"Bukan urusanmu." jawab Hyunjae dingin.

Namjoon terdiam.

Ia berusaha menahan emosinya dihadapan yeoja ini.

"Tapi kau keluar saat jam kerja tanpa memberitahuku ataupun yang lain." tegas Namjoon.

Hyunjae tetap tidak bergeming dan terus berkutat dengan tabung-tabung yang akan diujinya.

"Hey aku berbicara padamu."

"Apa pedulimu?" Hyunjae kini memberanikan diri untuk menatap namja yang merupakan atasannya.

"Aku peduli karena kau adalah anggota timku!" Namjoon tidak dapat menahan emosinya lagi.

Sontak Hyunjae menghentikan aktivitasnya.

"Oh? Jadi kau sudah mengakuiku? Begitu?" Hyunjae mengeluarkan sikap sarkasme-nya kepada Namjoon.

"Dengar, jika kau mengulangi hal tersebut aku tidak akan segan memberimu sanksi dan-" ucapan Namjoon terpotong.

"Arra! Bisakah kau keluar dari sini? Kau membutuhkan hasil DNA ini dengan segera bukan?" Hyunjae merasa gerah karena keberadaan leader-nim nya itu.

Tanpa panjang lebar, Namjoon memutar balikkan tubuhnya dan keluar dari laboratorium.

Hyunjae merasa sedikit lega karena namja itu akhirnya memberikannya udara di dalam laboratorium ini.

Namun Hyunjae memikirkan perkataan Namjoon tadi.

Ia peduli rupanya.

ⓑⓤⓛⓛⓔⓣ

[ Jieun's POV ]
Hari ini aku diizinkan oleh Direktur Bang untuk mengintrogasi Jungkook.

Aku melakukan ini karena kami masih belum bisa menemukan dimana senjata api yang ia gunakan.

Jika ada peluru di dalam apartemennya, tentu saja ia mempunyai senjata api bukan?

Aku menarik nafas dalam sebelum memasuki ruang introgasi.

"Oh. Aku tidak tahu ternyata kalian mempunyai polisi cantik." ujar lelaki brengsek dihadapanku sekarang ini.

"Terima kasih. Tapi aku adalah agen lapangan disini dan cukup basa basinya." ujarku sedingin mungkin tanpa menatap matanya.

"Uh, kau sangat dingin seperti es. Aku. Suka." ujar Jungkook sambil memajukan tubuhnya dan menaruh tangannya diatas meja.

Tentu saja tangannya masih diborgol.

Aku langsung menunjukkan gambar peluru yang kami temukan di apartemennya.

Ia pun menatap gambar tersebut.

"Dimana senjata dari peluru-peluru ini?" tanyaku berusaha menatap matanya dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dimana senjata dari peluru-peluru ini?" tanyaku berusaha menatap matanya dalam.

Namun aku merasa aneh.

"Molla? Aku tidak bermain dengan menggunakan senjata api. Lebih asik menggunakan senjata tajam." jawabnya santai disertai senyuman tipis.

Pantas saja gadis-gadis muda itu mudah sekali jatuh hati kepada namja brengsek ini.

"Aku akan bertanya baik-baik kepadamu. Dimana senjata api yang kau gunakan?" tanyaku sekali lagi.

"Sudah kubilang tidak tahu. Mau kau cari dimanapun kau tidak akan menemukan senjata api yang ada sidik jariku, cantik." Jungkook menunjukkan smirk-nya kepadaku.

Aku benar-benar tercekat.

Sebagai seorang perempuan yang normal, tentu saja aku sedikit tercengang atas sikapnya.

Biar kuperjelas, sedikit tercengang.

"Baiklah. Biar kuberitahu, aku akan menemukan senjata api yang kau gunakan, Jeon Jungkook."

Aku segera membereskan dokumen yang kubawa dan berlalu meninggalkan Jungkook yang tak berhenti menyunggingkan senyum mematikannya.

Sialan.

[ stay ]

Bulletproof [BTS] Where stories live. Discover now