9. penolong

36 9 0
                                    

Anggi mengayuh sepedanya lebih santai setelah pamit pada Juna dan Putri. Mungkin ia ingin menikmati angin pra-sore kali ini. Entahlah.

Matanya membelalak saat melihat seorang anak kecil dan ibunya diserempet sebuah mobil hitam. Anak kecil dan ibu itu tersungkur di aspal namun mobil hitam itu tetap melaju.

Rasanya seperti amarah yang memuncak. Anggi kesal melihat pengemudi mobil itu yang tidak bertanggung jawab. Anggi pun mengejar mobil itu dengan sepedanya. Setelah sepedanya didekat mobil itu, Anggi memukul-mukul kaca mobil itu dengan telapak tangannya sambil teriak, "Woy! Berenti gak lu!"

Setelah beberapa kali diteriaki dan dipaksa keluar, akhirnya pengemudi mobil itupun memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Eh mas! Lu gak sadar apa baru nabrak orang?" Sergah Anggi saat pengemudi itu turun dari mobilnya.

Pengemudi mobil itu terlihat santai dan hanya diam tak menanggapi Anggi. Anggi dibuat kesal olehnya. Lantas Anggi mendorong bahu pria itu cukup keras.

"Lu siapa sih?" Tanya pengemudi itu dengan nada yang menantang Anggi. Anggi geram. Tapi ia tidak mau merusak nama baiknya yang memang sudah rusak sebenarnya. Anggi ingin sekali memukul pria didepannya itu.

Anggi menghela nafas kasar. Semoga kali ini ia bisa mengontrol emosinya.

"Lu gak perlu tau gue siapa. Yang jelas sekarang lu harus tanggung jawab!" Kata Anggi dengan nada tinggi.

"Denger ya bocah tengik, anak kecil itu yang salah!" Balas pria itu sambil menunjuk si anak kecil yang sedang menangis.

"Eh! Lu tuh gak tanggung jawab banget sih! Jelas-jelas mobil lu yang nyerempet anak kecil sama ibu-ibu itu!" Seru Anggi sambil menunjuk dada pria didepannya. Amarah Anggi sudah memuncak.

Masih ada aja orang yang gak tanggung jawab! Geram Anggi didalam hatinya.

Pria penabrak itu jengah mendengar Anggi. Entah apa yang ada dipikiran pria itu sampai-sampai ia malah masuk kembali ke dalam mobilnya, bukan bertanggung jawab.

Tapi belum sempat pria itu menutup pintu mobilnya, Anggi sudah menahan pintu itu. Lantas Anggi menarik kerah kemeja pria itu sampai pria itu keluar dari mobilnya. Anggi mendorong pria itu sampai ia mentok ke mobilnya. Tanpa babibu Anggi langsung menonjok tulang pipi pria itu.

Pria penabrak itu meringis sambil memegangi pipinya yang lebam. Lalu ia menatap Anggi sengit. Pria itu mendorong Anggi sampai Anggi mundur beberapa langkah. Pria itu sudah siap menampar Anggi, namun ketika tangan itu hampir mendarat di pipi kiri Anggi, ada sebuah tangan mencekal tangan pria itu.

Anggi mengerjap. Pria penolong itu mendorong pelan Anggi agar ia menjauh.

"Lu bisa gak, gak kasar sama cewek?!" kata pria penolong itu. Anggi mendongak dan tak pernah menyangka siapa malaikat penyelamatnya itu.

"Vano?" Gumam Anggi.

"Lu siapanya? Pacar? Dasar bocah tengik" kata pria penabrak. Sebut saja begitu.

"Emang kenapa kalau gue pacarnya?!" Sahut Vano lantang membuat Anggi membelalakan matanya. Astaga. Tolong kontrol jantung Anggi, Tuhan.

"udah! Sekarang mending lu tanggung jawab!" Seru Anggi dari belakang pada penabrak itu.

Vano menatap Anggi bertanya. Sebenarnya apa yang terjadi. Anggi yang mengerti tatapan itu berkata, "dia nyerempet ibu-ibu sama anak kecil itu" sambil melirik anak kecil dan ibunya itu.

Tanpa perintah, Vano membawa pria itu mendekat kearah korban yang sedang ditenangkan warga.

"Sekarang mas tanggung jawab. Bawa ibu dan anaknya ke rumah sakit" kata Vano tegas diikuti seruan para warga yang memojokan pria itu.

Imma Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang