Semua Karenamu

638 85 4
                                    


"Kamu kemana aja seharian ini?"

Sebuah pertanyaan terlontar dari mulut seorang gadis berumur 18 tahun. Paras wajahnya yang cantik jelita bak bidadari kulit putih bersih, hidungnya yang mancung serta bibir tipis merahnya. Namanya Prilla Wijaya.

"Maaf. Aku habis kumpul sama teman-teman," jawab seorang pria berumur 20 tahun dengan seadanya. Pria tampan yang memiliki atapan tajam seperti elang, alis tebal serta bulu mata yang lentik. Namanya Aldan Putra Admajaya.

Sepasang kekasih yang sudah menjalani hubungan selama 3 tahun terakhir ini. Hubungan mereka berjalan seperti pasangan yang lain. Adu mulut, perbedaan pendapat, serta konflik-konflik kecil yang lain sudah sering terjadi di antara mereka. Namun, mereka selalu menyelesaikan dengan cepat, tak sampai berlarut-larut hingga menimbulkan putusnya hubungan. Mereka lebih sering membicarakan hal yang membuat salah satu atau keduanya tak nyaman, sehingga tak menimbulkan masalah yang berkepanjangan.

"Aku nggak butuh maaf kamu. Aku hanya butuh jawaban kamu? Kamu kemana aja? Kenapa nggak ada kabar?" cerca Prilla menatap Aldan yang kini kembali diam dengan menatap lurus ke depan.

"Iya. Maaf ya. Obatnya udah di minum?" tanya Aldan perhatian sembari mengusap kepala Prilla lembut. Prilla menghela napas panjangnya kemudian mengangguk pelan. Aldan selalu saja mengalihkan pembicaraannya.

"Makan?" tanya Aldan kembali.

"Udah Aldan," jawab Prilla yang membuat Aldan tersenyum tipis.

"Ya udah istirahat sana! Aku mau pamit pulang, nih. Udah malam," ucap Aldan beranjak dari duduknya.

"Hati-hati, ya!" pesan Prilla yang ikut beranjak dari duduknya.

"Good night. Cinta kamu." Aldan mengecup kening Prilla.

"Cinta kamu juga." Balas Prilla tersenyum dan mengantar kepergian Aldan sampai ke depan rumah. Mata Prilla tak lepas menatap Aldan sampai pria itu berlalu dengan motor ninja sport hitamnya.

"Aww," Prilla menyentuh bagian dadanya yang terasa sakit. Gadis itu langsung berlari menuju kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Seperti biasa ia akan membiarkan erangannya dengan menutupi wajahnya di balik bantalnya.

"Sakitt Ya Allah..." lirih Prilla dengan mata yang terpejam. Hingga tanpa sadar setetes air mata mengalir dari pelupuk matanya.

Jantung kronis. Ya, Prilla mengidap penyakit itu sudah dari dia berumur 13 tahun. Dan itu artinya sudah 5 tahun dia selalu bertahan dengan rasa sakitnya. Dulu Prilla sempat ingin menyerah, dia sudah tak kuat lagi untuk menahan rasa sakit yang terus saja mengganggunya. Namun, Prilla teringat pengorbanan kedua orangtuanya yang selalu bekerja keras hanya untuk biaya pengobatannya. Apalagi Prilla sering keluar masuk rumah sakit. Dan semangat Prilla untuk hidup bertambah saat sosok Aldan muncul dalam kehidupannya.

Aldan. Ya, pria itu kini menjadi salah satu alasan Prilla bertahan sampai saat ini. Aldan memang bukan pria lain yang selalu memperlakukan pasangannya dengan cara romantis, memberikannya surprise atau makan malam yang romantis. Aldan bukanlah tipe cowok yang mengumbar perhatiannya atau gombalannya pada pasangannya. Rasa perhatian yang Aldan miliki berbeda dari yang lain. Aldan tak selalu menanyakan kabar dari Prilla, melainkan langsung datang pada Prilla dan memastikan keadaannya. Hal itu membuat Prilla nyaman. Walaupun Aldan adalah pria yang cukup pendiam, terkesan cuek, dingin dan datar. Namun, Prilla tak pernah mempermasalahkan perihal itu.

***

"Obatnya udah di bawa?"

"Jangan lupa di minum obatnya ya. Kalau sakit istirahat di UKS kampus atau langsung pulang aja."

Prilla hanya mampu menghela napas dan mengangguk patuh mendengar pesan dari kedua orangtuanya yang selalu ia dengar setiap hari selama 5 tahun ini.

"Iya Mah, Pah. Prilla berangkat kuliah dulu ya," pamit Prilla mencium punggung tangan kedua orangtuanya---Viona dan Dika.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now