napas berat, lalu pergi ke toilet dan menggunakan baju yang diberikan oleh Carren.

"Wah.. Aku benar-benar hebat!" Carren memuji dirinya sendiri, melihat hasil karyanya yang di uji cobakan padaku, "Baiklah, mari kita pergi, Pierre sudah ada didepan!" Carren menarik tanganku dengan semangat.

"Pelan-pelan, baju ini bisa sobek," ujarku sedikit ngeri.

"Baiklah, baiklah," ujar Carren mengalah.

Ketika kami keluar dari rumah tersebut, Albert dan Pierre sudah bersandar pada mobil mewah milik Pierre sambil menatap kami tanpa berkedip.

"Hei, ayolah! Jangan berpikiran kotor untuk saat ini, kita harus segera pergi!" omel Carren memecahkan lamunan kedua lelaki itu.

"Kami hanya lelaki normal," ujar Albert membela diri, diangguki oleh Pierre.

"Dasar mesum!" Carren memukul kepala Albert dan Pierre bersamaan, lalu masuk kedalam mobil dan duduk bersebelahan dengan Pierre yang menyetir.

"Hei, Nona manis, tidak ingin masuk?" Albert tersenyum kecil sambil membukakan pintu untukku.

"Terima kasih," ujarku, lalu masuk kedalam mobil milik Pierre, diikuti oleh Albert yang duduk disebelahku.

Sesampai di club mewah tersebut, Pierre langsung menggandeng tangan Carren, begitu juga dengan Albert dan aku, tapi Albert hanya merangkul tubuh mungilku.

"Hei! Kalian datang!" Daisy mengecup pipi kami satu persatu.

"Tentu saja, ini acara ulang tahun favoritku," ujar Albert sambil mengedipkan matanya menggoda.

"Ya, terserah pada mu saja, ingin berdansa?" tanya Daisy yang langsung diangguki oleh Albert.

"Kalian ingin berdansa? Berdansa saja, aku tak apa," ujarku menatap Carren dan Pierre.

"Tid-"

"Pergilah.." usirku sambil mendorong tubuh mereka ke dancing floor, lalu pergi ke meja bar yang tersedia.

Aku menenggelamkan wajahku dilipatan tanganku. Aku tersentak kaget saat seseorang menepuk bahuku pelan. Aku menatap seorang lelaki berambut coklat tampan itu yang sedang tersenyum kecil padaku.

Aku mengernyit bingung, "Siapa kamu?" tanyaku bingung.

Lelaki itu terkekeh geli, sedikit demi sedikit aku merasa ada yang tak asing pada wajahnya, "Aku pernah melihatmu.," ujarku mengusap daguku sambil berpikir keras.

"Lupakan hal itu, ingin minum?" tanya lelaki itu.

Ashley yang terhipnotis oleh wajah tampan itu langsung mengangguk kikuk.

"Dua gelas vodka," ujar lelaki itu.

"Jadi, apa kita pernah bertemu?" tanyaku padanya.

Lelaki itu mengerutkan keningnya, "Hmm.. Dimana, ya?" dia mengusap dagunya seakan-akan sedang berpikir keras, "Tunggu sebentar." lelaki mengambil sesuatu dari kantung jasnya, dan mengeluarkan sebuah kacamata tebal, lalu memakainya, "Mengenalku?" Astaga! Dia Dominique, aku sampai tak mengenalinya karena perubahan penampilannya itu.

"Maaf, aku tidak mengenalimu," ujarku.

Dia terkekeh geli. Jujur, aku lebih suka melihatnya yang tidak kaku seperti ini.

"Tenang saja, aku mengerti," ujarnya, lalu meneguk vodka yang tadi dipesannya, "Tak ingin minum?" tanyanya menatap gelas yang masih terisi penuh.

Aku tersenyum kikuk, lalu meminum minuman yang membakar tenggorokan ku tersebut. Aku mengibas-ngibaskan tanganku kearah wajahku yang terasa begitu panas seperti dibakar.

30/ 04/ 2017

Hei! Hari ini aku update lagi, ngomong-ngomong terima kasih untuk sekian kalinya, karena LVLF ranknya menaik lagi, Charlies sayang kalian 😘😘😘

Apa harapan kalian di next chap?

-Charlies_N-

Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang