PROLOG

33 1 0
                                    

Bae Hana sedang mempersiapkan makan malam bersama ibunya ketika ponselnya berdering. Ia kemudian meraih ponselnya di dalam saku lalu menempelkan ponsel tersebut ditelinganya. Setelah mendengar beberapa kata dari seseorang yang menelponnya, Hana yang juga sedang memegang gelas kaca mencengkeram gelas tersebut hingga gelas itu hampir pecah. Ibunya yang menyadari hal itu langsung meraih gelas yang dicengkeram Hana.

"Hanaya, ada apa ?" Tanya ibunya.

Hana hanya bisa mematung, ponsel yang digenggamnya jatuh ke lantai, membuat ayahnya yang sedang menuju meja makan pun terkejut.

Hana merasa dunianya runtuh seketika, ia tidak bisa berkata-kata dan bahkan tidak percaya bahwa berita yang ia dengar beberapa detik yang lalu itu merupakan suatu kenyataan yang menyakitkan.

"ini tidak mungkin terjadi eomma" jerit Hana

"ada apa ?" Tanya ibunya

"Dae Yoon mengalami kecelakaan dan sedang kritis di rumah sakit sekarang" ujar Hana dalam tangisnya.

Ayah Hana juga terkejut dan langsung menelpon keluarga Dae Yoon untuk memastikan kebenaran berita tersebut. Kenyataan bahwa berita itu benar membuat keluarga Bae ini tidak jadi untuk makan malam bersama dan langsung bergegas ke rumah sakit dimana Dae Yoon dirawat.

***

Tiba di rumah sakit, Hana berlari seperti anak kecil yang tersesat mencari ibunya, hingga ia menemukan ayah dan ibu Dae Yoon berada di depan kamar dimana kekasihnya dirawat.

"eommanim, bagaimana keadaan Dae Yoon ?" Tanya Hana tidak sabar sembari meraih t angan ibu Dae Yoon

Ibu Dae Yoon langsung memeluk Hana dan berkata "kita masih menunggu dokter yang sedang berjuang di dalam sana Hanaya, kita harus berdoa untuk Dae Yoon"

Hana memeluk ibu Dae Yoon dengan erat dan tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Dae Yoon, tunangannya.

Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan dimana Dae Yoon sedang dirawat dan sepertinya dengan berat ia harus mengatakan hal-hal yang sulit.

Hana langsung menghampiri dokter tersebut "Dokter, bagaimana keadaan Dae Yoon ?"
Dengan sangat berat hati dokter tersebut menjawab "maaf kami sudah berusaha sekeras mungkin, tetapi kenyataan berkata lain"

Hana terhenyak dan ia merasa nafasnya sesak dan air matanya pun pecah keluar. Ia langsung masuk ke ruang inap Dae Yoon. Di sana ia menyaksikan bekas-bekas darah yang telah dibersihkan di muka Dae Yoon, muka itu terlihat pucat.

Hana langsung memeluk tubuh Dae Yoon yang kaku.

"ya, Dae Yoona, ireona" bisik Hana berharap Dae Yoon dapat mendengar apa yang ia katakan

"Dae Yoona, Seo Dae Yoon bangun" ulang Hana, "selama ini kau mengatakan padaku bahwa kau akan melakukan apa yang aku katakan, sekarang aku memintamu untuk bangun" berulang kali Hana berkata pada tubuh yang terbaring kaku di hadapannya.

Hana berulang kali mencium kening Dae Yoon dan terus meminta Dae Yoon untuk bangun, Hana terlihat seperti seseorang yang tersesat dalam duka yang amat sangat melukai hatinya.

Orang tua Dae Yoon dan Hana tidak sanggup melihat betapa tersiksanya Hana yang meminta kekasihnya untuk bangun dalam kematiannya. Sungguh kenyataan yang begitu pahit telah menyiksa batin mereka. Seo Dae Yoon pun telah pergi untuk selamanya setelah beberapa jam yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas saat hendak kembali dari perjalanan bisnisnya.

Dengan berat hati Hana harus mengiklaskan kepergian Dae Yoon. Hari ini adalah hari terakhir Hana melihat orang yang ia cintai. Orang yang dalam waktu kurang dari satu bulan lagi menjadi pasangan hidupnya.

***

(1 minggu setelah kepergian Dae Yoon)

Hana memandang foto pre-weddingnya bersama Dae Yoon yang terpampang manis di atas meja di dalam kamarnya. Gadis itu benar-benar terlihat mengerikan. Tubuhnya kurus, matanya begitu sembab. Apa yang sudah ia lakukan selama satu minggu ini di dalam kamar ? menangis ? mungkin hanya itu yang dapat ia lakukan.

Beberapa saat kemudian wanita paruh baya mengetuk pintu kamarnya dan segera masuk untuk mengantarkan sarapan kepada Hana.

"Hana kau terlihat kurus" ucap wanita paruh baya itu.

"eomma, aku tidak yakin apakah yang aku pikirkan ini adalah keputusan yang baik" kata Hana

"maksudmu ?" Tanya ibunya

Hana menghela nafas "aku ingin pergi ke rumah nenek di Jakarta. Mungkin dengan pergi jauh meninggalkan Korea, aku bisa menenangkan diri" jawab Hana sedikit ragu

Ibunya melepaskan pelukannya dan membelai rambut putri semata wayangnya "lakukanlah apa yang menjadi keputusanmu asal kau bahagia putriku, ibu tidak ingin melihatmu bersedih terlalu lama seperti ini"

Ibu dan anak ini saling berpelukan kembali.

***

My Fate, My LoveWhere stories live. Discover now