Pertama Kali

22 1 0
                                    

"Danira?"

Iqbal beranjak dari motornya dan ikut berteduh dengan Danira, duduk berdua di Halte yang ditemani lampu temaram. Keduanya sama-sama mengusap-usapkan jemari masing-masing untuk menghalau dinginnya hujan agar terasa hangat.

"Ngapain di sini sendirian?" toleh Iqbaal memandang Danira sekilas sedang menahan rasa dingin ditubuhnya, heran dengan Danira yang duduk sendirian di Halte. Padahal Hujan sedang lebat dan tidak ada satu orang pun disini, suasana sekitar halte sangat sepi, namun gadis ini tidak merasa takut sama sekali?

"Nunggu jemputan Bal, lo juga ngapain? perasaan rumah lo gak disekitar sini setau gua."

"Mau jemput Alya di rumah Reza, cuma tadi gua ketuk rumahnya kaga ada yang nyaut yaudah gua mikir mungkin si Alya udah di anter balik sama Reza" kalimat yang dilontarkan oleh Iqbal sedikit menyentil hatinya. Ia merasa gagal menjaga Alya, harusnya Iqbal lebih cepat menjemput Alya sehingga tidak berakhir seperti ini.

"Alya bukannya bareng Reza ya? Tadi gua liat dia dianter pake mobil si terus si Alya juga keliatan seneng, apa dia lupa kalau lo mau jemput?" tanya Danira.

Mendengar perkataan Danira, Iqbal sadar dan merasa di satu sisi dia merasa kecewa dengan Alya karena tidak menunggunya, namun disisi lain ia bersyukur setidaknya Alya pulang bersama Reza dengan selamat tanpa kehujanan pastinya. Terlepas Alya lupa atau tidak, sebaiknya memang seperti ini. Iqbal tidak boleh egois membiarkan Alya pulang kehujanan bersamanya.

Hujan semakin mereda dan waktu sudah menunjukan pukul 10.00 malam. Iqbal beranjak dari bangku halte dan bersiap untuk pulang. Ia takut bunda khawatir mencarinya karna Iqbal tidak membawa handphone saking terburu-buru menjemput Alya.

"Ayo gua anter"

"hah? Gausa Bal gua nunggu jemputan aja bentar lagi pasti dateng kok, lu duluan aja deh gapapa mumpung ujannya udah reda daripada tar turun lagi kasian lu nya ga pulang-pulang"

Danira mengusap-usapkan lenganya merasa hawa semakin dingin dia lupa mengenakan jaket. Iqbal yang melihat hal tersebut tidak tega, bagaimana bisa dia meninggalkan Danira di Halte sendirian? Sedangkan malam semakin larut. Bahaya untuk perempuan malam-malam berada di tempat sepi seperti ini.

"gapapa gua anter aja dah, udah malem nih. Lu kabarin aja orang rumah kalau yang nganter temen lu, kaga tega gua ninggalin lu sendirian disini" ucap Iqbal sambil mengenakan helmnya. Ia tak sadar bahwa Danira tengah menatapnya dengan pandangan yang berbeda.

"Dan"

"Dan"

"Danira lu kesambet?" Iqbal sudah berada di atas motornya menunggu Danira yang malah melamun tak sadar sembari memandangi ke arahnya. Iqbal tidak tahu, sejak saat itu perasaan Danira padanya bukan hanya sekedar rasa kepada teman. Perasaan dimana rasa hangat menyelimuti hatinya walaupun cuaca sedang mendung dan hawa terasa dingin.

"eh iya bal, sorry" Danira berjalan menuju Iqbal dengan perasaan yang campur aduk. Akhirnya Iqbal pun mengantar Danira ke rumahnya dengan perasaan yang masih tidak karuan berbanding terbalik denga Danira yang senang karna bisa berboncengan dengan Iqbal.

***

Di sisi lain, Alya sedang berdiri kikuk di depan pagar rumahnya berhadapan dengan Reza dengan jarak kurang lebih 1 meter. Dalam diam Reza memperhatikan Alya dengan seksama, mengapa gadis ini tidak langsung masuk rumah? Dan mengapa dirinya sendiri malah ikut terdiam seperti ini?

Ditemani cahaya rembulan yang terang setelah hujan. Kedua orang tersebut masih belum beranjak hingga 10 menit kemudian. Alya yang merasa bingung harus bagaimana akhirnya hanya mengucapkan terimakasih pada Reza sembari memasuki halaman rumahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang