PART II

22 5 0
                                    

Halimun's PoV

Helikopter sudah aku terbangkan. Dan aku pun telah membius anak-anak itu dengan cara menaruh cairan bius ke dalam makanan yang ia makan. Dengan perintah jenderal saya akhirnya bisa menyelesaikan itu.

Flashback On.

- Kediaman rumah Jenderal. -

Aku berjalan ke dalam kediaman rumah sang Jenderal. Aku berjalan dengan sangat hati-hati. Karena beliau adalah seorang yang berkuasa tapi tak nampak di kalangan masyarakat. Hanya sedikit orang yang pernah melihat beliau. Selebihnya beliau hanya terkenal namanya saja.

Tok! Tok!

Aku mengetuk pintu rumah Jenderal. Tak lama datanglah sang asisten rumah tangga beliau. Asisten itu mempersilahkan aku untuk masuk, lalu aku pun diantar ke ruangan beliau.

Satu lagi fakta sang Jenderal. Selain berprofesi sebagai Jenderal, beliau juga pemilik dari berbagai universitas di beberapa negeri.

"Ada apa kau kemari?" tanya sang Jenderal dengan tubuhnya yang membelakangiku, beliau duduk di kursi kebesarannya.

Aku pun menjawab dengan tegas, "Saya telah berhasil mencari mereka semua berada dimana."

Dia terdiam, mungkin berusaha mencerna apa yang aku katakan. Tak lama beliau merespon, "Oh iya. Anak-anak yang mendapatkan beasiswa itu?"

Aku pun mengangguk, membenarkan apa yang beliau tanyakan. Tetapi aku langsung sadar, karena beliau membelakangiku. Maka, aku mengatakan, "Iya, Pak Jenderal."

"Tangkap mereka dan asingkan mereka ke suatu pulau," ucapan beliau terhenti sejenak. "Dan satu lagi, jangan sampai mereka menemukan jalan untuk pulang. Apalagi sampai mereka kabur," lanjutnya dengan tegas.

Glek!

Firasatku mengatakan tidak enak. Apa yang akan beliau lakukan jika aku tak bisa menjaga dan mendidik mereka?

"Jika kau tak becus menjaga anak-anak itu," ucapan beliau terhenti lagi untuk yang kedua kalinya. "Maka engkau yang akan mendapatkan hukumannya. Dan engkau akan di ...." Beliau memeragakan leher yang terpotong.

Habislah aku. Aku harus melakukan penjagaan yang sangat ketat.

Flashback Off.

-oOo-

Jae's PoV

Aku terbangun dengan keadaan yang mengenaskan. Tangan dan kakiku diikat dengan kencang. Tetapi, kami masih memakai kemeja, celana berwarna hijau dengan motif tentara. Untungnya helm kami sudah tak terlihat, entah dimana keberadaannya. Aku pun membenci helm itu, helm itu membuat leherku terasa tercekik. Untuk mengubah posisiku menjadi duduk saja sangat sulit. Aku terdiam sejenak, mencoba bangun untuk mengubah posisiku menjadi duduk. Meskipun itu sangat sulit dengan keadaan tangan dan kakiku yang terikat, akhirnya aku bisa duduk juga.

Aku rasa tadi baru di halipkopter dan diberi makan oleh si Halimun kampret. Lalu, kami langsung pingsan. Aku juga belum tau letak posisi kami ada dimana, dan mengapa kami bisa pingsan. Apa ada obat bius yang diberikan di makanan itu, atau yang lainnya.

Setelah aku berhasil duduk, aku menolehkan kepalaku untuk melihat yang lainnya, mata mereka masih terpejam. Tetapi, keadaan mereka tak jauh mengenaskan sepertiku. Bahkan lebih mengenaskan. Keadaan tangan kami ditali di belakang punggungku, kedua kaki kami diikat menjadi satu, hanya saja mulut kami tak diplester, dan mata kami tak ditutup.

Aku pun melihat sekelilingku.

Gudang?

Itu satu hal yang terpikir olehku. Tak ada barang yang berharga selain kardus-kardus berserakan di pojok ruangan. Lantai ruangan ini juga sangat kotor, keadaannya seperti tak pernah disapu. Di ruangan ini juga tak ada jendela, hanya ada pintu dan ventilasi kecil yang terletak diatas pintu.

Army SelectionWhere stories live. Discover now