Chapter 2

32.4K 2.8K 59
                                    

Pesta dansa Lady Avery selalu diminati para ton karena pesta tersebut selalu sukses. Kereta kuda Eliza berhenti di belakang kereta lain yang menjadi tamu undangan. Sang kusir menurunkan tangga untuk membantu penumpangnya turun. Kemudian Will mengulurkan lengannya untuk Eliza dan bibi Maura turun.

"Kau sangat memukau dengan gaun itu, Liz. Kupikir tidak ada kata yang pas untuk menggambarkan penampilanmu," ujar Will setelah Eliza turun.

"Kau tahu ini gaun terbaikku, Will. Reputasi Lady Avery sudah tersohor dalam menyelenggarakan pesta yang mewah dan sukses. Banyak pasangan lahir dari pesta dansa ini. Aku berharap aku pun mendapatkannya malam ini. Seorang pelamar." Eliza membenahi gaunnya yang sedikit kusut karena duduk di kereta kuda.

Will membantu bibinya turun sebelum berkata, "Maafkan aku, Sayang. Aku sebenarnya tidak ingin memaksamu menikah tahun ini. Aku mengerti impianmu. Tapi kau tahu tahun depan Livi memulai debutnya." Will memberikan lengan kanannya untuk Eliza gandeng. Bibi Maura ada di sebelah kirinya.

"Yah, kesuksesanku menarik pelamar dan menikah tahun ini akan berdampak pada kesuksesan debut Livi tersayang."

Bibi Maura mencibir keras. "Kau memang harus menikah tahun ini, Lizzy. Usiamu sudah menjadi usia perawan tua," ujarnya.

Eliza mengabaikan cibiran keras bibinya. Sudah biasa. Ia bersyukur bibinya hanya menjadi pendampingnya dan tinggal jauh di bagian utara inggris. Jadi ia berurusan dengan bibinya yang kaku hanya ketika season.

Mereka berbaris menunggu giliran untuk diumumkan kedatangannya. Eliza sangat berharap dapat menarik pelamar di pesta ini, sungguh. Ia pikir menikah dengan orang yang menyukai kita dan kita sukai sudah cukup. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Ia berharap demikian.

Dan gaunnya, ya ampun sebenarnya ini bukanlah gaun terbaiknya. Ia tidak terlalu suka dengan gaun tersebut. Bukan karena modelnya. Modelnya sangat indah dan mode terkini. Hanya saja ia tidak suka karena gaun itu berpotongan dada rendah. Ya Tuhan, ia merasa dadanya seakan ingin tumpah keluar. Ditambah dengan korset yang menekan saluran pernapasannya hingga membuatnya sulit bernapas.

Bibi Maura tidak banyak membantu. Bibinya itu selalu mengeluh sepanjang mereka menunggu untuk diumumkan. Dan sesekali mengomentari jika ada keluarga yang berisik.

Eliza mendesah. Dan Will sepertinya tahu kegusaran Eliza pada bibinya. Namun mereka tidak bisa berbuat apa pun untuk mengganti posisi pendamping. Bibi Maura satu-satunya kerabat mereka yang ada dan bersedia.

***

Pesta dansa utama Lady Avery dimulai dengan set dansa pertama setelah kartu acara sekaligus kartu dansa untuk para wanita yang hadir selesai dibagikan dan para gentlemen berlomba mencari pasangan dansa.

Para pedansa sudah berbaris di tengah lantai dansa sambil menunggu orkestra dimainkan.

Eliza kembali melihat kartu dansanya dan mendesah. Hanya ada dua nama di dalamnya untuk set dansa ketiga dan keempat. Tidak ada waltz. Mengapa tidak ada yang memintanya berdansa waltz di setiap pesta? Hingga sekarang pun ia tidak menemukan jawabannya.

Sebelum dansa dimulai, Eliza melihat pelayan yang mengumumkan kedatangan tamu undangan masuk ke pintu utama untuk mengumumkan tamu yang datang.

Siapaㅡbenaknya bertanya penasaranㅡtamu pesta yang datang saat acara telah jauh dimulai.

"Your Grace, Duke of Devonshire!?"

Eliza masih menatap penasaran pada pintu masuk. Para pedansa yang menanti musik dimainkan secara serentak melihat ke arah pintu masuk sesaat setelah pelayan mengumumkan kedatangan tamu tersebut dengan lantang dan bersemangat. Ia merasa aneh karena tamu-tamu Lady Avery yang sedang bersantai atau yang sedang menantikan set dansa pertama bergumam dan menatap tidak percaya ke arah pintu masuk utama.

Para wallflower di sudut ruangan pun terlihat berbisik-bisik bersemangat. Bahkan banyak dari mereka yang membuka kipasnya lebar-lebar dan dengan bersemangat mengipasi wajah mereka.

Lady Avery meluncur cepat ke arah pintu masuk untuk menyambut tamunya. Dengan bersemangat membicarakan sesuatu dengan tamunya yang tidak dapat didengar Eliza dari posisinya yang tersembunyi dengan baik di sebelah pot besar.

***

Sial. Mengapa harus ada pengumuman kedatanganku?

Duke of Devonshire menatap para tamu yang tertegun ke arahnya. Ia tidak menyangka bahwa kedatangannya ke sebuah pesta akan disambut dengan begitu meriah.

Ia memperhatikan bahwa hampir setiap tamu bergumam dan berbisik atas kedatangan dirinya. Ia tidak menyangka bahwa pelayan yang mengumumkan kedatangan tamu masih ada di pintu masuk sehingga menimbulkan kegemparan tepat setelah dirinya diumumkan.

Pikiran mengenai kedatangannya yang menghebohkan terputus ketika dari sudut matanya ia melihat Lady Avery meluncur dengan bersemangat untuk menyambutnya.

"Your Grace." Lady Avery memberi hormat dan langsung menyodorkan tangan kanannya untuk ia kecup dengan agak berlebihan.

"Lady Avery," jawabnya seraya mengecup ringan punggung tangan sang lady yang bersarung tangan.

"Oh ya ampun, Your Grace. Aku sangat bahagia mendapatkan kehormatan menjadi yang pertama dengan kedatangan Anda ke pesta kecilku ini, Your Grace."

"Terima kasih, My Lady. Pesta kecilmu akan sangat mengobati kebosananku."

"Bersenang-senanglah, Your Grace. Maafkan aku karena Anda tidak mendapatkan set pertama dansa ini,"
ungkapnya dengan nada penuh penyesalan.

"Oh, aku akan menikmati set berikutnya, My Lady." Setelah itu, Lady Avery kembali pada tamunya yang lain.

Jordan sekali lagi mengelilingi ruangan pesta itu dengan pandangannya.

Tidak ada yang menarik. Jika saja Ibu tidak mendesakku untuk datang ke pesta ini.

Ia bergegas menuju taman melalui pintu samping. Sebelum para ibu mengincarnya dan memamerkan anak gadisnya untuk dinikahi.

***

Eliza melarikan diri dari Bibi Maura. Ia menghampiri Will yang telah menyelesaikan set pertama dansanya dan memberitahukan bahwa ia ingin menghirup udara segar.

Tidak sepenuhnya berbohong. Karena ia memang membutuhkan lebih banyak udara untuk masuk ke dalam paru-parunya. Korset sialan. Ia terus mengutuk korsetnya yang sangat ketat dan seakan ingin menumpahkan dadanya.

Ia bergegas melewati pintu samping menuju taman. Melarikan diri dari ruang pesta yang penuh sesak. Set dansanya masih lama. Setelah set dansa kedua para pedansa dan pemain orkestra akan beristirahat. Jadi ia bisa melarikan diri sebelum set dansa ketiga dimulai.

Ia duduk di bangku taman Lady Avery yang tertata apik. Mengamati bunga hyacinth dan mawar tumbuh berdampingan. Saat sendiri seperti ini, ia selalu mengingat Stratfield Hall. Rumah Will di Hampshire. Ia merindukan suasana desa yang sejuk dan terasa akrab. Karena setiap mengingat tujuannya datang kemari, ia merasa lelah.

"Dan mengapa, aku bertanya-tanya. Seorang Lady cantik memilih duduk sendirian di taman daripada berdansa di ruang pesta?" Suara itu sungguh mengagetkan Eliza yang sedang tertegun memikirkan rumahnya.

***

TBC

Regards

DSelviyana
121216
Repost Revisi 07 Juni 2017

Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang