Part 19 : Sweet Moment

Start from the beginning
                                    

"Apakah kau mulai kesulitan karena diriku?" Freya mempererat pelukannya.

"Jangan katakan itu, kau melukaiku Freya sayang," ucap Ryu sedih.

"Tidak! Aku hanya ...." Freya mulai kebingungan, bukan itu maksudnya.

Ryu mengecup lembut bibir Freya. Menatap mata ungu kuno yang begitu mempesona.

"Aku mengerti kau tidak bermaksud demikian. Tapi Freya sayang, jangan pernah mengatakan hal seperti itu. Kaulah kebahagiaanku. Dan apapun yang mengusik kebahagiaanku maka aku juga ikut terusik. Dan itu bukan salahmu. Dunia ini memang seperti itu, jika ada kebaikan maka ada pula kejahatan. Dan tugaskulah untuk memastikan kejahatan itu tidak melukaimu, kebahagianku."

"Iya," Freya menggosokkan hidungnya pada hidung Ryu. "Tapi maukah kau berbagi beban itu juga denganku? Kau harus ingat, bahwa kau juga adalah kebahagiaanku."

"Tentu," ucap Ryu bohong. Freya terlalu baik, memang dirinya adalah kebahagiaan gadis itu tapi tetap saja, istrinya tidak akan membiarkan orang sekitarnya tidak bahagia. Dan Ryu akan menjaga Freya dari orang-orang yang mencoba memanfaatkan hal tersebut.

"Lihat! Matahari mulai terbenam." ucap Freya antusias. "Cantiknya ...."

"Tapi lebih cantik kau sayang," Ryu berbisik manja.

"Dasar ... kau pasti akan segera mengurungku di kamar lagi," balas Freya. Ia mulai hapal kebiasaan suaminya ini.

"Memang," Ryu tersenyum jahil. Ia bangkit sambil membopong Freya. Dengan nada serak dan parau ia berbisik, "Aku telah memenuhi janjiku padamu. Sekarang giliranku untuk mendapat kesenanganku. Kau tahu, sakit sekali menahan ini."

Freya menyapukan bibirnya pada bibir Ryu dengan lembut. Kemudian memberikan Ryu senyum tantangan. "Bahkan belum sampai lima menit kita menikmati indahnya matahari terbenam."

"Begitu bersama denganku, kujamin lebih daripada sepadan."

Freya tersenyum jahil. "Benarkah? Sehebat apa dirimu?"

"Sangat hebat."

Ryu melumat bibir Freya dengan lapar, sambil tetap membopongnya menuju pondok kecil tak jauh dari tempatnya tadi. Pondok khusus yang ia pesan dari tempat penginapan miliknya. Ryu menendang pintu hingga terbuka, kemudian dengan menggunakan kakinya ia menutup pintu, tanpa menguncinya. Lagipula tidak akan ada seorang pun, ini tempat miliknya dan ia sudah memerintahkan bawahannya untuk tidak ada seorangpun yang dapat mengganggunya di tempat ini.

Ia meletakkan Freya di ranjang dengan hati-hati, dengan perlahan dan cekatan ia membuka pakaian Freya satu per satu. Tentu tanpa melepaskan bibirnya barang sedetikpun.

Bibir Ryu mulai bergerilya turun dari bibir Freya, meninggalkan jejak api di setiap tempat yang ia sentuh. Ia terus menyentuh Freya di seluruh tempat, dan hari ini ia ingin mengejutkan istrinya.

Mulut Ryu semakin turun hingga berhadapan dengan pusat kewanitaan Freya.

"Oh. Tidak Ryu," ucap Freya lemah.

Bukannya mendengarkan ia justru memulai aksinya dengan tegas. Bergerak menggoda gadis itu dengan kejam. Freya tak dapat menahan desahannya, ia meremas seprai dengan kencang.

"Ssst ... kau sungguh cantik. Jangan ditahan, rasakan saja, kau tidak perlu malu-malu cintaku."

"Oh.."

Ryu terus menyiksa Freya dengan lidahnya. Pandangan Freya kabur, langit-langit pondok terlihat berputar. Ketika ia mencapai klimaks tubuhnya melemas seketika.

"Nah, sekarang baru acara utamanya,"  suara Ryu terdengar semakin serak dan dalam. Pria itu menatap Freya dengan mata birunya yang diselimuti kabut gairah. Dalam beberapa detik tak ada satupun pakaian yang melekat pada tubuhnya. Otot-otot yang terpahat dengan sempurna di tubuh Ryu terpampang dengan jelas. Siap bergulat dengan tubuh wanita yang tengah menatapnya dengan takjub.

Ryu meletakkan kaki Freya dibahunya, bibirnya menangkap bibir Freya yang basah, sementara tangannya menangkup payudara Freya dengan sempurna.

Ketika kedua tubuh itu menyatu, api gairah semakin berkorbar. Terus berkorban, dan membakar dengan sangat panas setiap detiknya. Gerakan tubuh mereka bergitu selaras dalam harmoni, seolah-olah mereka telah menemukan bagian lain yang telah lama hilang.

Kewanitaan Freya membungkus Ryu begitu hangat dan erat, setiap menyentuh Freya seperti ini Ryu selalu merasa bahwa inilah pertama kalinya mereka bercinta.

Ryu memacu gerakannya dengan cepat, bibirnya menyesapi dalam-dalam bibir Freya, menikmati rasa manis candu yang membuatnya hampir sinting, atau bahkan ia memang sudah sinting?

Mereka berdua hampir mencapai ujung tebing gairah. Ketika tiba di puncak, ledakan gelombang besar segera menerpa, gelombang kenikmatan yang membuatnya merasakan surga dunia. Ia menatap Freya sambil tersenyum.

"Aku sungguh mencintaimu. Lebih daripada hidupku," ucap Ryu lembut sambil merapikan rambut merah jahe Freya ke balik telinga.

"Begitupun aku. Aku mencintaimu, kaulah duniaku Ryu, tidak, kau bahkan lebih dari itu," balas Freya sambil mengelus pipi Ryu.

Ryu menangkap tangan Freya. "Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang dan melelahkan.."

"Aku menantikannya." Freya tersenyum bahagia.

---**---

To Be Continued

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now