THE MEETING

1.1K 135 7
                                    

 

“Udahan yuk, laper nih”

“Bentar ih ini masih galau mau pilih yang mana”

“Ntar balik sini lagi aja, udah gakuat ini tumit juga udah sakit banget”

“Yaampun susah yah udah kaya bawa orang tua deh”

Frieska berjalan menghampiri mbak imelnya yang dari wajahnya sudah sangat bisa ditebak kalau anaknya lagi bad mood plus pegel plus mager plus laper yang akhirnya bikin mukanya jadi berlipat-lipat karena kesal.

“Bagusan yang ini apa yang ini?” Frieska menyodorkan dua hanger baju yang masing-masing berada di satu tangannya.

“Gatau ambil aja duaduanya, cepetan ih” Melody tak mau ambil pusing, yang saat ini ia butuhkan adalah makanan dan tempat duduk, karena kepalanya mulai berputar karena terlalu lama berdiri, sementara tumitnya semakin cenat-cenut ditambah dengan pressure yang diberikan oleh heels yang sedang dikenakannya.

Melody merutuk di dalam hati, kalau saja ia tahu jika Frieska akan memaksanya untuk berbelanja dan mengitari toko-toko di mall terlebih dahulu ia tidak akan mengenakan heels terkutuk ini.

“Ihh ngapain beli dua-duanya kan warnanya sama, modelnya aja yang beda, bagusan yang mana nih aku bingung”

Frieska masih sibuk memandangi kedua pakaian yang berada di masing-masing tangannya secara bergantian, menimbang-nimbang yang mana yang seharusnya ia beli, tanpa ia sadari terjadi perubahan aura di sekitarnya yang beberapa saat kemudian akhirnya dapat dirasakannya.

Perlahan Frieska menolehkan wajahnya ke arah sang kakak yang tentunya langsung disambut dengan tatapan tajam nan mengintimidasi dari Melody. Seketika Frieska tak mampu berkata apa-apa karena ia tahu kali ini ia hanya bisa pasrah jika harus berhadapan dengan Melody versi judes yang jarang muncul namun seklalinya muncul dapat menimbulkan efek traumatis.

“Waduh, mampus”

Frieska buru-buru mengendalikan dirinya yang mulai gelagapan, satu tangannya merogoh saku celananya untuk mengambil handphone dengan jari-jari yang gemetar “Iyaiya mbak bentar aku ngitung diskon dulu yah, kan lumayan bisa dap-“

Belum selesai Frieska menyelesaikan kata-katanya Melody telah membungkamnya dengan meletakkan kartu kreditnya tepat di mulut Frieska.

“Ehehehe, tumben nih-“ lagi-lagi Frieska tak mampu menyelesaikan kata-katanya, ia hanya bisa nyengir kuda ketika Melody mengangkat alisnya dan membulatkan kedua matanya.

“Oke aku bayar dulu yah, bentar kok bentar, suer deh-”

“Hai teh, hai mpries” Melody dan Frieska secara bersamaan menoleh kepada seseorang yang tiba-tiba muncul entah dari mana, orang itu kini tersenyum khas di hadapan mereka sambil berusaha mengatur nafasnya yang masih tersengal akibat lari-larian barusan. “Fiuh kirain udah pada cabut” Ghaida membuka topinya untuk merapikan rambut pendeknya sebelum kemudian mengenakan kembali topi hitam itu.

“Eh ada bang ghai, akhirnyaa, yaudah aku bayar dulu deh ya, tunggu disini” Frieska pun buru-buru beranjak dari tempat itu menuju kasir.

Melody benar-benar tidak menyangka Frieska akhirnya mengajak Ghaida juga, dia berjanji di dalam hati akan memberikan pelajaran untuk adik satu-satunya itu “Aku ke Frieska bentar” ucap Melody akhirnya sembari mengikuti adiknya yang telah berjalan duluan ke arah kasir, meninggalkan Ghaida yang masih membungkuk sambil sesekali mengibasan topinya ke wajahnya yang kegerahan.

ETHEREALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang