part 8

1.6K 123 6
                                    

Saat jantung mu berdetak cepat hanya untuk menatap satu objek saja, objek yang selalu membuat mu tersenyum tanpa harus, ia melakukan sesuatu.

*************************

Saat malam hari di ibu kota, diadakan festival. Para pemuda bangsawan telah menghabiskan hampir setengah malamnya menonton para gisaeng menari. yang cantik cantik di ibu kota.

Mereka menggunakan uang putra mahkota, untuk mereka habiskan semalaman. Sedangkan putra mahkota sudah pergi dari tadi, putra mahkota memang bukan tipe pemuda yang suka bergabung di tempat seperti ini. Jika ada festival seperti ini putra mahkota lebih suka berjalan jalan, dan melihat lihat keadaan rakyat.

Dan malam ini, putra mahkota yang biasanya berjalan jalan sendiri di temani oleh Sang Di.

"Kau ingin membeli sesuatu?" Tanya putra mahkota, berusaha membuat suasana yang canggung menjadi cair.

"Tidak ada yang mulia" ucap Sang Di. putra mahkota tahu Sang Di berbohong sedari tadi ia memperhatikan Sang Di. Dan Sang Di terlihat tertarik kepada pedagang perhiasan yang mereka lewati tadi.

"Aku ada" ucap putra mahkota sambil menarik tangan Sang Di mengikuti nya.

"Kau mau yang mana?" Tanya putra mahkota, tapi orang yang ia tanya tak menjawab pertanyaan nya, hanya diam dan canggung.

"Aku mau yang ini" tunjuk putra mahkota kepada jepitan berwarna merah berbentuk bunga mawar.

"Kau? Tak ingin memilih yah, baiklah aku yang akan memilih untuk mu. yang ini, ku ambil ke dua duanya" ucap putra mahkota menunjuk jepitan berwarna merah muda berbentuk bunga teratai dan di tengahnya ada bukan sabit, jepitan itu ada dua dan ia mengambil keduanya agar hanya Sang Di yang memilikinya. Ia memilihnya karena sedari tadi Sang Di memperhatikan jepitan itu dan Sang Di terlihat menyukai nya.

"Ini ahjussi, terimakasih" ucap putra mahkota sambil memberi sekantong uang kepada ahjussi penjual.

"Sama sama tuan, permisi tuan ini terlalu banyak, ini tak sesuai dengan harga jepitan itu" ucap penjual ahjussi menahan putra mahkota dan Sang Di.

"Tidak apa apa, anggaplah itu adalah hadiah dari ku" ucap putra mahkota.

"Tapi.." ucap ahjussi penjual mencoba menolak.

"Ambil saja, aku tahu kau membutuhkanya" ucap putra mahkota sambil tersenyum dan berlalu pergi.

Mereka melanjutkan jalan jalan mereka dengan aksi diam-diaman tak ada satu dari mereka membuka percakapan. Dan mereka berdua membenci hal canggung seperti ini.

"Aku membelikan jepitan yang ini untuk ibuku, dia sangat menyukai warna merah. Ini untuk mu" jelasnya, mencoba mencairkan suasana yang dingin, yang sedari tadi terjadi dari awal tadi.

"Mengapa membeli dua?" Tanya Sang Di bingung, karena ia di berikan dua jepitan yang sama.

"Agar yang satu rusak kau bisa memakai yang satunya lagi" jawabnya.

"Iya, baiklah. Aku akan menyimpan yang satu, dan yang satunya akan ku pakai" ucap Sang Di sambil tersenyum.

"Seperti nya, kau sudah lelah. Sebaiknya kita pulang saja. Lagi pula ini sudah larut malam" ucap putra mahkota. Sang Di yang tak memungkiri dirinya memang sudah lelah berjalan hanya mengikuti putra mahkota.

Mereka pun pergi, kembali ke tempat mereka meninggalkan tanduh mereka. Berjalan berdampingan seperti sepasang kekasih di tengah malam yang di bawah sinar bulan sabit yang temaram.

Hingga tiba tiba ada 2 bocah yang berlarian dan menabrak Sang Di, Sang Di pun oleng, dan..

"Awas!" teriak putra mahkota, dengan cepat menangkap pinggang Sang Di agar tak jatuh dan akhirnya Sang Di pun tak jadi jatuh.

Jantung kedua nya berkerja 2 kali lebih cepat, nafas keduanya memburu seakan akan udara yang berada di sekeliling mereka akan hilang. Saling bertatapan mata dengan waktu yang cukup lama.

"Permisi Noona, apakah anda baik baik saja? Kami berdua meminta maaf" sebuah suara anak kecil yang membuat mereka saling melepaskan diri dari aksi tatap menatap. Dan kedua nya merasa sangat malu, karena sedari tadi mereka ternyata dilihat oleh orang orang di sekitar festival.

"Aku tidak apa apa. Sebaiknya kalian jangan berkejaran di tempat seperti ini kalian bisa menabrak orang lain dan juga kalian bisa jatuh nanti" ucap Sang Di menasehati kedua anak kecil itu, sedangkan putra mahkota lebih memilih memalingkan wajah nya merasa tdk enak kepada Sang Di dan malu kepada orang orang yang melihat mereka.

"Baik noona, kami pergi dulu" ucap kedua anak itu dan berlalu pergi.

Putra mahkota Dan Sang Di, melanjutkan perjalanan kaki nya menuju tanduh, dengan suasana penuh dengan kediaman keduanya, jika tadi putra mahkota berusaha membuat suasana menjadi lebih cair, kini ia lah yang membuat suasana menjadi sangat dingin dengan kediamannya, dan Sang Di merasa takut membuka suara. Keduanya sana sama tidak membuka suara sampai akhirnya mereka tiba di tanduh.

ㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅ

Jika semalam Sang Di mimpi indah dalam tidur nya, dan kini mungkin ia mengalami mimpi buruk sepanjang hari.

Bagaimana tidak sedari tadi ia dilatih berjalan ketika pernikahan nanti.

"Angkat kepala mu" ucap kepala dayang dae, mengajar Sang Di.

"Tidak seperti itu, kau terlalu mengangkat kepala mu, tunduk sedikit" ucap nya lagi memerintah Sang Di hanya bisa diam, tak melawan karena ia tahu ia yang salah karena sudah berapa kali latihan tapi ia tak bisa bisa dayang Dae pasti juga sangat kelelahan mengajari nya.

"Jangan seperti itu, kau terlalu menunduk jika seperti itu" perintah dayang dae menggurui.

"Yaa, seperti itu" ucap dayang dae.

"Sekarang berjalan lah" suruh nya kepada Sang Di, Sang Di pun mulai berjalan walaupun tertatih dengan langkah tertatih yang ia ambil karena takut jika mangkuk mangku yang ada di sepanjang lengannya akan jatuh jika ia terlalu banyak gerak.

"Berhenti! Jika kau berjalan seperti itu, kau bukan ingin melakukan pernikahan melainkan melakukan aksi akrobat lelucon. Kau akan di tertawakan jika jalan mu seperti itu, sangat tegang, rileks lah" perintah dayang dae, Sang Di pun mengatur nafasnya mencoba rileks. Dan akhirnya ia melangkah kan kaki nya dengan biasa saja tanpa takut.

"Baik seperti itu" ucap dayang dae memberitahu Sang Di, Sang Di yang mendengarkan itu, tiba tiba kehilangan konsentrasinya, dan berjalan percaya diri dengan cepat dan akhirnya mangkuk mangkuk di lengannya jatuh berhamburan dan..

"Prangggggg" bunyi nyaring yang di hasilkan oleh mangkuk mangkuk itu.

"Kau terlalu cepat berjalan tadi, pelayan bersihkan pecahan pecahan itu lagi" ucap dayang dae menyuruh para pelayan membersihkan pecahan pecahan kaca mangkuk yang di jatuhkan Sang Di.

Sudah tujuh kali Sang Di mencoba, tapi hasilnya sama saja ia selalu menjatuhkan mangkuk mangkuk itu, ia merasa lelah sekarang. Dayang dae juga terlihat sudah lelah dan jengah mengajari Sang Di yang selalu salah.

Dayang dae adalah dayang tertinggi di istana ini, ia memiliki jabatan yang cukup berpengaruh di istana.

ㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅㅇㅅ

Nih buat yang comment lanjut...

Kamsahamida..... yang udah Vomment, cerita gaje ini.
Pendek yaa?

Life Twice(lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang