Sixth

14 2 0
                                    


Daffa terkejut, gadis yang sedang bersamanya tiba-tiba saja menangis di hadapannya. Tidak tahu apa yang terjadi, Daffa langsung menangkup wajah gadis tersebut. Menghapus tiap tetesan air mata yang mengalir di pipinya, "Big girls don't cry, del" Ucap Daffa dengan lembut, tak kunjung berhenti tangisan gadis itu. Tanpa pikir panjang, Daffa langsung memeluk gadis tersebut, mengusap rambutnya dengan lembut. "Nangis aja, kalo itu buat lo lebih lega. Keluarin semua yang lo rasain,"

"Kenapasih daf, kenapa cowo dateng dan pergi sesuka mereka?" Natasha mengatakannya dengan sesenggukan, "Kenapa gue jatuh cinta sama dia daf?" Suaranya semakin serak, "Apa salah gue sampai Tuhan ngenalin gue sama dia, ngebuat gue jatuh cinta sama dia, lalu dia ninggalin gue gitu aja?" Natasha menangis dalam pelukan Daffa, ia mengeluarkan semuanya

Daffa mengantar gadis itu pulang, untung saja Daffa tau rumahnya. Ia harus berterimakasih oleh petugas Tata Usaha yang sudah memberikannya alamat gadis tersebut.

Natasha tertidur di sebelah bangku kemudi, Daffa yakin ia sudah lelah untuk menangis.

"Lo itu cewek yang kuat, Del. Jangan hancur karena cowok brengsek itu." Bisik Daffa tepat di telinga Natasha. Entah, gadis itu mendengarnya atau tidak.

Daffa berfikir sejenak,

Dibalik ketangguhannya untuk menjaga ring basket, Natasha memiliki hati yang rapuh

Dibalik kekuatannya untuk mengambil bola dari lawan, Natasha tak cukup kuat untuk menahan rasa sakit yang dirasanya.

Daffa mengerti, kalau Natasha dalam kondisi yang sangat amat terluka. Hatinya terluka, perlu untuk diobati

--

Memang benar, Daffa hanya orang baru yang datang dikehidupan Natasha. Tetapi, entah mengapa melihat gadis itu menangis, hati Daffa menjadi pilu. Daffa seperti ikut merasakan sakitnya, dan Daffa tidak ingin melihat gadis itu menangis lagi. Sebab, melihatnya menangis sama saja dengan ia menyakiti dirinya sendiri

Daffa berniat untuk menghampiri kelas Natasha, hanya untuk sekedar menyapanya. Tapi niat itu ia urungkan, mungkin itu bukan ide yang bagus pikirnya. Daffa mengeluarkan ponsel dan mengetik pesan untuk Natasha

Daffa Pratama :

Del, koridor perpus ya

Belum sempat memasukkan ponsel kedalam saku, sudah ada balasan dari Natasha

Natasha A. :

Udh daritadi daf

Melihat balasan dari Natasha, Daffa bergegas menuju koridor perpus. Tidak biasanya ia pergi kesini, pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Del?" Panggil Daffa untuk memastikan kalau itu benar gadis yang diantarnya semalam. Natasha menoleh, penampilannya tidak seperti biasanya. Matanya bengkak, hidungnya merah seperti orang yang habis menangis semalaman dan terkena Flu. "Are you okay?" Tanya Daffa. 

  Beri aku kesempatan tuk bisa merindukanmu

Jangan datang terus

Beri juga aku ruang bebas dan sendiri

Jangan ada terus

Aku butuh tahu seberapa kubutuhkanmu

Percayalah rindu itu baik untuk kita  

"Yap, i'm okay." Jawab Natasha dengan senyum yang dipaksakan sambil melepas earphone yang ia pakai. "you are not okay, Del." Sanggah Daffa, "Gue baik-baik aja, cuma butuh ruang buat sendiri aja." 

"Gue gak tau apa masalah lo, tapi jangan terlalu larut dalam kesedihan lah, Del. You only life once, asikin ajaa" Ucap Daffa untuk sedikit menghibur. Natasha hanya tersenyum, sedikit terhibur karena dirinya. Suasana hening terjadi cukup lama, Natasha tidak tahu harus mengatakan apa. Saat ini dia terlalu berantakan dihadapan Daffa.

"Daf," panggil Natasha dengan suara yang serak. Daffa menoleh, mengalihkan pandangan dari ponselnya. "Ya, kenapa nat?" tanya nya, "Thanks ya," ucap Natasha lirih, "Untuk apa?" Tanya Daffa, "Untuk kemarin, thanks udah nganterin gue pulang. Gue terlalu bodoh ya, Daf? Nangisin cowo brengsek kayak dia." Natasha mengambil nafas panjang. "Gue malu-maluin banget ya? Tiba-tiba nangis di tempat umum kayak kemarin, gue pasti jelek banget ya kemarin? Pasti kemarin baju lo basah gara-gara ingus sama air mata gue ya? Ck, maaf ya, Daf" Tanpa sadar, mata sembap Natasha kembali mengeluarkan airmata. Daffa dengan sigap memeluknya, lagi.

Hati Daffa terasa pilu, melihat gadis disampingnya kembali menangis. Menangisi untuk laki-laki yang sama. "Ssst, udah ya. Cowok kayak gitu gak usah di tangisin lagi. Lo tau gak kalo lo nangis, muka lo jelek banget kayak babi aer," yang dipeluk malah memukul bahu Daffa, "Daffa jahat!" pekik Natasha dengan suaranya yang serak. "Makanya, jangan nangis lagi ya?" 

sebab,kalo lo nangis hati gue ikut merasakan bagaimana sakit yang lo rasakan, Del. Tambah Daffa dalam hati.

 "Lo boleh nangis, tapi Cuma di depan gue aja. Jangan di depan orang lain ya!" Pinta Daffa, siapa dirinya? Melarang natasha untuk tidak menangis. Batin Daffa, Natasha mengangguk. "Janji ya?" Natasha mengiyakannya, dan Daffa kembali memeluk gadis itu

----------

(A/N)

hoping that u r like it! don't forget to give vomment guys

PLEASE STAYWhere stories live. Discover now