That Florist

1.7K 256 210
                                    

"Kau tahu artinya bukan?"

.

Masterpiece

.

Special For ichizenkaze Birthday!!

Artist!Kook ; Florist!Tae

.

.

.

Satu

Jeon Jungkook memusatkan pandangan penuh pada lembaran kanvas putih dihadapannya. Polos, tanpa noda cat warna sedikitpun. Bibirnya melantunkan decakan frustasi sembari tangannya mengusak helaian rambut hitamnya hingga acak-acakan.

Maniknya melirik ke meja kayu berbentuk bulat tepat disamping tempat duduknya. Menangkap bayang ponsel hitam metalik dengan apel tergigit dibagian belakang ; Jungkook meraihnya kemudian mendial nomor satu-satunya sahabat yang ia tahu memiliki solusi akan masalahnya.

Suara nada panggil terdengar beberapa saat, sebelum suara cempreng pria Park itu terdengar dari ujung sana.

"Yeoboseyo."

Jungkook menghela nafas pelan, menjawab dengan nada kental akan aksen Busan ; tanah kelahirannya. "Hey, Jim."

"Panggil aku 'hyung' bocah!" Sang Park meluncurkan decakan kesal yang terdengar jelas sampai ketelinga Jungkook.

Namun, bukan Jeon Jungkook namanya jika ia menanggapi seruan kekanak-kanakan dari pria yang lebih tua dua tahun darinya itu. "Aku buntu, bisa kau beri aku inspirasi?"

Jungkook membayangkan Park Jimin yang mungkin sedang mengangkat satu alis dari tempatnya berada sekarang. "Kenapa? Tumben sekali kau bisa buntu."

"Ya! Memangnya aku bukan manusia, huh?" Jungkook hampir saja menjambak rambutnya sendiri, tangannya menumpu pada lutut kemudian memaksa tubuhnya bangkit.

"Hey, hey, santai saja." jeda sejenak, Jimin melontarkan tawa kecil ketika mengatakannya, "bagimana dengan bunga?"

Jungkook mengangkat sebelah alis, tertarik akan saran yang Jimin berikan padanya. Pandangannya lurus kearah halaman depan dari ruangan kerjanya yang hanya dibatasi pintu kaca diberbagai sisi. "Bunga?"

"Yup. Bukankah ada toko bunga yang berjarak kurang dari sepuluh menit dari kediamanmu? Kau belum pernah melukis bunga, kan?"

Jungkook menarik sudut bibir, membentuk senyum simpul ketika tiba-tiba saja ide mengalir di otak jeniusnya. "Ok. Thanks, Jim." Pria Jeon itu segera memutus sambungan telepon, mengabaikan Jimin yang mungkin tengah menggerutu kesal tentang betapa kurang ajarnya dia di ujung sambungan.

Jeon Jungkook melangkah cepat, menyabet kunci mobilnya dari gantungan kemudian berjalan kearah garasi. Mobil sport berwarna merah terang terpampang jelas di depan mata. Sang Jeon segera masuk kemudian mengendarainya membelah jalanan Seoul dengan kecepatan rata-rata.

MasterpieceWhere stories live. Discover now