Chapter 2

1.9K 215 56
                                    

Memiliki kemampuan melihat makhluk tak kasat mata merupakan sebuah kutukan dan Leah membencinya.

Bagaimana tidak? Karenanya, gadis pemilik mata biru itu tidak pernah mempunyai teman. Sejak kecil dirinya selalu dijauhi, di-bully sampai sekarang. Bahkan hal terakhir yang membuatnya harus tidak mandi pagi ini adalah juga karena kemampuannya.

Berawal dari ketidaksengajaannya memaki arwah di toko kaset karena selalu mengganggunya bekerja dua minggu yang lalu, Leah harus kehilangan pekerjaan. Dia dianggap gila oleh Bosnya karena bicara sendiri.

Demi ayam renyah KFC, tentu saja dia masih waras.

Dianggap gila, kehilangan pekerjaan, tidak punya uang, tidak punya teman, tidak mandi karena tidak bisa membayar tagihan air. Lengkap sudah. Mati saja! Itu yang terlintas di benaknya beberapa saat yang lalu ketika duduk di kursi bus. Namun, tentu saja sekali lagi Leah masih waras, dia tidak akan bunuh diri. Dia tidak ingin mati dalam keadaan bau. Jika mati, dia harus dalam keadaan cantik dan wangi. Lagipula sayang jika beasiswa yang diterimanya tiga bulan lalu tidak digunakan sebaik mungkin. Leah harus menghargai usaha pemerintah yang sudah memasukkan dirinya ke dalam jajaran siswi berprestasi penerima beasiswa pendidikan.

Kapan lagi bisa bersekolah di universitas ternama secara gratis?

Mahasiswi jurusan seni universitas London itu sudah berusaha keras untuk tidak berinteraksi dengan mereka, hanya agar keberadaannya masih dianggap waras meskipun sebenarnya dia tidak terlalu peduli karena faktanya tidak ada yang benar-benar menganggapnya ada. Tetapi, hei! Tetap saja Leah ingin dianggap normal!

***

Gadis itu baru saja turun dari bus, tetesan kecil gerimis mengenai wajahnya. Ia mendongak. Mendung.

"Demi para hantu tanpa kepala. Kau sangat baik Pemilik Semesta, tahu aku belum mandi, huh? Jangan hujan sampai aku masuk kelas!" gerutunya sambil sedikit berlari memasuki area kampus. Ia mendekap gulungan kertas yang merupakan tugasnya agar tidak terkena air, sambil berharap tidak bertemu dengan pria keriting yang tidak ingin ia sebut namanya.

Si Keriting itu selalu menindas Leah. Sejak awal mereka bertemu hingga sekarang. Awalnya mungkin memang salah Leah, dia tidak sengaja menumpahkan minuman ke pakaian pria pemilik mata sehijau danau itu. Leah sudah meminta maaf berkali-kali. Namun, pria bernama Harry Styles itu tidak mau tahu dan entah bagaimana caranya, Harry mengetahui rahasia Leah, yang sekarang bukan merupakan rahasia lagi bagi warga seantero kampus. Yakni, Leah adalah seorang gadis indigo, hal itu membuatnya dijauhi. Ia sendiri bingung, apa salahnya menjadi indigo? Apa mereka pikir dirinya seperti cenayang?

Dan kini, sepertinya nasib memang sedang mempermainkannya. Dia melihat musuhnya sudah berdiri di dekat pintu masuk kelas bersama gerombolannya yang tak pernah ia pedulikan siapa nama mereka. Leah merutuk dalam hati, mengapa si Berengsek itu sudah datang di jam seperti ini. Biasanya dia selalu datang terlambat.

Leah memutuskan berbelok, keluar dari selasar menuju rerumputan. Mencoba membaur dengan siswa siswi yang ada di sana agar Harry tidak melihatnya sembari menunggu pelajaran dimulai. Ia berjalan cepat, sedikit berlari, berharap gerombolan itu tidak melihatnya. Ia tidak takut, hanya saja gadis itu harus menjaga reputasinya agar tetap bisa berkuliah di sana. Namun, ketika ia menoleh ke belakang. Harry sudah mendatanginya diikuti gerombolannya tentu saja.

"Sialan!"

Leah mempercepat langkahnya. Ia tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. Harry mempermalukannya dengan menaruh cat merah di kursinya hingga membuat Leah harus menjadi pusat perhatian ketika berjalan di selasar. Semua orang mengira dia berdarah dan ketika dia mendatangi Harry, pria itu justru semakin mempermalukannya.

Sorry, Indigo Girl [HS]Where stories live. Discover now