Adam masih melihat Hema berkelahi dengan Surya, seniornya. Entah kapan perkelahian itu akan berhenti. Yang pasti, tak akan berhenti jika salah satu diantara mereka belum ada yang tumbang.

**
~Flashback

"Ngeliatnya jadi laper!"

Kata Adam saat Hema membuka kotak bekalnya. Adam dan Hema saat ini sedang duduk ditaman sekolah.

"Ini nasi liwet ala mama Nadine!" Hema memamerkan pada Adam, tepat saat ada dua siswi melewati depan mereka. Spontan saja Hema langsung menaruh kotak bekal itu kebelakang punggung. Dua siswi itu hanya tertawa kecil. Mungkin fikirnya dijaman sekarang ini masih ada anak kelas tiga Smp yang membawa bekal.

"Udah. Gak usah disembunyiin. Ngapain malu sama mereka. Lagian aku malah iri sama kamu. Mama-mu itu selalu masak buat bekel kamu kesekolah. Sementara Ibuku!"

Ucapan Adam ada benarnya, fikir Hema.

"Yaudah, mamaku kan mamamu juga. Ayok makan!"

Dua anak lelaki itupun dengan lahap menyantap nasi liwet yang ditemani dengan tempe goreng, ikan asin balado serta sambal goreng.

~

**

"Gimana enak?" Sukma, anggota laksana kelas sebelas tak sabar ingin mendengar komentar Adam-adik kelasnya soal rasa nasi kuning buatanya.

"Enak kok kak!"

Enak. Tapi ekpresi Adam datar saja.

"Serius gak sih dam?" Sukma kakak kelas yang rempong, tak bisa hanya mendengar satu kali jawaban.

"Cius kakak!"

"Aduuh. Makasih Adamku yang imut!" Sukma mencubit pipi Adam. Rupanya Rizky bisa melihat ada sesuatu yang tersirat dari ekspresi Adam kali ini.

"Kenapa? Ada apa?" Rizky berusaha membujuk Adam agar terbuka.

"Anu Kak. Dibelakang sekolah. Lagi ada yang berantem!"

"Siapa? Pasti Hema ya?"

Rizky saja sudah bisa menebak. Pokoknya jika ada urusan berantem pasti tak jauh dari yang namanya Hema.

"Ia Kak!"

"Sama siapa?"

"Kak Surya!"

"Surya Fauzan?"

Dengan cepat, Rizky ditemani Adam langsung menuju ke TKP. Ya tempat berlangsungya duel antara Hema dan Surya. Tapi saat mereka tiba disana, suasana sudah mulai sepi. Yang ada hanya beberapa murid yang sedang asyik berselfie-sukaesih ria.

"Mana dam?" Rizky mengitari sekeliling

"Tadi disini kok kak?"

Dan keduanya sudah sepakat untuk mencari Surya. Kalau Hema jangan ditanya, pasti dia sudah pergi kealam lain alias sudah tidak ada disekolah. Dan rupanya Surya berada dikelasnya. Wajah dengan keadaan memar. Kancing baju yang hanya tersisa tiga. Rambut yang berantakan.

Beberapa teman Surya berusaha mengobati memar diwajah surya menggunakan batu es. Rizky langsung duduk dibangku didepan Surya. Surya saat ini duduk selonjoran dengan dua kursi milik Rita dan Harto. Ya. Bukan Rita sugiarto. Tetapi penghuninya memang bernama Rita dan Harto.

"Ngapain lo berdua kesini?" Ucap Surya tanpa memperhatikan Rizky dan Adam.

"Lo kenapa sih pake berantem sama adek kelas segala?" Kata Rizky. Adam hanya berdiri disamping Rizky.

"Bukan urusan lo!" Surya masih mengacuhkan

"Gue ini temen lo sur. Kita udah mau lulus. Lo bisa kan buat image yang baik pada guru-guru"

"Haha. Image. Ky, gue gak akan mulai duluan kalo tuh anak gak mulai duluan. Harusnya Lo selaku Pradana Ambalan, terima kasih sama gue. Karena ague ngasih pelajaran sama itu anak"

"Emang itu anak kenapa?" Rizky sedikit mendekatkan wajahnya kearah Surya.

"Dia bilang kalo lo semua dan anak anak ambalan lainya adalah anak-anak primitive!"

"Karena itu lo marah? Surya-surya. Lo kan tau si Hema itu kayak gimana. Kalo lo ngeladenin itu anak apa bedanya lo sama dia?'

"Kok lo gak ada terima kasihnya sih Ky. Itu anak paling ngelunjak yang gue kenal. Gue kayak gini karena gue ngebela Ambalan sekolah. Karena gue peduli!"

"Kalo lo peduli. Ngapain lo keluar, gue Tanya!"

"Itu urusan pribadi gue!"

Rizky diam tak membalas ucapan Surya. Sejurus kemudian ia langsung mengajak Adam pergi, meninggalkan Surya dan teman-temanya dikelas.

**

Saat jam pulang sekolah, disaat murid-murid keluar dari gerbang sekolah. Hema malah masuk gerbang dengan wajah yang memar. Ia langsung bergegas dengan cepat menuju parkiran, lalu berhenti di motor gede berwarna hijau yang terjejer dengan motor milik murid lainya. Adalah, Adam yang dari kejauhan sana memperhatikan Hema, dari Hema menaiki motor gedenya sampai memakai helem.

"Dam. Ayok balik. Gue tinggal nih!" Ucap Ridho teman sebangku Adam. Sedangkan Raya sudah lebih dulu pulang dibonceng Denis kekasihnya. Dan diantara murid kelas X-A, hanya Ridho yang menawarkan tumpangan kendaraan pulang untuk adam.

Anak aktivis dikelas memang selalu dimusuhi oleh beberapa anak yang menyukai kebebebasan disekolah. Sayangnya, Adam terlalu menjadi murid teladan disekolah sehingga dikelasnya banyak yang tak menyukainya.

"Gue tau, motor gue itu bebek butut gak kayak si Hema. Tapi kan masih gesit dam" Ridho merendah, karena sadar Adam terus memperhatikan Hema dari tadi.

"Apaan sih. Ayoklah pulang" Sahut Adam

Seperti Raya. Ridho termasuk orang yang tak percaya dengan dongeng Adam mengenai Adam dan Hema. Yang katanya mereka pernah bersahabat. Ridho hanya percaya jika rumah Hema persis didepan rumah Adam, tapi Ridho meragukan mereka tetangga harmonis jika melihat sikap Hema ke Adam.

"Lo tuh ngefans ya sama si Hema. Sampe-sampe pengen banget jadi temen tuh anak" Ucap Ridho dihari lalu saat mereka berada dikantin.

Ingin rasanya Adam menunjukan foto ketika mereka berdua diabadikan oleh kamera. Sayangnya Adam teringat janjinya sendiri pada Hema sore itu.

"Gue sekolah disini karena nyokap gue. Jangan sampai orang-orang tahu kita pernah kenal. Apalagi lo liatin foto-foto kita. Jadi mending, foto apapun yang masih lo simpen. Lo buang aja." Hema menarik kerah baju Adam sehingga leher anak itu sedikit tercekik.

"Jawab!"

"Ia. Aku janji"

Next Part...

note: Jika banyak yang antusias dengan cerita ini. Akan saya lanjutkan. Namun jika sepi komentar terpaksa saya gantung seperti the starlove 2. Biasakan meninggalkan jejak komentar dicerita saya. Jangan cuma baca. Agar saya tahu bahwa ada yang membaca dan menantikan karya saya. Dan yang pasti agar saya tetap terus menulis.

ADAM DAN HEMAWhere stories live. Discover now