BAB 7

207 8 0
                                    

' Will you be mine?' Katanya. 

Semua orang yang ada di situ melihat ke arah kami. Ekspresi mereka tergambarkan dalam bermacam - macam ekspresi, ada yang berekspresikan terharu, senang, dan ada yang kesal.

Aku menatap wajah Ferdy yang tenga memangdangku penuh harap. Sebenarnya tidak ada alasan untukku untuk menolak Ferdy. Wanita mana yang tak ingin jadi wanitanya, dan kesempatan itu ada dihadapanku sekarang.

Aku menoleh kearah Vero yang sedang menahan tangis menatap kami. Aku bahkan bisa merasakan tatapan kekecewan yang ia berikan kepadaku.  Vero akhirnya berlari meninggalkan kami. 

' Maaf. Aku tak bisa' kataku
' Ke...napa?'
' Kau lihat Vero? Dia menyukaimu' kataku sambil meninggalkan Ferdy dan berlari mencari Vero.

Aku mencari Vero disetiap sudut kampus. Aku hanya bisa mengandalkan naluriku untuk menemukannya hingga akhirnya aku berhasil. Dia duduk di taman kampus sambil menangis. Aku tahu ini sangat menyakitkan untuknya, aku melangkah mendekatinya dan berniat untuk  menghiburnya

' Vero' ujarku lirih,

' Pergi kau!' tegasya.
' Vero, kau harus dengarkan aku!'

' Dengarkan apa?! Dia suka padamu' ia menoleh ke arahku.

' Tapi kau tahu aku tak suka padanya'
' Sudahlah Viona. Aku ingin sendiri' katanya meninggalkan aku. lagi.

Aku hanya terdiam dan hanya melihatnya yang semakin jauh meninggalkan aku. Cobaan apalagi ini? Mengapa semua begitu terasa sulit akhir - akhir ini?


---

1 minggu berlalu, suasana di rumah, dan di kampus benar - benar  membuatku bosan. Ayah dan yang lainnya tak menegurku sama sekali, begitu juga di kampus, semenjak kejadian itu Vero tak mau lagi menegurku, sedangkan Ferdy.... Dia pergi keluar kota menjalani study tour.

Lengkap lah sudah semuanya. Rasanya aku ingin pulang ke rumah ibu.

Saat aku dalam perjalanan pulang, aku melihat Danu, sedang bersama beberapa orang yang jauh terlihat lebih tua darinya. Bahkan aku tak yakin jika mereka adalah sekumpuulan orang yang baik. Mereka lebih terlihat mirip seperti anggota gank yang suka memalak orang. 

Mereka terlihat seperti sedang membicarakan hal yang serius dengan Danu. Merasa sangat penasaram, Aku keluar mobil, dan menghampiri mereka untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

' Ada apa ini?' Kataku menghampiri mereka
' Viona, untuk apa kau disini?' Tanya salah satu pria itu.
' Aku yang harusnya bertanya, ada urusan apa kalian dengan adikku?'


Mereka tampak terkejut saat tau Danu adalah adikku

' Jadi bocah ini adikmu?'
' Iya, kenapa kalian mengerubunginya?'
' Dia mempunyai utang kepada kami'
' Utang? Utang apa?'
' Utang balap motor, dia dan teman temannya kalah, dan tak mau membayarnya'

Aku melihat Danu dengan tampang tak percaya dan menghela nafas.

' Berapa utangnya?'
' Tidak banyak. Hanya 5 juta'
' 5 juta? Baik akan ku lunasi besok'
' Apa jaminan mu?'

Aku berfikir dan melihat ke motornya

' Tidak.' Tegas Danu sambil menatapku tajam.

' Motor itu, kau bawa. Jika sudah ku lunasi kalian harus mengembalikannya'

' Hm..... Baik'

Mereka merebut kunci motor dari tangan Danu, dan melepaskan Danu,lalu mereka pergi

' Pulanglah dengan ku' ajakku
' Tidak' ia masih diam ditempat.
' Kau gila, rumah kita masih jauh, dan disini tak ada angkutan umum'
' Ini semua salah mu'
' Salah ku? Motor mu hanya ku jadikan jaminan. Setelah aku melunasinya besok, kau akan mendapatkannya kembali. Kau tenang saja'
' Aku tak mau mempunyai utang dengan mu'
' Aku tak akan menganggapnya utang. Aku hanya ingin membantu'
' Kenapa kau ingin membantuku?'

' Mungkin aku tidak suka pada kau,Bu Siti, dan Sinta. Tapi aku tahu, kalian juga sumber kebahagiaan ayah saat ini. Berat saat aku tahu, Mom dan Ayah ku sudah berkeluarga masing masing. Asal kau tahu, aku kesini bukan untuk merebut ayah dari kalian. Aku hanya ingin bersama ayah setelah kami tak bertemu selama 15 tahun. Apa itu salah? Kau harusnya beruntung, ayah dan ibumu tinggal satu rumah, tetapi aku? Sudahlah, aku cerita kau tak akan mau mengertinya. Kalau kau tak ingin pulang bersama ku, aku akan pulang sendiri'

Kataku sambil mengeluarkan air mata. Laluku berbalik arah menuju mobil dan pergi meninggalkannya sendiri.

Aku merasa ingin mengakhiri hidupku. Aku berhenti memarkirkan mobilku di jembatan, dan mendekati tembok yang membatasi jalan dan sungai yang deras.

' Aku lelah' kataku mengeluh, mataku melihat kebawah, melihat aliran sungai yang sangat deras

Lebih baik ku akhiri hidupku saat ini juga. Untuk apa aku hidup jika semua orang seperti ini padaku?

Aku memejamkan mata dan.........


' Suasana disini enak juga' sebuah suara bariton hadir di samping ku.

Aku membuka mataku dan terkejut melihat William di samping ku. Dia menoleh ke arahku sambil tersenyum ringan. Wajahnya yang tampan dan tampak tenang seketika membuatku tenang.

' Kau........... '
' Kau tampak terkejut?'
' Kenapa kau disini? Ini kan bukan tempat yang biasa kau.......'

Dia hanya tersenyum melihat kedepan mengikuti aliran sungai

' Kau tak memikirkan ibumu yang di belanda sana?' Ujarnya
' Maksud mu?'
' Yaa apa kau tak memikirkan ibumu? Yang menunggu mu disana? Dan kau malah ingin mengakhiri hidupmu'

Aku terdiam mendengarkan nasihatnya. Seketika aku teringat Mom.

Aku menghela nafas. ' Kau benar William. Tapi aku lelah dengan semua ini'

' Percayalah, semua akan indah pada waktunya'

Aku melihatnya sambil tersenyum kecil

' Ik hou van je William' entah mengapa hatiku berkata seperti itu.

Selama ini jika aku mengatakan itu, William sepertinya tidak tahu. Maka sekarang aku yakin dia tak tahu apa yang ku katakan.

Dia tiba- tiba memejamkan matanya dan menarik nafa.

' Lebih baik kau lupakan aku'

Mataku seketika melebar mendengar dia berucap seperti itu.

' Maksud mu?'
' Lupakan aku Viona' tegasnya

' Kau tak boleh seperti ini Viona' lanjutnya

' Kau mendengar apa yang ku ucapkan?'

' Aku selalu mendengarnya'

Perasaan campur aduk yang ada di benakku sekarang, senang karena akhirnya dia tahu perasaan ku, terkejut karena selama ini dia tau apa yang kurasakan, dan kecewa karena......... Aku tahu ini akan terjadi.

' Kenapa aku harus melupakanmu?'

Dia terdiam, senyumannya hilang

' Baiklah. Aku tau ini akan terjadi. Kau tak mungkin membalas perasaan ku. Lebih baik aku pergi sekarang'

Dia masih terdiam, sementara aku melangkah menuju mobil ku, dan pergi meninggalkannya sambil menahan tangis

Dia memperhatikan ku sampai mobil ku tak terlihat lagi


----

Esoknya, setelah pulang kuliah aku berencana akan menebus semua hutang Danu.

Pada saat itu juga, Bu Siti memintaku untuk menemani Sinta jalan jalan.

Aku membawa Sinta untuk menemaniku menemui para brandalan itu. Dia ku tempatkan di jok sebelah kiriku. Dia asik bermain dengan rubiknya. Walau dia mempunyai kekurangan, tetapi dia sangat mahir memainkan rubik.

Tak ada yang tau, kalau aku akan menebus motor Danu, aku dan Danu akan bertemu di tempat aku menemui para brandalan itu.

' Kau tak harus pergi Viona' kata seseorang tiba - tiba di jok belakang mobilku.

Aku melihat ke arah spion tengah. Dan William berada di situ

' Kau lagi'
' Kau tak harus menemui mereka'
' Ini urusan ku'

Meski sudah ku sinisi, dia masih saja menampilkan senyumannya. Sinta mulai tak bisa diam, lalu ku bukakan pengamannya, kemudian dia meloncat kebelakang dan duduk bersama William.

Sesampainya di tempat aku melihat para brandalan itu sedang memarkirkan motornya.

' Tolong kau jaga Sinta William'
' Kau masih bisa mundur Viona' ia menatpku tajam.
' Aku keluar'

Aku mengambil sebuah amplop yang berisikan beberapa jumlah uang dan keluar dari mobil

Aku melangkah menemui mereka. Tampang mereka memang suka membuat orang di buat takut. Tapi tidak dengan ku. Dan aku melihat banyak sosok hitam yang berada di sekitar mereka. Aku mencoba hiraukan sosok itu

' Ini uangnya' kataku sambil memberikan amplop itu

Leader mereka mengambil amplop itu dan mengeceknya

' Ya, 5 juta. Terimakasih cantik' kataya sambil menyentuh daguku

' Jangan macam - macam kalian, atau aku akan teriak'
' Teriak saja tak akan ada yang mendengar' balas mereka tertawa

Aku mencoba mundur kebelakang dengan berlari tapi mereka semua menahanku.

My Crush Is An AngelWhere stories live. Discover now