Buku Curhat

31 1 1
                                    

"Pokoknya, kalo ada tugas kelompok lagi, kita harus bareng." 

"Tapi kalo ditentuin sama gurunya gimana Ta?" 

Cinta diam. "Iya juga ya." ujarnya sembari mondar-mandir. 

"Ya udah, kalo misalnya ditentuin guru ya pasrah aja. Kalo buat kelompoknya bebas, ya begini lagi. Beres kan?" Karmen akhirnya memberi solusi.

Cinta menjentikkan jarinya. "Nah, pinter lo." 

Tugas kelompok mereka beberapa waktu yang lalu memperoleh nilai tertinggi dan dipuji oleh Pak Taufik. Sejak saat itu juga mereka jadi merasa lebih 'klop' satu dengan yang lain, bukan hanya karena urusan tugas, tapi ya memang cocok saja.

"Bu, aku pergi dulu ya." Karmen pamitan pada Ibunya yang hari ini pulang lebih awal. 

"Pergi melulu nih sekarang?" Ibu meledeknya. 

Karmen terkekeh. "Mau ke rumah Cinta, Bu." Lanjutnya terburu-buru karena taksi di luar sudah menunggunya.

"Jangan malem-malem pulangnya." Ibu mengingatkan Karmen.

"Siap, bos!" sahut Karmen sambil memberi 'hormat' pada ibunya kemudian keluar dari rumah dan langsung masuk ke taksi.

************************************

Sesampainya di rumah Cinta, rupanya mereka semua sudah berkumpul lengkap di kamar Cinta. Saat Karmen membuka pintu kamar Cinta, semuanya kompak menoleh.

"Yah, telat lo Men." tegur Cinta begitu Karmen sampai.

"Sorry, hampir ketiduran tadi gue." jawab Karmen dengan jujur.

"Ya udah, sini-sini.." Milly berdiri dari duduknya kemudian menarik tangan Karmen agar ia bergabung dengan mereka.

"Tau tadi gue ga pulang dulu ya, langsung aja bareng kalian." Karmen jadi menyesali keputusannya setelah melihat Milly masih memakai rok abu-abu meskipun atasannya sudah berganti menjadi kaus biru. Maura dan Alya bahkan masih memakai seragam lengkap, tanda bahwa mereka langsung datang ke rumah Cinta tanpa pulang dulu ke rumah masing-masing.

"Ya udahlah santai aja kali Men." Maura menghibur Karmen.

"Udah ngapain aja kalian tadi?" tanya Karmen.

"Ta..daaa..." Cinta menunjukkan sesuatu pada Karmen. "Bagus gak? Tadi lo telat sih, jadi ga ikut milih warna buat sampulnya deh." lanjutnya.

Karmen menerimanya sembari tersenyum. Sebenarnya itu sebuah buku tulis biasa yang disampul dengan kertas kado berwarna cokelat. Yang membuat buku itu spesial adalah, ada tulisan 'Buku Curhat'--yang setiap huruf-hurufnya dipotong dari majalah-- di sampulnya.

"Bagus banget. Tadi selama gue belum kesini kalian yang bikin nih?" Karmen masih terkagum-kagum melihatnya.

"Nih, tangan gue masih ada bekas lemnya." jawab Milly sembari iseng ingin memeperkan tangannya ke baju Karmen dan Karmen langsung menghindar.

"Berani meper, gue timpa lo." balas Karmen sedikit mengancam namun mereka semua sudah tahu ia pasti bercanda. Mereka semua lalu tertawa.

"Ide siapa sih bikin ginian?" Karmen bertanya lagi. "Maap ya banyak nanya, kan gue telat tadi datengnya." sambungnya.

Milly, Maura, dan Alya kompak menunjuk Cinta yang sedang mengangkat tangannya.

"Jadi, kalo ada apa-apa, kita curhat aja disini. Buku ini punya kita sama-sama, jadi setiap masalah yang ada di buku ini, ya masalah kita sama-sama." Cinta menjelaskan maksudnya membuat buku curhat ini.

Karmen, Milly, dan Maura mengangguk-angguk, tapi Alya diam saja. Ekspresi wajahnya sulit ditebak.

"Nah, biar seru, kita bikin semacem kesepakatan gitu yuk di sini." Cinta menunjuk halaman depan buku. "Terus nanti foto-foto kita ditempel disini." ia menunjuk sisi yang lain di buku itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 06, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ada apa dengan Karmen?Where stories live. Discover now