Chapter 8

8.5K 464 118
                                    

Author's POV

Raskal langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit ketika motornya sudah terparkir dengan benar. Ia berniat mendatangi meja resepsionis untuk menanyakan keberadaan korban kecelakaan bernama Dicky, tapi ternyata Eris sudah menunggunya di dekat pintu masuk.

"Ris! Gimana keadaannya Dicky?" Tanya Raskal panik, fikirannya sedang sangat kalut saat ini.

"Ikut gue!" Jawab Eris singkat.

Mendengar jawaban yang seperti itu, membuat Raskal jadi merasa tak karuan. Antara menyesal, cemas, khawatir, takut, dan sedih menjadi satu. Raskal hanya berjalan di belakang Eris dengan posisi menunduk.

Tak lama kemudian, sampailah mereka di sebuah ruangan. Eris membuka pintu ruangan itu lalu meminta Raskal untuk masuk terlebih dahulu. Di dalam sana terlihat beberapapa ranjang berseprai putih yang dipisahkan oleh tirai berwarna putih gading.

Eris kembali berjalan di depan Raskal sampai akhirnya berhenti di ranjang paling ujung. Di situ terlihat Dicky tengah terbaring dengan mata tertutup. Melihat Dicky dalam keadaan tak sadar, membuat hati Raskal sedikit tergetar. Ia masih ingat tentang bagaimana ia membentak dan mempermalukan Dicky di depan orang banyak. Raskal menyesal. Sungguh.

Dengan kaki bergetar, Raskal mendekati Dicky. "Maafin gue Dicky. Ini salah gue."

Samar-samar Eris tersenyum, sahabatnya sudah kembali lagi seperti dulu. Dari belakang Eris menepuk-nepuk pelan bahu Raskal, ia tahu bahwa Raskal saat ini sedang cemas sekaligus takut. "Kata dokter, dia baik-baik aja. Cuman kepalanya aja yang terbentur agak keras sampai dia pingsan sama beberapa luka gores. Untung dia pake helm sama jaket, jadi nggak terlalu parah."

"Maafin gue Ris. Seharusnya gue nggak ngomong kayak gitu ke elo. Gue nyesel."

"Ok bro. Gue maaf--"

"Mana Dicky?" Tiba-tiba dua orang laki-laki menghampiri Raskal dan Eris. Salah seorang dari mereka terlihat memakai jas kantor, sedangkan yang satunya lebih berpenampilan kasual.

"Ayahnya Dicky?" Tanya Eris.

"Iya, saya ayahnya Dicky. Bagaimana kondisinya?" Jawab laki-laki yang memakai jas kantor. Raskal sedikit menepi, memberi ruang untuk ayah dari Dicky untuk menemui putranya.

"Apa yang terjadi?" Tanya seseorang yang bersama ayah Dicky tadi.

"Saya juga kurang tau. Tapi salah seorang bercerita bahwa Dicky melaju dengan cepat dari arah timur, tiba-tiba entah karena apa Dicky menabrak sebatang pohon lalu terjatuh dari motornya. Kepala Dicky sempat terbentur batu, tapi untungnya ia memakai helm." Eris menceritakan semua yang ia ketahui tentang kecelakaan yang menimpa Dicky beberapa saat yang lalu dengan jelas.

Raskal semakin menunduk ketika mendengar cerita Eris, ia jadi merasa lebih bersalah lagi. "Om, maafkan saya. Sebelum kecelakaan, saya sempat bertengkar dengan Dicky. Seandainya saya tak membuatnya marah, mungkin ia akan lebih fokus dalam berkendara. Maafkan saya om." Ucap Raskal pelan.

"Ah, tidak apa-apa. Dicky memang buruk dalam mengontrol emosinya. Ini kedua kalinya dia mengalami kecelakaan karena emosi saat di jalan. Terima kasih banyak sudah menolong dan menjaga Dicky. Perkenalkan, nama om Endra. Laki-laki yang berdiri disana, dia adalah kakaknya Dicky, namanya Reihan. Nama kalian siapa?"

"Nama saya Raskal dan ini teman saya Eris."

"Sebaiknya kalian segera pulang. Apa perlu ku antar?" Kata Reihan. Firasatnya mengatakan bahwa baik Eris maupun Raskal masih berstatus sebagai pelajar, jadi esok hari mereka harus masuk sekolah.

Tentu tawaran dari Reihan ditolak oleh Raskal dan Eris, karena mereka berdua datang kemari dengan membawa motor masing-masing.

"Ris, elo udah nggak marah sama gue kan?" Tanya Raskal ketika mereka berdua sudah sampai di parkiran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You and Me are GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang