Waktu pulang kantor masih satu jam lagi tapi meja Nana sekertaris Adams sudah terlihat rapih. Sepertinya dia sudah pulang. Ruangan Adams yang baru memang lebih tertutup dan lebih pribadi jadi tidak sembarangan orang bisa masuk ke ruangannya. Semua orang yang masuk harus meminta izin Adams lewat Nana. Tapi karena Nana sudah pulang aku memutuskan untuk menelfon Adams dari meja Nana.

“Halo.” Aduh Suaranya gagah banget sih Dams. Dia suami gue ya? Jadi setiap hari Nana denger suaranya Adams yang begini. Nanti dia suka lagi sama Adams.

“Adams.”

“Nessa. Kamu ngapain?” Adams memang terdengar agak terkejut saat tau kalau aku yang ada di balik telfon.

“Aku boleh masuk gak?”

“Ya boleh lah Nessa. Sejak kapan sih istri aku sendiri harus nelfon lewat meja sekertaris cuma buat masuk ke ruangan aku? Kamu nih ada-ada aja sih. Kamu kan bisa masuk ke ruangan aku kapan aja Nessa.” Ya ampun mulai romantis deh dia.

“Oke deh aku masuk ya.” Aku menutup telfonnya dan langsung membuka pintu ruangan Adams.

“Adams. Aku boleh masuk?”

“Boleh lah Nessa.” Adams jadi semakin romatis belakangan ini dan dia juga lebih perhatian dari sebelumnya. Dan yang pasti dia lebih protektif. Itu yang paling jelas terlihat perubahannya.

Aku melihat ke sekeliling ruangan baru Adams. Ruangannya lebih besar, lebih bagus dan memang lebih tertutup. Adams bisa melakukan meeting kecil yang mendadak hanya di dalam ruangannya. Aku sangat menyukai design dari ruangan yang Adams buat sendiri ini. Banyak benda-benda unik yang memang sering Adams koleksi saat dia harus pergi ke luar negeri atau luar kota.  Aku menyukai semua sudut di ruangan ini. Tapi entah kenapa sudut kesukaanku adalah di atas meja Adams dimana terdapat fotoku dan Adams terpajang di dalam sebuah pigura vintage berwarna hitam putih. Aku ingat kami mengambil foto itu saat kami berada di Bali beberapa hari setelah pernikahan kami. Saat itu sangat menyenangkan dan mengingatnya membuatku tiba-tiba tersenyum sendiri.

“Kamu kenapa? Gimana? Kamu suka gak sama ruangan aku?” keren banget. Andai aja aku bisa punya ruangan begini.

“Hah? Gapapa kok. Suka kok. Suka banget malah.”

“Kamu ada apa ke sini? Tumben. Kamu mau pulang duluan juga?” pulang kayak Nana? Enggak lah.

“Nana udah pulang duluan ya?” Adams mengangguk cepat sambil terus focus dengan pekerjaan yang sedari tadi dia kerjakan dengan serius.

“Dams, kamu lagi sibuk ya?”

“Yah lumayan sih. Kenapa?” kayaknya sibuk banget deh. Adams terus saja mengerjakan pekerjaannya tanpa melihat ke arahku sama sekali.

“Nanti malem kamu bisa dateng ke acara Ghani gak?” semoga bisa, semoga bisa.

The Only Love [ON PROGRESS]Where stories live. Discover now