Dan seketika kekhawatiranmu seperti tersapu ombak.

Detik berikutnya kau menghempaskan tubuhmu dalam pelukan Jimin yang hangat.

***

Kau berjalan bersama dengan Jimin di sebuah mall. Tanpa sengaja kau bertemu dengan teman-teman lamamu, seperti Kristal, Sully, Jisoo, Lisa, Hanbin, Chanwoo, Bobby dan Kay. Mereka tengah makan di restoran tak jauh dari tempat Jimin dan teman-temannya makan. Karena sudah lama tak bertemu teman-temanmu, jadi kau menghampiri mereka untuk sekedar bertemu sapa.

"Hai noona," sapa Chanwoo saat kau menghampiri mereka.

Semua teman-teman tersenyum cerah kearahmu, dan kau balas tersenyum kearah mereka. Satu persatu kau memeluk dan mencium pipi mereka bergantian.

"Apa kabarmu?" Tanya Sully.

"Aku baik saja Sull, kalian apa kabar?"

"Kami baik." Jawab Kay. Sementara yang lain mengangguk antusias.

"Maaf aku jarang punya waktu lagi untuk kalian."

"Tidak apa-apa, kami mengerti kesibukanmu." Jelas Kristal sambil memegang tanganmu. Dia menarikmu ke pangkuannya.

Kau tergelak tapi, kesenanganmu langsung dirusak begitu saja oleh Kay.

"Aku dengar, kau sudah putus dengan Taehyung."

Sontak ketegangan meliputi meja kalian. Kau tau semua perhatian tengah terpusat padamu.

Tak ingin membuat suasana semakin canggung, kau berdiri dan tersenyum.

"Iya, aku sudah putus dengannya, tapi tenang saja, aku baik-baik saja, aku bahkan sudah memiliki pacar baru sekarang." Hiburmu.

Padahal justru kaulah yang butuh di hibur disini. Dan mereka tau, dari ekspresi wajah mereka kau tau, bahwa mereka tau kau tidak baik-baik saja.

"Oh ayolah, kalian kenapa? Aku benar-benar tidak apa-apa, percayalah." Ulangmu mencoba meyakinkan mereka.

"Benarkah?" Hanbin bertanya sama sangsinya dengan teman-temanmu. Tapi dialah yang menyuarakan pikiran teman-temanmu.

Kau menatapnya dengan senyum yang di paksakan.

"Tentu saja."

"Lalu bagaimana dengan ini," Hanbin menggangtungkan kalimatnya membuatmu penasaran.

"Apa?"

"Benerapa saat yang lalu aku baru saja melihat Taehyung dengan seorang gadis tepat diujung sana."

Telak.

Kau tau kau kalah. Kau memang tak pernah bisa berbohong pada teman-temanmu, dan kau memang seorang pembohong yang payah.

Sontak senyumanmu luntur. Wajahmu tertunduk lesu. Kau tak sanggup menatap wajah teman-temanmu.

Dan ketika tetes air mata pertamamu jatuh ke lantai, Hanbin menarikmu dalam pelukannya.

"Kau tidak perlu berpura-pura noona, kau tau kau bisa membagi kesedihanmu dengan kami." Bisiknya, sambil membelai rambutmu.

Kontan saja tangismu pecah tertahan di bahunya.

Kesedihanmu tumpah ruah, bukan hanya karena Taehyung, tetapi juga untuk penyesalanmu terhadap teman-temanmu karena telah melupakan mereka saat kau bersama Taehyung dulu.

Dan sekarang ketika kau berada diantara mereka kembali, kau bertekad tidak akan meninggalkan mereka lagi, hanya untuk seorang pria yang berstatus pacar.

Dan tentu saja itu seharusnya yang kau lalukan sejak dulu. Karena pacar bisa putus, tetapi persahbatan tidak.

***

Beberapa saat kemudian Jimin menjemputmu, setelah kau memperkenalkan Jimin kepada teman-temanmu, kalian pergi menuju parkiran ke tempat motor Jimin di parkirkan.

"Mana yang lain Jim?" Tanyamu saat motor mulai melaju menjauhi pusat perbelanjaan itu.

"Ke rumah Taemin hyung."

"Lalu kita mau kemana?" Kau bingung saat kau tau jalan yang di tempuh Jimin bukan jalan menuju apartemenmu.

"Kita akan menyusul mereka."

"Tapi ini sudah malam Jim." Protesmu. Lalu kembali larut dalam pikiranmu tentang Taehyung dan pacar barunya.

"Kita akan menginap disana." Jawab Jimin.

Dan saat itulah kau sadar dari lamunanmu.

"APA???"



_계속_

stupid ; kthDonde viven las historias. Descúbrelo ahora