Eleven

22K 2.6K 568
                                    


Pukul 6 pagi, ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamar kos Rere. Saat Rere membuka pintu, sudah ada Jun yang tersenyum lebar di hadapannya.

Rere balas tersenyum, dia selalu suka melihat lesung pipi yang menghiasi wajah pacarnya itu. Too cute!

"Udah siap?" tegur Jun.

"Udah kok, tinggal bawa tas aja."

"Aku yang belum, Re... Numpang ke WC ya."

Mood Rere langsung drop seketika saat Jun lari terbirit-birit ke kamar mandi. "Siram yang bersih!" teriaknya.

Rere memilih untuk menanti di teras, membiarkan Jun berorkestra di dalam sana. 10 menit kemudian Jun keluar menghampiri Rere. Tangannya mengusap-usap perut.
"Maaf ya, Sayang... Panggilan alam tak tertahankan."

Rere memutar bola matanya. "Pagi-pagi udah mules, makan apaan semalem?"

"Al pesen Thai food. Kayaknya dia berniat meracuni aku sama AJ deh. Pedes banget soalnya! Bangke banget tuh anak!" keluh Jun.

Rere tertawa, ikut mengusap-usap perut Jun. "Kaciannnnn. Jadi pergi ga? Kalau sakit perut, mending di sini aja."

"Jadi dong, Sayang...."

"Sanggup kamu naik motor boncengin aku ke Lembang? Jauh kan. Nanti mules tambah masuk angin juga deh!" Rere memandang Jun, sangsi.

"Sanggup! Ga percayaan amat sih sama pacar!" seru Jun sewot.

Rere tertawa, meninju lengan Jun, gemas. "Ya udah, berangkat sekarang, deh... Udah cuci tangan kan tadi?"

Jun menyodorkan tangannya ke bawah hidung Rere. "Udah! Pake sabun kamu yang bunga-bunga gitu. Ya Lord... bauku jadi kayak bau cewek."

Tawa Rere kembali pecah. "Girly sedikit gapapa lah.... Yuk!" Rere mengunci pintu kamarnya kemudian berjalan duluan sambil menepuk-nepuk pantat membuat kening Jun berkerut.

"Kamu ngapain?"

"Nyiapin pantat biar ga tepos! Jauh kan jaraknya! Eh, helm aku ketinggalan... Bentar, ambil dulu...."

Jun menahan tangan Rere saat dia berbalik. "Ga jadi naik motor. Aku diomelin AJ pas cerita mau bawa kamu ke Lembang, lebih tepatnya ke kaki Gunung Tangkuban Perahu naik motor. Kasihan kalau kamu capek, jadi dia minjemin ini." Jun mengacungkan kunci mobil berlogo Porsche.

"Kok bisa?" Mata Rere membulat seketika. Dalam hati merasa norak. Baru lihat kunci mobil aja udah turn on duluan. Apa kabar naik mobilnya??

"Bisa lah, mobil dia banyak kok... Masih ada dua lagi. Satu Jaguar, satu lagi BMW. Cuma kemarin aku jadi ngojekin dia pulang. Eh enggak, dia yang bawa motor. Trus bawanya udah kayak orang sakit. Ngepot kanan-kiri. Nyawaku kayaknya berceceran entah kemana pas nyampe penthousenya dia. Dia ngeluh katanya ga dibolehin beli motor sama Ally.

Mau sih nyautin, dukung Kak Ally! Sambil bawa pom pom. Tapi takut ga jadi dipinjemin mobil."

Jun mengamit tangan Rere dan membawanya ke depan porsche hitam mengkilat itu, dia membukakan pintu lalu pergi ke sisi pengemudi.

Baru kali ini Rere lihat mulut Jun komat-kamit saat mau menstarter mobil. "Tumben pakai doa dulu," tegurnya.

"Harus, Re.... Ini mobil kalau sampe lecet, aku jual diri aja, ga bisa ngeganti kayaknya."

Tawa Rere membahana. "Semoga selamat sampai tujuan ya, Jun."

"Semoga, Lord! Udah kamu tidur aja, capek kan kemarin. Nanti kita sarapan di rest area aja ya." Jun mengusap pelan puncak kepala Rere.

Kang JunedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang