Chapter 6

29.1K 2.5K 61
                                    

Elizabeth Mary Cavendish, Duchess of Devonshire berjalan hilir mudik di ruang kerja anaknya. Gaun tidur sutranya berdesir pelan ketika bergesekan dengan lantai. Menunggu bukanlah salah satu kegiatan favoritnya. Tapi hingga pukul dua belas malam anaknya masih belum pulang ke townhouse-nya.

Firasatnya sebagai seorang ibu mengatakan jika anaknya saat ini sedang bersenang-senang. Di klub, di teater atau di rumah wanita simpanannya yang entah siapa. Salah satu dari ketiga pilihan itu adalah tempat di mana anaknya berada saat ini.

Ia merasa gusar. Dirinya mulai kehabisan kesabaran. Sedikit mengumpati anaknya adalah ekspresi dari ketidaksabarannya.

Wanita itu merapatkan mantelnya. Mengusir hawa dingin yang meresap ke dalam ruangan. Meskipun perapian di ruangan itu masih menyala, hawa dingin tetap menusuk tubuhnya yang sudah mulai menua.

Suara-suara yang terdengar dari balik pintu menandakan seseorang yang berbicara. Elizabeth bergegas menuju pintu dan keluar dari ruang kerja anaknya. Ia melihat Jordan sedang berbicara dengan Mr. Jeremy Kenwood, kepala pelayan di Devonshire House.

Ia bergegas menelusuri koridor menuju pintu depan. Kedua orang yang sedang berbicara tidak menyadari kedatangannya. Ia berdeham pelan ketika jaraknya telah mencapai satu meter dari mereka dan berkata, "Jordan, Ibu ingin berbicara denganmu. Sekarang," katanya penuh penekanan.

Jordan menoleh kaget ke arah ibunya. Penampilannya sungguh mencerminkan seorang berandal dengan rambut acak-acakanㅡentah karena tertiup angin atau terkena remasan dari wanitaㅡdan cravat yang sudah miring dan kusut.

"Ibu! Kau belum tidur?" seru Jordan ketika melihat ibunya.

"Kau bisa melihat sendiri, Nak. Nah, sekarang mari kita bicara. Ruang duduk biru akan memberikan kenyamanan untuk kita berdua berbicara daripada ruang kerjamu yang suram," ujar ibunya.

"Tidak bisakah kita berbicara besok pagi? Ini sudah malam dan aku ingin beristirahat." Jordan menguap ketika mengakhiri perkataannya.

"Sekarang. Karena ini sangat darurat!" tegas sang Duchess.

"Baiklah, ruang duduk biru kalau begitu." Jordan berbalik mengahadap Mr. Kenwood dan melanjutkan, "Jeremy, bawakan brendi ke ruang duduk biru. Aku butuh sesuatu yang tajam untuk menghadapi omelan ibuku."

Mr. Kenwood tersenyum mendengar perkataan Jordan. "Baik, Your Grace. Bagaimana dengan Anda, Your Grace?" Mr. Kenwood mengalihkan pandangannya pada sang Duchess.

"Teh akan menenangkanku saat kesabaranku habis untuk mengomeli anakku. Terima kasih, Jeremy."

***

Ruangan biru dipenuhi perabot-perabot feminin yang cantik. Kursi berlengan bergaya Renaisans tampak megah mememuhi bagian tengah ruangan. Lukisan besar padang bunga yang tertiup angin hampir memenuhi dinding bagian kiri. Diapit dengan kandelir-kandelir dinding dari perak yang dipasangi lilin lebah yang menyala. Menyinari ruangan dengan cahaya temaram.

Dinding kanan dihiasi hasil sulaman dari duchess sendiri. Tersebar seperti karya seni yang indah. Tirainya, yang memberikan inspirasi atas penamaan ruangan ini berwarna biru langit. Vas-vas dari Cina yang berhargaㅡ hasil dari salah satu petualangan Jordan di negeri tersebutㅡ menambah kesan eksotis ke dalam ruangan.

Jordan melangkah ke arah sofa yang dilapisi karpet tebal. Ia memilih sofa berkapasitas satu orang dan mendaratkan bokongnya ketika ibunya sudah duduk nyaman di sofa panjang.

"Jadi, mengenai hal yang harus kita bicarakanㅡ" mulai ibunya.

"Nanti, Ibu. Kita akan berbicara setelah Jeremy kembali dengan brendiku," potong Jordan. Ia menyugar rambutnya karena lelah.

Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang