Prolog

42 5 7
                                        

Dear,

Dua puluh tahun lalu, aku terlahir sempurna. Masa kecilku pun tidak berbeda dengan teman-temanku yang lain. Aku bermain bersama anak-anak disekitar rumah, mengaji, dan pergi ke masjid bersama. Dulu aku tomboi. Rambutku selalu terpangkas seperti pria, aku suka bersepeda, berlari, dan aku suka bermain diluar rumah. Tapi entah kapan semuanya berubah dan menghilang begitu saja.

Sebenarnya aku tak terlalu yakin--karena aku tidak bisa mengingat masa kecilku dengan jelas--, tapi semenjak memasuki bangku sekolah aku menjadi pemalu dan pendiam. Mungkin karena aku baru memasuki tahap hidup baru--dunia sekolah.

Memasuki bangku sekolah dasar, tak berbeda jauh dari sebelumnya. Aku masih pendiam, pemalu dan cuek. Meskipun aku memiliki teman dan sering bermain bersama, tapi aku tak bergantung pada mereka. Aku senang-senang saja melakukan semuanya sendirian. Karena kami sama-sama masih anak kecil, kami tidak tau apa itu orang aneh, jahat, dan kami belum bisa berpikir macam-macam seperti orang dewasa. Yang kami tahu hanya sebatas anak nakal dan anak baik. Saat itu duniaku terasa sangat nyaman.

Beranjak ke bangku sekolah menengah, aku memiliki banyak teman dan cukup banyak yang memperhatikanku. Aku senang bersama mereka yang selalu menemaniku. Tapi kemudian pertemanan kami bubar. Apalagi kalau bukan karena masalah cinta monyet? Klise, tapi justru itulah khas anak sekolah menengah.

Terlepas dari kasus cinta monyet, bubarnya pertemanan itu membuatku sadar bahwa berteman dan sering menghabiskan waktu bersama, tidak berarti mereka benar-benar menerima kita. Dari situ aku mulai belajar mencari teman. Aku mencoba berteman dengan siapapun tanpa adanya harapan kita harus terus bersama-sama kemanapun.

Aku memutuskan bergabung dua kegiatan ektrakulikuler. Memang tidak setiap hari aku bercakap dengan mereka, tapi setidaknya kami saling sapa, dan mereka benar-benar menganggapku ada di sekitar mereka. Masa-masa itu adalah masa terbaikku.

Sebelum akhirnya kami terus tumbuh, berpisah, dan.... Aku sadar akan pemikiran orang dewasa. Aku tak tahan dengan tatapan mereka yang menganggapku....

Ah Shit! Bisakah berhenti menatapku seperti itu?!😡

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 12, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Introvert DiaryWhere stories live. Discover now