001

290 120 144
                                    

Ini sudah minggu kedua aku tidak melihat keberadaan Kate. Gadis berambut pendek sebahu itu sangat mempesona ketika sedang menyisir poni dengan jari-jari manisnya. Mata hijau kebiruan itu menusuk tepat dihatiku. Apakah ini bisa dinamakan cinta pandang pertama? Haha konyol sekali.

Suasana kelas terasa hampa tanpa keberadaan Kate, padahal biasanya aku semangat sekali setiap memasuki kelas komputer karena dari pojok belakang aku leluasa memperhatikan Kate yang selalu duduk dibagian depan. Setiap kali menunduk, rambut kecokelatannya selalu menutupi sebagian wajah mungil gadis itu. Aku tak pernah bisa menahan kekagumanku padanya tapi sayang aku tidak memiliki keberanian yang cukup untuk mengungkapkan perasaanku, yang bisa aku lakukan hanya sekedar menjadi pengamat.

Biasanya setiap kelas komputer selesai, Kate akan pergi ke perpustakaan untuk menenggelamkan dirinya diantara tumpukan buku. Gadis itu memang sedikit introvert dia bahkan tidak pandai bersosialisasi, sama sepertiku. Pernah suatu ketika aku sedikit berbicara dengan Kate saat bertemu di perpustakaan yang tentunya itu bukan sebuah kebetulan karena aku sudah menyiapkan rencana ini matang-matang agar terlihat alami. Aku sengaja mengambil buku yang hendak dibaca oleh Kate.

"Permisi, apa aku boleh meminjam buku itu? Aku ada tugas dan benar-benar membutuhkannya," pintaku padanya. Padahal tentusaja aku mengambil buku itu untuk mengerjakan tugas yang sama dengannya namun sepertinya dia bahkan tidak tahu bahwa kami berada di kelas yang sama.

Tanpa banyak bicara Kate langsung memberikan buku itu. Aku yang melihat tidak ada keraguan dimata Kate malah jadi serba salah karena sebenarnya aku hanya menjadikan buku itu sebagai objek untuk berkenalan dengan Kate.

"Jika kau juga butuh buku ini bagaimana jika kita mengerjakan tugas bersama," tawarku padanya. Dia melirik buku itu sekilas lalu menggelengkan kepala.

"Pakai saja, aku bisa mengerjakannya nanti." Katanya sambil berlalu begitu saja.

Sial rencana yang sudah matang-matang kubuat malah berakhir sia-sia. Karena tidak tahu kapan kesempatan ini akan datang lagi tak sengaja aku menahan pergelangan tangan Kate, gadis itu terkejut dengan tindakanku yang tiba-tiba, tentusaja akupun merasakan hal yang sama lalu buru-buru kulepaskan tangannya.

"Maaf," kataku. Dia hanya mengangguk sekilas.

"Oh, perkenalkan namaku Jensen Heizer Kita berada dikelas komputer yang sama," aku menjulurkan tanganku padanya berniat untuk berjabat tangan namun tanganku hanya berakhir menggantung diudara.

"Kate Mckenzie," katanya tanpa basa-basi, setelah itu dia benar-benar meninggalkan aku dan buku sialan ini.

Hufftt..
Jika dipikir-pikir kejadian itu terjadi dua minggu lalu, saat itulah terakhir kali aku melihatnya kini dia bahkan tidak masuk kelas dan kursi depan yang biasa dia tempati  dibiarkan kosong begitu saja. Lagipula siapa juga yang ingin repot-repot duduk didepan mendengarkan ocehan Miss Annie yang seperti pengantar tidur itu.

"Jensen Heizer," suara bariton itu mengagetkan lamunanku, seluruh mahasiswa memandang kearahku, aku yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian langsung memfokuskan pandanganku kedepan ternyata Miss Annie yang tadi memanggil namaku.

"Sepertinya kau sedang tidak fokus,"

"Kau sudah tahu kan tugasnya?" kata Miss Annie dengan sedikit kerutan didahinya.

"Maaf Miss," cicitku perlahan.

"Sekali lagi saya beritahuakan, tugas kalian adalah membuat data keuangan disuatu perusahaan setelah itu dibuat dengan rumus menggunakan Microsoft Excel" beritahunya pada seluruh mahasiswa,

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Oct 28, 2020 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Love LetterOnde histórias criam vida. Descubra agora