1.Gadis Barbar

Mulai dari awal
                                    

Kaki sialnya ternyata telah membawan dirinya ke dalam tempat terkutuk ini. Astaga naga!

"Nona, kami sehabis mandi dan tentu saja harus memakai handuk atau kau ingin kami telanjang?" itu adalah pernyataan dan pertanyaan yang diucapkan dengan sangat simpel untuk ukuran kalimat memalukan, ditambah lagi pemuda berkulit pucat tersebut sekarang tersenyum tanpa dosa kepada Siera.

Bagi gadis berusia tujuh belas tahun itu, melihat senyuman sang Pemuda benar-benar membuatnya merinding, seperti melihat hantu saja. Namun, ada kalanya ia ingin sekali menonjok seseorang pemilik senyuman laknat itu. Intinya ini benar-benar menyebalkan. Oh, kaki sialnya yang kurang ajar.

"Ehh? Oh ... ja-jadi?" tidak tahu harus mengatakan apa, Siera hanya berperan bagai orang linglung, ia benar-benar dalam kondisi terdesak sekarang, dan di luar sana sedang ada beberapa monster yang sedang mengancam keberadaan nyawanya.

"Ini kamar mandi laki-laki, dan kami baru saja selesai praktek di mata pelajaran Karate. Wajarkan jika mandi?" lengkap dengan senyuman, lelaki pucat itu kembali menjawab pertanyaan yang tidak terlalu penting sebenarnya.

Mengerutkan alis bingung, Siera tak tahu harus berprilaku seperti apa lagi, dirinya pun hanya mencicit sambil mengucapkan permintaan maaf. Berharap bisa secepatnya keluar dari kamar mandi laki-laki ini dan kabur dari dua orang kakaknya yang sedang mencari-cari dirinya.

"Bwahahahha! Ya, ampun! Seharusnya kaulihat dirimu itu! Wajah yang merah seperti ingin buang air saja." Nyaring suara pemuda berambut hitam lurus dengan bola mata biru menawan, tetapi perkataannya membuat Siera bertambah malu dan kesal. Makian pun semakin gencar terucap di dalam batinnya.

Tak habis pikir, semudah itu si lelaki bertampang Eropa mengatai hal memalukan seperti tadi, tidak bisa dimaafkan. Sekarang tangan gadis berambut hitam panajng dan diikat tinggi itu tengah meremas-remas ponselnya yang tidak aktif agar para kakak tidak bisa melacak keberadaan dirinya.

"Apa kau bilang?" berwajah mengerikan, Siera melotot sambil menunjukkan aura suram dan langsung menusuk ke arah pemuda bertampang Eropa yang kini terdiam, membuatnya merinding dan bergetar seketika. Dengan suara yang lantang, Siera pun berteriak, "Rasakan ini!" sekuat tenaga, langsung saja gadis berambut hitam ikal tersebut melemparkan ponsel miliknya tepat ke arah wajah pemuda yang mengatainya tadi, hingga bunyi benturan pun terdengar, dan batinnya merasa senang seketika.

Itu pasti sangat menyakitkan, sebab ponsel yang keras tengah beradu dengan wajah lelaki berkulit kemerahan dan bermata biru.

"Arrggg!" dalam benak mencoba mencatat, bahwa dirinya tidak akan mengganggu gadis yang terlihat manis, tetapi sangat mengerikan. Kedua tangan Uzukiro Ken kini mengusap dahinya yang memerah dan benjol.

"Haah! Rasakan itu!" teriak satu-satunya gadis yang ada di kamar mandi laki-laki ini, sambil melangkah maju dan mengambil ponselnya yang retak dengan wajah menang dan senang. Sementara tanpa Siera sadari, ada pemuda lain sedang menatapnya dengan tajam semenjak tadi.

Melangkahkan kaki menuju arah pintu, gadis itu kemudian membukanya dengan perlahann.

Bunyi deritan kayu terdengar cukup jelas di kamar mandi yang sekarang sunyi, gadis tersebut sedang membuka pintu membentuk celah, dan dari sana ia menggunakan sebelah mata untuk mengintip ke luar ruangan, mencari tahu apakah kakaknya ada di sana atau tidak.

"Ga-gawat ... bagaimana ini? Tadi, sepertinya si baby face itu sempat melihat." Tidak memedulikan tiga lelaki yang masih mengenakan handuk di kamar mandi, Siera kian asik dengan kondisi terdesaknya sendiri, hingga suara kalem kembali mengusik dirinya.

"Nona, kau bertingkah seperti habis melakukan tindak pencurian saja." Sang Pemuda dengan senyum palsunya bertutur kata bagai racun yang disirami madu.

Siera (Dark Soul) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang