"Entahlah." jawab Casey tak pasti.

"Malam ini kau harus pulang, ya?" Casey berpikir sejenak.

"Ayolah, kasihan Bunda." Casey akhirnya mengangguk, setuju.

Fareel bangkit dari ranjang Casey, sebelum ia pergi ia berhenti sejenak. "Segera kemasi barang - barangmu." pesan Fareel sebelum hilang dari balik pintu.

Casey mengambil posisi duduk. Ia mencoba melupakan kejadian tadi. Ia sekarang berpikir. Sudah tepatkah keputusannya untuk kembali ke rumah?

Casey bangkit, ia mulai mengemasi barang-barangnya. Memang, Casey hanya membawa buku pelajarannya saja. Karena pakaian sudah tersedia di rumahnya ini.

∽介∽介∽介∽


Tok tok tok...

Mereka bedua tengah berdiri di depan pintu rumah mereka. Casey dengan tatapan datar bercampur khawatir.

Pintu dibuka, dan menampakkan wanita paruh baya bersama suaminya.

"Casey," Diana medekap tubuh Casey serta menciumi kening dan juga rambut Casey.

"Kalian sebenarnya kemana saja? Bunda dan Ayah sangat khawatir pada kalian." ucap Diana melepas dekapannya dan memegang bahu Casey juga Fareel.

"Bunda dan Ayah tidak perlu cemas, Fareel hanya ingin melindungi Casey." kata Fareel tulus membuat Diana terharu.

"Fareel terima kasih karena selama ini kau sudah melindungi Casey, Bunda menyayangimu, Nak." Diana mencium kening Fareel.

Hangat. Perasaan itulah yang dirasakan Fareel, sudah belasan tahun terakhir Fareel tak pernah merasakan sentuhan seorang ibu. Namun kini ia mendapatkannya kembali, walaupun dengan ibu tirinya.

"Cepat masuk, di luar dingin." pinta Eric.

Mereka masuk dan duduk di meja makan. Ini memang waktunya untuk makan malam.

"Bawa kemari piringmu Casey, Bunda ambilkan nasi. Kau juga Fareel." ujar Diana lembut.

Obrolan mereka tidaklah banyak, hanya sekedar obrolan ringan seputar kemana mereka pergi dan apa yang mereka lakukan.

Malam berlalu sudah pukul sepuluh malam tepatnya. Diana mengetuk pelan pintu kamar putrinya, Casey.

"Bolehkah Bunda masuk?" Diana memunculkan kepalanya ke arah pintu yang sedikit terbuka.

Casey mengangguk dan kembali membaca buku.

"Sayang, ini sudah malam, ayo tidur." Diana mengambil pelan buku yang tengah dibaca Casey dan meletakkannya di rak buku.

Casey mengambil posisi terlentang, Diana duduk di pinggir ranjang Casey dan menyelimuti Casey hingga bahu.

"Bunda rindu denganmu, sayang," ucap Diana menahan air mata yang rasanya hendak tumpah.

"Kenapa kau pergi begitu saja? Apakah Bunda banyak salah padamu? Atau kau tak menyetujui pernikahan Bunda ini?" Casey terdiam berpikir.

"Bukan seperti itu, Bunda," jawab Casey. "Aku bukannya tidak menyetujui pernikahan Bunda, hanya saja butuh waktu bagiku. Aku ingin menyendiri dulu, mencerna semua cobaan yang Tuhan berikan."

"Aku ingin Bunda bahagia, aku ingin Papa juga bahagia. Tetapi mungkin harus mengorbankan kebahagiaan serta keegoisanku. Aku sampai tak habis pikir, mengapa Tuhan memberikan cobaan ini? Aku menyalahkan Tuhan, namun aku sadar.... sekeras apapun aku menyalahkan Tuhan, maka tidak akan ada yang berubah. Maka kucoba merenung dan menatapi apa yang terjadi." jawab Casey.

Diana mengelus pelan puncak rambut Casey. "Iya kau benar, akan ada hikmah dibalik semua ini."

∽介∽介∽介∽


Sepulang sekolah keesokan harinya. Casey mendengus, sudah setengah jam ia menunggu Fareel namun Fareel tak kunjung terlihat.

Casey pun memutuskan untuk menunggu Fareel di cafe depan sekolah mereka, tapi ketika menyebrang Casey tak tahu kalau ada mobil melaju dengan kecepatan penuh yang akan menabraknya. Fareel yang baru keluar gerbang sekolah tak sengaja melihat itu.

"Casey, awas!!" Fareel berteriak dan berlari ke arah Casey. Namun ketika Casey menengok, badan Casey didekapan Fareel.

Brakkk

Mobil itu menghantam tubuh mereka berdua, mereka sempat terguling, Fareel masih erat mendekap Casey, hingga akhirnya terhenti. Darah segar bercucuran keluar dari kepala Fareel.

"Casey, kalau aku tak kembali.Aku harap kau bisa melindungi dirimu sendiri.."

∽介∽介∽介∽



My Amazing Brother [Completed]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum