Mortuary Refrigerator Story

15 3 0
                                    

Gemertak gigi, terdengar dari mulutku. Terlalu dingin juga gelap, sehingga membuatku sama sekali tak bisa berpikir jernih. Bahkan untuk mengetahui siapa diri ini sebenarnya, aku tak mampu. Butuh waktu lama, hingga otak yang sepertinya membeku untuk mengingat semua yang terjadi pada tubuh ringkih tanpa pakaian ini.

***

Malam gelap. Langit ceria dengan ribuan bintang kini dihiasi dengan awan yang juga pekat. Angin bertiup kencang, dan rintik-rintik air terjatuh dari balik awan. Aku merapatkan jaketku. Sepasang cincin emas, berhasil ku kantongi. Karena mendapatkannya, butuh kerja keras. Senyuman terus menghias wajahku. Dengan bangga, aku berniat untuk memberikan cincin ini kepada pacarku esok hari.

"Besok aku akan melamarmu Elyza."

Karena hujan yang semula hanya datang rintik-rintik berubah menjadi sederas air terjun, aku berlari mencari tempat untuk berteduh. Pada akhirnya halte bus menjadi tempat berteduh. Sepi, wajar saja karena ini sudah hampir tengah malam waktuku pulang bekerja. Seorang wanita berambut panjang, duduk tak jauh dari tempatku berdiri. Entah mengapa, hanya dengan melihatnya tubuh ini bergidik. Wajahnya yang tertutup rambut, membuat malam makin mengerikan.

Hujan mereda, aku berniat untuk kembali pulang. Entah mengapa, kepalaku ingin menoleh ke arah wanita itu. Aku tercekat, wanita itu telah menghilang dari tempat duduknya tanpa terdengar suara langkah kaki. Mencoba untuk tenang, aku kembali menoleh ke jalanan dan hendak memulai untuk kembali berjalan. Jantungku seolah berhenti berdetak, darah seolah berhenti mengalir saat kulihat wanita tadi telah di hadapanku, dengan wajah pucat berdarah-darah. Aku berlari menjauh, dan tak melihat saat sebuah mobil melaju kencang ke arahku. Aku tak sempat mengelak, hal yang terakhir ku ingat adalah suara tawa wanita dan akhirnya semua gelap.

***

Ruang gerakku terbatas, hanya berbaring tanpa melakukan apapun. Setelah beberapa saat, aku baru menyadari bahwa aku berada di dalam mortuary refigerator. Air mata mulai mengalir dari mataku. Suhu ruangan seolah terus menurun, sehingga tubuh ini bergetar. Tangan dingin dan kaku ini mencoba memukul-mukul dinding ruang sempit ini.

"Seseorang tolong, aku belum mati!"

Aku mencoba berteriak, walaupun ku tau suaraku tak terdengar. Napas mulai sesak, kepala ini sudah mulai sakit, pandanganku mulai kabur dan tubuhku mulai melemas. Sudah hilang harapan untuk melamar pacarku, Elyza. Kini, aku hanya dapat pasrah, mati dalam gelap dan dingin yang mencekam.

Mortuary Refrigerator StoryWhere stories live. Discover now