Oichi - 11

1.4K 144 20
                                    

Sudah sepuluh hari semejak pernikahannya, Oichi tinggal di kuil Odani, wilayah kekuasaan klan Azai. Bersama suaminya, ia memulai hidup baru sebagai pendamping putera mahkota pewaris tahta klan Azai. Seperti biasa, Oichi mengisi hari-harinya dengan menyulam, entah sulaman itu akan menjadi sapu tangan yang akan ia bagikan pada kerabat klan Azai atau selimut untuknya tidur dimalam hari.

Sore itu Oichi berjalan disekitar pavilliun nya, untuk mencari tempat ternyaman agar ia bisa menyulam dengan tenang. Nagamasa yang kala itu baru selesai dari rapat bersama para tetua klan, segera kembali ke pavilliun nya untuk menemui sang istri. Dilihatnya Oichi sedang menanti meja dan kursi yang tengah disusun oleh pelayan, ia pun menghampiri istrinya.

"Apa tempat ini nyaman untukmu? " tanya Nagamasa dengan senyum mengembang,

Oichi menoleh dan segera memberi hormat, "Ya Nagamasa-sama, sekitar pavilliun sudah pernah aku tempati, tapi seertinya bagian ini yang paling nyaman. " jawab Oichi dengan senyum lembutnya,

Kursi malas sudah siap, berbagai camilan pun tersedia di meja.

"Silahkan duduk, Nagamasa-sama. " kata Oichi sembari memberi hormat,

"Ah, ini disiapkan untukmu, maka kau harus terlebih dahulu duduk. " balas Nagamasa kemudian menarik kursi malas itu agar Oichi mudah mendudukinya,

Oichi dengan malu duduk dikursi yang Nagamasa pegang. Kemudian Nagamasa duduk di kursi sampingnya, menghadap hamparan luas bukit bagian belakang kuil Odani.

"Umm, Nagamasa-sama... ini teh dari bunga krisan yang kubawa dari kediaman masa kecilku, wanginya akan membuatmu merasa tenang. " Oichi sedikit gugup,

"Kau sungguh manis... baiklah aku coba teh dari bunga krisan mu. " balas Nagamasa dengan senyum hangat,

Oichi memasukkan bunga krisan kedalam teko emas bercorak angsa, dibiarkannya aroma krisan menyerbak tercium diudara, kemudian ia menuangkan air teh itu ke gelas yang kemudian ia berikan pada Nagamasa.

Nagamasa menghirup aroma teh itu dalam-dalam kemudian meminumnya. Nagamasa tersenyum ke arah Oichi yang dibalas dengan anggukan.

"Ini luar biasa.. " komentar pertama dari Nagamasa,

Kemudian keduanya berbincang hingga matahari tenggelam di ufuk barat.

*

Pagi buta, matahari belum menampakan cahayanya. Oichi bangun dengan keringat dingin mengitari keningnya, wajahnya pucat dengan nafas tersengal. Nagamasa menyadari Oichi terbangun dari tidurnya, ia pun mengelus pipi Oichi dengan sayang.

"Apa kau mimpi buruk lagi?" tanya Nagamasa sembari menyingkirkan keringat di kening istrinya,

"Nagamasa-sama.... " Oichi hanya menatap lemah pada suaminya,

"Perutku seperti ingin mengeluarkan seluruh isinya.. " lanjut Oichi lemas,

Nagamasa langsung menggendong istrinya ala bridal, dan membawanya menuju kamar mandi.

*

Hembusan angin musim semi membawa harum dari hamparan bunga-bunga yang bermekaran. Oichi menghela nafas berat sambil memegangi perutnya yang masih terasa mual sejak tadi pagi. Rombongan Nagamasa menghampiri rombongan Oichi yang berada tak jauh dari pavilliunnya. Nagamasa memerintahkan untuk tidak memberitahu Oichi tentang kedatangannya.

Nagamasa perlahan melangkah mendekati Oichi, dan tiba-tiba Oichi pun berbalik memberi hormat. Nagamasa terkaget karena gerakan Oichi begitu cepat.

"Apa yang membawa Anda kemari, Nagamasa-sama?" tanya Oichi sambil menatap manik mata indah suaminya,

Nagamasa meraih lengan Oichi,
"Aku hanya merindukanmu." jawab Nagamasa sambil meremas lembut jemari Oichi,

Oichi merasakan sedikit lelehan dihatinya.

Nagamasa menyatukan jemarinya dengan jemari Oichi, dan menariknya untuk berjalan santai mengelilingi taman bunga itu.

"Malam ini aku akan pergi ke seletan menemui beberapa klan, termasuk klanmu." Nagamasa membuka pembicaraan,

Oichi hanya mengangguk pelan,

"Aku tak bisa membawamu untuk bertemu Nobunaga, tapi kau bisa menulis surat untuknya." lanjut Nagamasa sambil menghentikan langkahnya kemudian mengelus pipi Oichi dengan lembut,

"Aku hanya ingin kau kembali dengan selamat, tanpa luka sedikitpun." balas Oichi sambil mengelus jemari Nagamasa yang berada di pipinya,

Nagamasa perlahan menarik Oichi ke pelukannya, dan mengecup mesra bibir Oichi.

*

Nagamasa duduk dengan gagah di atas kuda hitam yang berjalan dengan perlahan. Sudah 3 bulan semejak Nagamasa meninggalkan kuil Odani menuju selatan. Rombongannya baru saja melewati perbatasan wilayah antara kuil Odani dan kuil Omi (milik klan Rokkaku) yang dulu pernah menjadi wilayah kekuasaannya. Keheningan menyelimuti perjalanan itu, hanya langkah pelan senyap terdengar. Mengingat pernah terjadi peperangan antara klan Azai dan klan Rokkaku, membuat Nagamasa sangat waspada melewati wilayah ini.

Sementara itu, Oichi menunggu dengan gelisah kabar dari suaminya. Ia baru mengetahui bahwa ia mengandung anak dari Nagamasa. Lebih buruknya, anak yang ia kandung itu ternyata kembar semakin membuatnya gelisah. Karena menurut leluhur, jika mengandung bahkan melahirkan anak kembar maka petaka akan menghampiri keluarga itu. Oichi tak ingin Nagamasa mengetahui hal ini dan membuatnya khawatir, jadi ia memilih untuk tidak mengirim kabar tentang kehamilannya.

Nagamasa sampai di ibukota wilayah Omi, dan memerintahkan rombongannya untuk beristirahat malam itu. Namun tanpa diduga beberapa pemberontak datang dan mengancam menghabisi nyawa Nagamasa. Keributan terjadi malam itu membuat Nagamasa mengirim seseorang untuk memanggil bantuan. Perang kecil malah membesar karena warga sipil terkena imbasnya, prajurit ibukota berdatangan dan melawan rombongan Nagamasa yang saat itu semakin teropojok. Namun dengan keahlian prajurit Nagamasa yang ia latih langsung, mereka bisa menang telak. Prajurit ibukota yang masih hidup dikumpulkan untuk diintrogasi.

"Siapa yang memerintahkan kalian menyerang rombongan kami!" tegas Nagamasa dengan suara lantang,

Semua prajurit ibukota  bungkam.

Nagamasa memerintahkan prajuritnya untuk mengambil tombak, kemudian memerintahkan prajuritnya itu untuk menusukkan tombak itu tepat di jantung salah satu prajurit ibukota.

"Aku akan menghitung sampai 3 perkepala. Jika diantara kalian tidak mau mengaku, kalian kehilangan nyawa." ujar Nagamasa dengan dingin,

"1..2..3......." hening, Nagamasa memberi kode untuk menusuk jantung prajurit ibukota berikutnya,

"1..2..3......."

Berulang sampai 7 prajurit ibukota kehilangan nyawa mereka.

"1..2.." 

"Ampuni saya!!!" teriak meringis prajurit ke 8,

"Katakan apa yang ingin kau katakan!" tegas Nagamasa menatap lurus kedepan,

*******************

Ohayo minaaa

Sangat amat lama saya ga update cerita. Banyak dukungan yang diberikan kepada saya agar cerita ini dilanjutkan. Namun saya tak bisa bernjaji manis semanis janji mantan. Hahahahahaha
Saya ga bisa janji akan update terus tapi saya sangat usaha kan untuk kalian semua ^^

Selamat membaca, jangan lupa vomment gaissss

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oichi-himeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang