Chapter 1

3.7K 334 67
                                    

Maret tahun lalu, Tahun ajaran baru

Kyuhyun mematut dirinya di cermin. Memastikan bahwa apa yang ia pakai hari ini telah pas di tubuhnya. Senyumnya terus mengembang melihat pantulan dirinya. Kebahagiaan tergambar jelas dari wajahnya.

Hari ini ia akan memasuki sekolah barunya. Sekolah yang sama dengan kedua Hyungnya —Choi Siwon dan Choi Kibum. Sekolah terbaik di negaranya. Dan yang pasti, setidaknya kali ini ia berharap, ia mampu membuat ayahnya bangga padanya.

"Mau sampai kapan kau berdiri di depan cermin seperti itu, Kyu? Kau sudah tampan." Siwon berjalan masuk ke kamar Kyuhyun. Mengacak rambut adiknya dengan gemas.

"Aish! Hyung! Kau merusak gaya rambutku..."

Sang magnae kembali mengambil sisir dan merapikan rambutnya yang jadi tak berbentuk gara-gara ulah kakaknya.

Siwon yang melihat itu hanya bisa tersenyum.

"Kau sudah besar, Kyu."

"Jelas saja. Umurku 16 tahun sekarang." Kyuhyun tersenyum bangga.

Siwon hanya tersenyum mendengar penuturan adiknya. Ya, adiknya sudah bertambah dewasa sekarang.

"Kajja! Appa dan Umma sudah menunggu kita untuk sarapan!" ajak Siwon sambil membantu Kyuhyun mengambil tas ransel yang ia simpan di atas meja.

"Biar aku saja!" Kyuhyun mengambil tas ranselnya dan segera memasangnya di punggungnya. "Mana Kibum Hyung?"

"Sudah ada di bawah." Jawab Siwon singkat.

Mereka berdua berjalan beriringan meninggalkan kamar Kyuhyun dengan wajah cerah. Berdo'a semoga tahun ajaran baru ini menjadi lembaran baru yang lebih menyenangkan bagi mereka.

.

.

.

"Kau jangan terlalu senang, Kyu," ucap Tuan Choi memotong celotehan gembira dari Kyuhyun.

Dalam seketika, ruang makan itu menjadi hening. Hanya suara garpu dan sendok sang ibu —Nyonya Choi yang terdengar. Beliau nampak tidak terganggu dengan ucapan dingin sang kepala keluarga. Berbeda dengan ketiga anaknya yang tadi terlihat suka cita langsung menampakkan wajah gugupnya. Mereka semua terdiam.

"Kau hanya diterima masuk ke sekolah itu. Kau boleh berbangga jika kau masuk dengan nilai terbaik seperti kedua kakakmu. Harusnya kau mencontoh mereka. Bukan hanya sekedar senang bisa masuk ke tempat itu, paham?" Suara berat ayahnya membuat atmosfer di sana semakin terasa tidak enak.

"Tapi Appa, Kyu sudah berusaha keras. Setidaknya ia berhasil meraih peringkat ke dua dalam tes. Bukankah itu hal yang luar biasa juga?" Kibum, kakak kedua Kyuhyun mencoba mencairkan suasana. Menyelamatkan adiknya dari tekanan sang ayah.

"Apa yang kau maksud dengan luar biasa? Tidak ada kata 'kedua' dalam kamus keluarga kita." Tuan Choi membalas ucapan Kibum dengan sengit.

Pemuda kutu buku itu menunduk —ia kalah telak jika harus menghadapi Tuan Choi. "Mianhe, Appa."

Di sampingnya, Siwon menepuk pundak Kibum. Mencoba menenangkan dan menyemangati adiknya yang hanya berbeda beberapa bulan itu.

Kyuhyun yang melihat itu hanya bisa menunduk. Selalu seperti ini. Ia tahu, ayahnya tidak akan pernah puas dengan apa yang ia dapatkan. Segala prestasi yang ia perolah sejak kecil tak pernah memuaskan ayahnya. Ia tahu, prestasinya memang tidak bisa dibandingkan dengan kedua kakaknya, tapi setidaknya ia berharap, sekali saja, ayahnya bisa menghargai usaha kerasnya.

Helaan nafas itu kembali keluar. Ia tahu, sampai kapanpun itu tidak mungkin terjadi sampai ia benar-benar mendapat juara ke satu. Harusnya Kyuhyun sadar diri. Tuan Choi tidak akan pernah menatapnya jika ia seperti ini terus.

Different [Finished]Where stories live. Discover now