Bar

26 0 0
                                    

"Benar-benar tidak ada seorang perempuan pun?" tanya Mum untuk kesekian kalinya sejak ia menerima fakta bahwa aku dan Dean adalah putra-putranya.

"Ya, Mum, kedua anakmu yang manis ini masih bujangan," kata Dean sambil tersenyum ringan, untuk kesekian kalinya.

Mum menghembuskan nafas berat dan tampangnya menyiratkan bahwa ia tak percaya. Aku hanya bisa terkekeh kecil melihatnya. Dean mendelik padaku sambil menyeringai. Sebenarnya aku dan kakakku itu baru saja selesai cerita tentang semua perempuan yang masing-masing kami kencani. Dari yang, yah, benar kami merasa suka, sampai yang hanyalah, eh, perempuan panggilan, dan apa saja yang terjadi pada mereka, termasuk Meg dan Ruby dan Lydia. Oh, bahkan Dean dengan sukarela cerita pada Mum tentang Lydia, dan putri mereka yakni Emma. Aku yakin tidak akan bisa lupa tampang Mum yang membelalakkan kedua bola matanya dan bertanya, 'Aku punya cucu?!'. Dan ia lebih terkejut lagi saat Dean cerita apa sebenarnya Lydia dan Emma itu.

Dari semua perempuan yang kami ceritakan, satu-satunya yang tidak diceritakan secara lengkap adalah tentang Lisa. Saat cerita tentang para perempuan itu pada Mum, kadang aku cerita tentang perempuan yang digoda Dean, dan Dean akan cerita tentang tipikal perempuan yang kusukai, itu hanya untuk saling menertawai satu sama lain. Tapi tentang Lisa Braeden, aku tidak yakin aku ingin cerita tentang dia—itu sama sekali di luar porsiku.

Yang cukup mengejutkan, sekali pun Dean telah melarangku untuk menyebut nama Lisa dan Ben lagi, ia sendirilah yang menyebut kedua nama itu di hadapan Mum. Tetap ia tidak cerita bahwa ia pernah berkencan bahkan tinggal dengan wanita itu, hanya sekedar bahwa Lisa adalah seseorang yang pernah dirasuki iblis, sampai putranya terluka dan keduanya masuk rumah sakit. Atau tentang sebelumnya Ben adalah anak yang pernah diculik monster.

Saat Dean cerita tentang Lisa, aku bisa mengatakan dengan pasti bahwa itu adalah kali pertama, sejak Castiel menghapus ingatan ibu dan anak itu, Dean menyebut nama mereka lagi. Aku memerhatikan bagaimana ia cerita tentang kasus Lisa dan Ben. Wajah Dean tampak agak tegang, kupikir mungkin sebenarnya ia tidak ingin membicarakan tentang wanita itu, tapi tetap berusaha untuk tersenyum. Lalu kenapa ia menyebut nama itu? Aku tidak tahu apakah Mum sadar akan raut wajah putra sulungnya, tapi memang untungnya Mum tidak tanya apa-apa soal Lisa—Mum hanya duduk diam dan mendengarkan.

.

.

Disclaimer: Eric Kripke. Author tidak mengambil keuntungan.

Warning: post season 11, anggap Supernatural tamat di season 11 (keterangan lebih lanjut ada di paragraf terakhir author's note di chapter 1), AR, based on canon, maafkan untuk soal geografis.

.

Forget Me Not
Chapter 2: Bar

by Fei Mei

.

.

Aku mengetuk pintu kamar Dean lagi untuk kedua kalinya malam ini. Tetap tidak ada jawaban. Kuketuk lagi, dan akhirnya aku mendengar suara erangan keras dari balik pintu kamar itu. Pintu terbuka dan aku langsung bisa melihat wajah kusut kakakku.

"Apa?" tanyanya garang. "Ini sudah malam Sammy, aku mau tidur!"

"Aku tahu ini sudah malam, Mum sudah tidur, jadi aku mengetuk pintu kamarmu," jawabku.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang