"Apa hakmu? kenapa melarangku seenaknya?" ujarku.

"Karena kau milikku dan aku tak suka melihatmu dekat dengan orang lain," ujarnya lagi.

Aku terdiam, apa tadi? miliknya?

"Emm..,aku bukan milik siapapun,bjadi kau tidak berhak untuk melarangku," ucapku sedikit menyicit.

"Oke, aku akan membuatmu menjadi milikku, hanya milikku," ujar Lucas menatap mataku lekat.

Dan kali ini aku benar-benar speechless.


¢¢¢¢¢¢¢¢¢¢


Setelah menghadapi pelajaran yang melelahkan, akhirnya bel pulang berbunyi.

Semua murid mengemasi tas dan bukunya.




Lucas pov




Sepertinya aku memang sudah tidak waras, apa yang aku katakan tadi?

tapi sudahlah, aku benar-benar ingin menjadikannya milikku.

"Alex,vaku pulang dulu ya..jangan lupa ke rumahku, kau sudah lama tidak kesana," ujar Reno yang entah mengapa membuatku kesal.

Aku memicingkan mata tak suka lalu menatap Alex yang tersenyum menanggapi ucapan Reno.

Reno telah melangkah pergi.

Alex telah selesai berkemas, dia juga akan beranjak pergi.

"Tunggu, kau ikut aku," ujarku menahan lengannya, sedikit menariknya menuju parkiran.

Aku mengabaikan tatapan orang-orang yang menatap penuh minat.

"Lucas, kau bisa melepaskan tanganku? aku risih mereka tatap," ujar Alex mencoba melepaskan tangannya.

Aku menggenggamnya lebih kuat.

"Sekarang naik ke motor!"

perintahku setelah lebih dulu menaiki motor, Alex hanya diam memandangku kesal.

"Siapa kau! enak saja memerintahku!" ketusnya.

"Calon kekasihmu! cepat naik!" apa yang baru saja kukatakan?

Alex masih diam tak bergeming,

"Naiklah!"ujarku tak sabar.

"Aku bawa mobil, tidak mungkin kutinggal, aku juga memiliki tanggung jawab mengantar adikku pulang," Alex beralasan.

"Alex," ujar seorang gadis menghampiri kami.

"Irene, aku..-" aku memotong ucapan Alex.

"Aku akan membawa kakakmu pergi, kau bisa mengendarai mobil kan?" tanyaku.

Gadis itu hanya mengangguk,

"Sekarang berikan kunci mobilnya, nanti kau kuantar pulang," ujarku memandang Alex, aku benar-benar reflek mengatakannya.

Alex mengambil kuncinya dan memberikannya pada Irene.


"Kau hati-hati bawa mobilnya," ucapnya sambil mengusap lembut rambut Irene.

Aku benar-benar iri melihatnya.

"Ya kau, kau juga hati-hati," ujar Irene lalu berjalan menjauh dari hadapan kami.

"Naik sekarang, sudah bereskan?" titahku lagi.

Alex tak lagi protes, dia naik dan memegang pundakku.

"Cepat jalan, sebelum aku berubah pikiran," ujarnya.

Aku hanya mengangguk lalu melajukan motorku.

Tepat di sebuah danau, aku memberhentikan motorku.

Danau ini sepi, tentu saja, ini milik keluargaku, kakekku yang membuatnya.

"Wah..,"decak kagum kudengar dari bibir Alex.

Dia turun dan berlari ke pinggiran danau.

"Aku baru tahu, ada danau seindah ini,"ucapnya.

"Hmm, itu karena kau terlalu lama tinggal di istanamu dan asyik berkencan konyol," ujarku dingin.

"Ini milik keluargaku," imbuhku lagi saat Alex hanya diam.

Dia menatapku..cukup lama.

Aku mengedikkan dagu, dengan maksud bertanya 'ada apa?' padanya.

Dia tersadar dan hanya menggeleng sebagai jawaban.

Kembali Alex menatap danau di depan kami.

"Aku tak tahu sejak kapan," mulaiku.

"Tapi rasa ini aneh, kau orang yang bisa membuatku kacau, penuh emosi, bahkan seperti bukan diriku sendiri," lanjutku.

Alex hanya diam.

"Hah..aku juga belum yakin pasti, hanya saja, perasaan ingin memiliki, aku sangat menginginkanmu untuk menjadi milikku, hanya milikku," ujarku lagi, kali ini aku menatap lekat wajahnya.

Alex juga menatapku, beberapa saat pandangan mata kita terkunci.

"Ehemm..," aku berdeham lalu memalingkan wajahku.

"Setiap di sisimu,ventah kenapa aku merasa nyaman, jantungku berdebar tidak normal,
melihatmu bersama orang lain, detik itu juga emosiku tersulut," ungkapku.

"Baru kali ini, jantungku berdebar untuk seseorang bahkan ciuman pertamaku pun direnggutnya," ucap Alex menimpali.

Aku kembali menatapnya.

"Aku juga, baru kali ini perasaanku seperti ini, hanya saja kadang timbul keraguan,"

jujurku.

"Ya, aku juga, karena perasaan ini untuk seorang pria, detak jantung ini terasa berbeda, walau bukan hal tabu cinta yang seperti itu di negara kita," ucap Alex.


Aku terpesona mendengarnya.

"Jadi," aku menggantung ucapanku.

Alex menatapku lekat, aku juga menatap matanya serius.


"Aku belum terlalu yakin akan hal ini, hanya saja, semakin aku menyangkalnya, semakin aku terjerat," ungkapku.


"Walau begitu, Alex, sepertinya aku mencintaimu, Alex, wanna be my boyfriend?"ucapku dengan satu tarikan nafas.

Alex masih mematung menatapku.










Next chapter guys...hehe
Alurnya kecepeten?maaf ya..habis Lucas juga udah sadar duluan akan perasaannya.
Again..thanks for your vote and comment,author mencintaimu...

 Prince Meet Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang