Satu

30 4 0
                                    

Mata kelabu gelap menatap Lucy dengan tatapan mematikan. Ia menjilat tetesan darah dari dahi perempuan di hadapannya. Membuat Lucy menggeram jijik ingin menumpahkan sumpah serapahnya kepala lelaki bertubuh besar itu. Lucy bergetar menahan seluruh luka di sekujur tubuhnya.. juga hatinya.

"Bagaimana sayang? Kau akan menyerahkannya malam ini?" Bisik Lucas di tengah jiwanya yang hitam.

Lucy melempar air liurnya tepat di bibir pemangsanya itu.

"Sialaan!!" Bentak Lucas setelah melayangkan tamparan di sudut bibir Lucy.

Perempuan bertubuh indah itu menarik napas dalam-dalam menatap mata kelabu gelap di hadapannya tanpa rasa takut. Tanpa rasa sakit. Lucy tak memedulikan hatinya yang sakit. Tubuhnya sudah terbiasa menerima setiap kejutan yang dilayangkan oleh tunangannya itu. Sampai kapan pun ia tak akan mendekat kepada Lucas. Tidak akan membiarkan lelaki itu menerima sentuhannya.

"Aku sangat menyukai setiap jengkal tubuhmu yang melukaiku," bisik Lucy lalu tertawa penuh muslihat.

Lucas mengeram penuh amarah. Sisi gelapnya terlihat jelas memancar dari mata kelabunya. Tanganya mendekap tubuh Lucy. Menggurungnya rapat-rapat hingga Lucy tidak dapat bergerak. Perlahan Lucas mendekatkan bibirnya pada bibir Lucy, tangan kanannya berusaha masuk menyelinap di balik gaun yang dikenakan Lucy. Membuatnya mengelinjak merasakan kulit lembut perempuan yang ia pujanya. Napasnya memburu merasakan kenikmatan saat mencecap seluruh tubuh Lucy.

Di dalam hati Lucy menguatkan dirinya untuk tidak akan pernah terjebak pada permainan yang diimpikan tunangannya itu. Berkali-kali Lucas menyentuh, mencium, dan mencecap tubuhnya, namun berkali-kali juga Lucy bertahan pada kekuatannya yang tersisa. Ia tak akan memberontak ataupun melayani lelaki pilihan ayahnya itu. Semakin kuat Lucas menginginkannya, semakin kuat juga pertahanan Lucy. Ia akan melihat siapakah yang akan lelah. Dirinya atau lelaki dengan sejuta kekayaannya itu.

"Ayolah Lucy, aku tahu kau juga menikmatinya. Medekatlah. Menyerahlah. Aku akan mencintaimu dan menggunakanmu untuk sesuatu yang menikmatkan sayang."

Lucas sudah semakin jauh merasakan sensasinya. Namun Lucy tetap membeku ditempatnya tanpa bergerak sedikit pun. Dengan cepat ia melempar tubuh Lucy ke lantai sampai kepala perempuan yang amat ia idamkan itu mengotori lantai kamarnya dengan darah yang berlumur dari dahi Lucy.

Napas Lucy sesak. Dunianya terasa runtuh. Sekujur tubuhnya menggeliat kesakitan. Satu yang ia tahu pasti, harga dirinya tetap utuh tanpa tersentuh sejengkalpun oleh lelaki sialan yang mulai mengambil permainan kesukaanya. Ia mengikat Lucy di kursi kayu bercat hitam. Ia menyiram tubuh Lucy dengan air yang sangat dingin. Perlahan air mata Lucy ikut mengalir bersama dengan bibirnya yang bergetar kedinginan. Pecahan es batu dari air itu masuk ke dalam tubuhnya. Seketika membuat napasnya semakin sesak dengan tubuh yang membeku. Pandanganya mulai meremang.

BRUG!!

Sebuah hantaman keras membuat tubuh Lucas tersungkur tepat di hadapan Lucy. Seorang lelaki berpakaian serba hitam menginjak tubuh Lucas. Ia tak memberikan ruang sedikit pun untuk Lucas menoleh ke belakang. Dengan hantaman bertubi-tubi akhirnya Lucas lumpuh dan tak berkutik.

Dua orang berseragam polisi menyeret Lucas keluar dan membawanya ke kantor polisi. Sedangkan sosok lelaki bertubuh sungguh sempurna dengan balutan serba hitam membuka ikatan Lucy. Di tengah samar-samarnya Lucy bisa mencium aroma lembut dari pria di hadapannya. Lucy bisa merasakan detak jantung dan deru napas pria itu. Sosok lelaki yang mempunyai sentuhan lembut saat ia menutup sumber keluarnya darah di dahi Lucy setelah dibersihkan dengan alkohol. Entah dari mana obat-obatan dan plester itu telah membalut luka-luka di tubuh Lucy.

"Kau baik-baik saja?" Berkali-kali dalam keremangan Lucy mendengar suara lelaki itu. Suara cemas dan sesak.

"Dingin," ucap Lucy lirih.

Seketika tubuh Lucy terasa hangat oleh sebuah pelukan. Aromanya... Aroma lelaki itu mampu menjadi obat penenang Lucy. Tubuh Lucy, erat sekali dalam dekapannya. Lucy bisa merasakan sentuhan hangat di bibirnya sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya. Dia.. lelaki itu adalah satu-satunya alasan Lucy untuk menyimpan seluruh hati dan tubuhnya untuk seseorang yang menghangatkan hatinya.

***

EmbraceWhere stories live. Discover now