"Ampun mbah. Jangan ganggu mbah. Ia mbah. Mereka boleh lewat mbah" Budur Cs meronta ronta mengharap ampunan anak smp. Setelah anteg-anteg Budur memberikan jalan, seketika Hema kembali menjadi Hema semula. Ia langsung memalingkan wajah kebelakang, memberi komando pada Adam agar segera mengayuh sepedanya kembali.
Sampai disekolah keduanya merasa geli jika mengingat kejadian tadi.
"Tapi tunggu dulu. Emang kamu bener tadi kesurupan ya?" Adam masih butuh kejelasan.
"Haha Adam. Adam. Ya. Enggaklah ngaco aja.!"
"Takutnya kamu kesurupan beneran! Yaudah aku masuk kelas duluan ya"
"Sip" Hema yang berdiri dipintu kelasnya mengangkat satu jempol pada Adam. Tapi tiba-tiba Hema terjatuh karena dengan sengaja disenggol oleh teman-teman kelas Hema yang akan masuk ke kelas.
"Lembek banget badan lo. Makanya kalo berdiri jangan dipintu, ngalangin jalan orang!" Miko yang tubuhnya lebih besar dari Hema menggertak. Sementara kedua teman Miko malah mentertawakan Hema yang sekarang duduk dilantai.
"Dasar Cupu Lo!" ucap teman miko yang bernama Aji, sambil berlalu masuk kedalam kelas. Adam hanya bisa menyaksikan kejadian itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Karena masih ingat betul apa yang terjadi padanya saat berusaha ingin menyelamatkan Hema dari Miko dan kawan-kawanya. Ya. Pundak Adam memar karena ditonjok Miko.
Adam merasa ini sungguh tak adil. Disaat menghadapi Budur Cs. Hema-lah yang bertindak sebagai pahlawan dan menyelamatkanya. Tapi saat seperti ini, Adam malah tak bisa berbuat apa-apa.
"Kenapa kamu bisa melawan Budur Cs. Tapi gak bisa melawan Miko Cs sih ma?"
Ucap Adam saat jam istirahat.
"Untuk apa melawan Kekerasan dengan kekerasan. Kamu liat gak aku menghadapi Budur cs dengan kekerasan? Enggak kan? Aku hanya mengelabui mereka"
"Tapi kamu sering banget diperlakukan ini sama mereka, Hema!"
"Udahlah, gak papa. Aku gak suka kekerasan dam. Gak suka kekerasan!"
**
Gak suka kekerasan!
Kata-kata itu masih selalu terngiang dibenak Adam. Bahkan ia masih ingat betul bagaimana ekspresi Hema saat mengatakanya. Kenapa sekarang malah bertolak-belaka. Ya. Dengan jelas sekarang Adam melihat Hema sedang berkelahi dengan Surya kakak kelasnya. Surya adalah mantan pengurus dewan ambalan juga, katanya, walaupun Surya sudah tidak bergabung dengan Dewan Ambalan, dia tak terima jika ada yang menghina Dewan Ambalan.
Dan penyebab Surya-Hema berduel kali ini karena Hema mengatakan kalo Dewan Ambalan itu berisi orang-orang primitive.
Adam merasa geram melihat orang-orang yang menonton malah memberikan sorak-sorak semangat dan tepuk tangan seperti sedang menyaksikan sebuah perlombaan. Teman-teman Hema malah diam saja asyik menonton. Memang dewan guru sedang mengadakan rapat jelang ujian nasional sehingga sekarang sangat bebas jika para murid ingin keluar jalur dari tata tertib sekolah.
"Dam!"
Tangan Raya yang tiba-tiba berada dipundak Adam, membuatnya kaget.
"Kenapa Ray?"
"Aku cariin juga, malah disini!"
"Tunggu, itu kamu liat!"
Raya membetulkan posisi kacamata miliknya. "Ya. Walaupun tanpa kacamata aku bisa liat dam. Hema si anak bandel itu lagi bergulat!" Kata Raya, seolah sudah tak aneh lagi melihat seorang Hema berkelahi.
"Kita harus hentikan ini.!"
"Dam. Jangan cari gara-gara deh!" Raya memberikan peringatan. "Mending kita cepat keruang Ambalan. Kamu tahu, hari ini kan Kak Rizky-Pradana kita ulang tahun. Jadi hari ini itu lagi acara makan-makan. Anak-anak Laksana bikin tumpeng. Ayok mau gak!""
ŞİMDİ OKUDUĞUN
ADAM DAN HEMA
RomantizmDia kini berteman dengan petir, tapi bulan dan matahari masih ada dan menjadi saksi bahwa aku dan dirinya pernah sangat dekat. -Adam- Orang yang dianggapnya sahabat sejati, kini tlah berbeda. Tapi apakah alasanya kenapa ia berbeda. Adam terus memper...
Part 2
En başından başla
