Bab 3 ( Revisi )

3.3K 326 10
                                    

"Kirana Alona." Balasnya pelan, Karan menganggukkan kepalanya.

"Gue, nggak perlu ngenalin diri gue kan?" Kiran mengangguk. Dengan gelisah Kiran menatap Karan lagi, menunggu pertanyaan selanjutnya. Namun sampai lima menit kemudian, cowok itu hanya diam menatap Kiran dengan pandangan bertanya.

"Kalau begitu, Aku duluan." Karan mengangguk masih dengan ekspresi datarnya, Kiran dan Ratih langsung saja berjalan meninggalkan Kantin.

***

Sudah dua minggu Kiran dan Karan berpacaran, hanya saja teman-teman sekolahnya itu merasa aneh akan hubungan mereka. Karan tidak pernah menemui Kiran di kelas, atau hanya sekedar mengantar-jemput Kiran. Maka dari itu lah teman-temannya menyimpulkan, kalau mereka berdua tidak benar-benar berpacaran. Ketika berpapasan pun mereka berdua hanya melempar senyum. Well, Kiran yang tersenyum duluan, sedangkan Karan? Cowok itu hanya mengangguk sebagai balasan. Belum lagi soal Pak Lukas, sepertinya kejadian minggu lalu, cowok itu tidak menganggap benar ucapan Karan. Buktinya Pak Lukas masih sering menggodanya, mungkin jika Kiran sudah keluar dari sekolah ini baru guru genit itu menyerah mendekatinya.

Seperti saat ini misalnya, Pak Lukas memaksa Kiran untuk pulang bersama dengannya. Padahal Kiran sudah menolak dengan tegas, kalau dirinya tidak mau. Tapi yang namanya Lukas Prayoga. Tidak pernah mau menerima penolakan, dengan jengkel akhirnya Kiran menuruti keinginan Pak Lukas. Lukas tersenyum lebar, begitu Kiran membuka pintu samping mobilnya.

Karan berjalan menuju tempat parkir bersama ketiga temannya, dilihatnya Kiran memasuki sebuah Mobil Sedan putih. Yang dia dan ketiga temannya itu ketahui, bahwa pemilik Mobil tersebut adalah salah satu guru muda di sekolahnya. Setelah Mobil Sedan putih itu pergi, barulah Karan dan teman-temannya itu sampai di tempat parkir.

"Ka, elo kok nggak cegah cewek lo sih?" Tanya Azka sinis. Ia bingung akan sikap temannya itu. Kalau dirinya menjadi Karan, sudah dipastikan cowok yang membawa pacarnya itu pergi akan babak belur. Diantara teman-temannya memang Azka yang cenderung sulit menahan emosi. Makanya teman-temannya itu sudah memaklumi sifat Azka, namun tak jarang mereka juga sebal kalau sifat keras kepala Azka sudah muncul, yang berakhir sulit untuk di beri tahu.

"Suka-suka dialah, mau pulang bareng siapa." Balasnya cuek, membuat heran ketiga temannya. Karan memilih untuk menyalakan motornya, ia malas membahas perihal seperti ini.

"Coba deh, elo telepon atau chat cewek lo, Ka. Tanyain dia mau kemana?" Ujar Revan, yang diangguki kedua temannya yang lain.

"Percuma."

"Kok percuma?" Sela Nigi heran.

"Karena, gue nggak punya nomor ponsel dia." Ucapnya datar, tanpa ekspresi.

Seketika mulut ketiga temanya itu menganga, Sambil mengerjapkan kedua matanya karena kaget. Astaga seminggu berpacaran, tidak punya nomor ponsel pacar sendiri. Lalu apa yang dilakukan mereka berdua? Nigi tidak habis pikir. Temannya itu bodoh? Apa memang kelewat cuek. Benar-benar tidak bisa dipercaya, Revan menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Nigi berpura-pura sibuk menyalakan Motornya, berbeda dengan Azka. Cowok itu tidak kuat menahan tawanya, ia tertawa terbahak-bahak membuat Karan menatap Azka tajam.

***





Kiran berjalan di koridor bersama Ratih, ketika mereka hendak menuruni anak tangga menuju kelas 10, Karan tiba-tiba sudah berdiri di hadapan mereka. Membuat Kiran dan Ratih menghentikan langkahnya.

"Pulang bareng gue." Karan menarik tangan Kiran, membuat cewek itu terpekik kaget. Dengan langkah cepat setengah berlari. Kiran menatap Ratih ke belakang, dengan tatapan meminta maaf karena tidak jadi pulang bersama. Sedangkan Ratih, cewek itu masih kaget akan kejadian di depan matanya.

"Elo, temannya Kirana kan?" Seru seorang cowok, mengagetkan Ratih dari lamunan sementaranya.

Ratih mengangguk sambil tersenyum.

"Pulang bareng gue yuk." Ajak cowok itu dengan senyum mempesona. Ratih mengerutkan keningnya bingung. Di depannya berdiri seorang cowok yang ia ketahui dari teman-teman sekelasnya, salah satu cowok yang pantas dia hindari. Terlebih cowok itu playboy, yang sering berganti-ganti cewek selama seminggu dia adalah Nigi Prasetya.
Ratih menggeleng sopan, dengan senyum kecilnya. Cewek itu hendak berjalan meninggalkan Nigi, Namun Nigi seolah buta, ia malah mencekal lengan Ratih.

Dengan senyum andalannya cowok itu berujar.

"Kenapa? Lo udah punya pacar?"

Ratih tetap menggeleng.

"Terus? Elo dijemput sama bokap lo?" lagi-lagi Ratih menggeleng, membuat Nigi gemas dibuatnya. Ingin rasanya dirinya mencium cewek manis di hadapannya itu.

"Sory, gue nggak biasa jalan sama cowok playboy." Desisnya, seketika Nigi tergagap. Seumur-umur dirinya tidak pernah ditolak oleh cewek, dirinya yang selalu menolak cewek-cewek seperti itu. Dan kali ini ada cewek yang berani menolak ajakannya? Nigi yang masih kaget pun tanpa sadar ia melepaskan cekalan pada tangan Ratih. Membuat Ratih tidak bersusah payah untuk melepaskan cekalan ditangannya, cewek itu kemudian pergi meninggalkan Nigi yang masih termenung.





****
Tbc

Me and My Freezer Boy (Sudah Di Terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang