(6)

3.2K 69 0
                                    


Bang Dede

(1)

Seminggu setelah perjumpaan itu. Ada rasa kangen yang menyelimuti batinku. Wajah dan senyumannya terbayang-bayang dalam benakkku. Dia itu seolah sosok yang selama ini yang selalu kutunggu-tunggu. Dan aku ingin dia hadir mengisi ruang kosong dalam hidupku.

(2)

Aku masih berdiri di sini. Di seberang jalan yang sama saat Pria berkacamata itu memanggilku. Aku berharap aku dapat berjumpa kembali dengan makhluk impianku itu. Di sini ... di waktu yang sama.

Namun, sepertinya tak ada tanda-tanda kehadirannya. Aku hanya terlalu ngarep.

(3)

Langit di atas terlihat mendung. Kurasa hari akan segera hujan. Sebaiknya aku pulang saja ke kost'an. Aku akan menonton film yang semalam kubeli di toko kaset DVD. Film yang berjudul The Normal Hear. Sebuah film yang bertema LGBT dan dibintangi oleh Julia Roberts.

(4)

Sambil memakan cemilan ringan aku menonton film yang bergenre drama ini. Cukup banyak adegan syur yang bikin jantungku jadi berdebar-debar. Dari awal film sudah disuguhkan dengan kemolekan tubuh pria-pria atletis yang menggugah gairah. Apalagi pemainnya ganteng-ganteng banget.

(5)

Aku sangat menikmati alur cerita film ini yang cukup membuat emosiku larut dalam setiap adegan demi adegan para aktornya yang sangat natural.

Namun, di tengah asiknya aku menonton. Tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk-ngetuk. Aku kaget, lalu bergegas membukakannya.

(6)

Dan saat kubuka pintunya, aku jadi sangat surprise. Karena di depanku telah berdiri seorang pria yang daritadi kucari-cari di tepi jalan. Siapa lagi kalau bukan si kacamata itu.

"Abang Dede?" ujarku tak percaya melihat penampakannya.

"Hai, Dek!" sapa dia dengan senyuman indahnya.

"Ayo masuk, Bang!" ajakku.

(7)

"Maaf ya, Dek ... Abang mampir lagi."

"Ah ... Abang tidak apa-apa kok. Aku malah senang."

"Adek lagi apa sih?"

"Herio lagi nonton film, Bang."

"O ... Abang ganggu dong?"

"Ah, nggak kok, Bang."

"Film apa tuh, Dek?"

"The Normal Heart."

"Tentang apa, De, ceritanya?"

(8)

"Sini Bang!" Aku menarik tangan Bang Dede dan membawanya duduk di lantai.

"Kita nonton bareng aja, seru ... film ini bercerita tentang Gay dan HIV AIDS," terangku.

"O, gitu!" Bang Dede manggut-manggut. Sok paham.

"O, ya, Dek .... Abang bawain buah pisang kesukaan Adek!"

(9)

Bang Dede mengeluarkan seplastik buah pisang sunpride dari dalam tasnya dan menyerahkan kepadaku.

"Kok Abang tahu sih, kalo Herio suka pisang Bang?" ujarku heran.

"'Kan Adek sering bikin status soal pisang di FB jadi Abang bawain aja pisangnya."

(10)

"Duh ... Abang perhatian banget sih, terima kasih ya, Bang."

"Iya, De ... cuma buah pisang yang bisa Abang kasih. Kuharap Adek menyukainya."

Selimut JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang